Nya (aksara Bali)
Nya adalah salah satu aksara wianjana (huruf konsonan) dalam sistem penulisan aksara Bali yang melambangkan bunyi /ɲ/. Bila Nya dalam aksara Bali disalin menjadi huruf Latin, maka ditulis "nya" atau "ñ".
Nya | |
Aksara Bali | |
Huruf Latin | Nya |
---|---|
IAST | Ña |
Fonem | [ɲ] |
Unicode | U+1B1C , U+ |
Warga aksara | talawya |
Gantungan |
Fonem
suntingNya diucapkan seperti huruf "ny" atau "ñ" pada kata "nyanyi" (bahasa Indonesia), "nyamuk" (bahasa Indonesia), pañcan (bahasa Sanskerta), nyama (bahasa Bali).
Penggunaan
suntingDantya (gigi) |
---|
Talawya (langit-langit) |
Nya ditulis untuk kata-kata yang mengandung bunyi /ɲ/. Penggunaannya sama seperti ञ (ña) dalam aksara Dewanagari. Nya tidak digunakan pada kata-kata yang mengandung konsonan rangkap "ny" yang tidak diucapkan /ɲ/. Contohnya kata "Abimanyu". Konsonan [nj] pada kata tersebut tidak digabung agar menjadi bunyi sengau seperti dwihuruf "ny" pada kata "nyamuk". Bila dieja menurut suku katanya, kata Abimanyu dieja "A – bi – man – yu", bukan "A – bi – ma – nyu". Maka dari itu, huruf Nya tidak digunakan.
Dalam sistem penulisan dengan huruf Latin (kecuali di negara yang menggunakan huruf Latin ekstensi, dengan tanda diakritik), kata-kata yang mengandung bunyi nasal /n/ yang disusul oleh /c/ ditulis "nc", sedangkan bila disusul oleh bunyi /ɟ/ maka ditulis "nj". Contohnya kata: "panjang", "pancing", "manja", "manca", dan sebagainya. Dalam aturan penulisan dengan aksara Bali, bila bunyi nasal (sengau) gigi /n/ disusul oleh bunyi /c/, /tʃ/,[1] /dʒ/[1] maupun /ɟ/, maka bunyi nasal tersebut akan berubah menjadi bunyi nasal (sengau) langit-langit /ɲ/. Hal itu disebabkan karena menurut aturan penulisan aksara Bali, /n/ diucapkan dengan menyentuh gigi atas, sedangkan /ɲ/ diucapkan dengan mendekatkan badan lidah ke langit-langit mulut, dengan metode yang sama seperti mengucapkan /c/ maupun /ɟ/. Maka dari itu, huruf N pada kata "panjang", "pancing", "manja", "manca", dsb. ditulis dengan menggunakan huruf Nya apabila disalin ke dalam aksara Bali. Sebab, huruf N pada kata-kata tersebut tidak diucapkan dengan mendekatkan ujung lidah menyentuh kaki gigi atas, namun dengan mendekatkan badan lidah ke langit-langit mulut, seperti mengucapkan "ca", "ja", atau "nya". Hal ini menandakan berlakunya hukum "regresif" pada penulisan aksara Bali, maksudnya lambang bunyi yang di belakang (/c/, /ɟ/) memengaruhi yang di muka (/n/).[2] Dengan demikian, /n/ menyesuaikan diri dengan daerah artikulasi /c/ dan /ɟ/, menjadi /ɲ/.[2]
Dalam IAST, huruf Nya dialihaksarakan sebagai huruf N dengan tanda tilde di atasnya (Ñ). Maka, setiap menulis bahasa Sanskerta (atau Kawi) dengan huruf Latin, huruf N yang disusul oleh huruf C maupun J diganti dengan huruf Ñ. Contoh: pañca, sañca, pañjara, sañjivanī, dsb.
Lihat pula
suntingCatatan kaki
sunting- ^ a b Bunyi langit-langit yang terdapat dalam bahasa Melayu.
- ^ a b Aturan penulisan aksara Bali
Referensi
sunting- Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
- Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.
- Simpen, I Wayan. Pasang Aksara Bali. Diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
Pranala luar
sunting