Oey Tiang Tjoei

(Dialihkan dari Oey Tiang Tjoe)

Oey Tiang Tjoei (Mandarin: 黄长水; 1893 – 1977) dulu adalah seorang jurnalis asal Indonesia yang terkenal karena menjadi anggota dari BPUPKI. Sebelum Perang Pasifik, ia adalah pendukung Pan-Asianisme Jepang.

Biografi

sunting

Oey lahir di Batavia pada tahun 1893, dan kemudian mendapat pendidikan Belanda. Ia lalu terpengaruh oleh Pan-Asianisme Jepang, dan kemudian bergabung ke organisasi rahasia Hoo Hap. Pada dekade 1930-an, ia pun memimpin organisasi tersebut.[1] Pada tahun 1939, ia bergabung ke koran Hong Po sebagai direktur.[2][3] Setelah pecahnya Perang Tiongkok-Jepang Kedua, sebagian besar koran Tionghoa Indonesia saat itu aktif mengumpulkan dana untuk membantu korban perang dan mengadopsi sudut pandang anti-Jepang. Namun, Hong Po tetap pro-Jepang.[4] Oleh karena itu, koran Keng Po pun menyebut koran Hong Po sebagai Bohong Po. Oey menganggap sebutan tersebut sebagai sebuah hinaan, sehingga ia kemudian menyerang editor Keng Po secara fisik.[1]

Pasca serangan Pearl Harbor pada bulan Desember 1941, Oey ditahan oleh otoritas Belanda karena dianggap pro-Jepang. Selama ditahan, Oey menerbitkan memoar. Setelah Jepang menduduki Indonesia, ia pun dibebaskan dari penjara.[1][2] Karena dianggap pro-Jepang, otoritas Jepang kemudian menunjuknya untuk menempati sejumlah jabatan, termasuk memimpin Kakyo Sokai (asosiasi Tionghoa) dan memimpin versi bahasa Melayu dari koran Kung Yung Pao. Ia lalu juga ditunjuk sebagai anggota Chuo Sangi-In. Pada tahun 1945, ia ditunjuk menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk mewakili komunitas Tionghoa di Jawa Barat. Namun, walaupun memimpin Kakyo Sokai, ia kemudian tidak ditunjuk menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), sehingga Yap Tjwan Bing menjadi satu-satunya anggota PPKI yang berlatar belakang Tionghoa Indonesia.[1][2]

Setelah Jepang menyerah, Oey ditahan oleh tentara Inggris dan kabarnya menjadi tidak jelas.[1] Ia akhirnya meninggal di Jakarta pada tahun 1977, dan jenazahnya dikremasi.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e The Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War: In cooperation with the Netherlands Institute for War Documentation (dalam bahasa Inggris). BRILL. 14 December 2009. hlm. 567. ISBN 978-90-04-19017-7. 
  2. ^ a b c Tokoh-tokoh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1993. hlm. 54–55. 
  3. ^ Suryadinata, Leo (19 August 2015). Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-4th). Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 207–208. ISBN 978-981-4620-50-5. 
  4. ^ Setiono, Benny G. (2008). Tionghoa Dalam Pusaran Politik. TransMedia. hlm. 460–461. ISBN 978-979-799-052-7. 
  5. ^ Daradjadi, Ilham; Kurniawan, Osa (2021). Pejambon 1945: Konsensus Agung Para Peletak Fondasi Bangsa. Elex Media Komputindo. hlm. 342. ISBN 978-623-00-2017-9.