Nglewan, Sambit, Ponorogo

desa di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

Nglewan adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Nglewan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenPonorogo
KecamatanSambit
Kode pos
63474
Kode Kemendagri35.02.04.2005 Edit nilai pada Wikidata
Luas4,12 km² (412 ha)
Jumlah penduduk2.863 jiwa
Kepadatan695 jiwa/km²
Jumlah RT18 RT
Jumlah RW6 RW
Situs web[1]
Peta
PetaKoordinat: 7°58′54″S 111°30′19″E / 7.98167°S 111.50528°E / -7.98167; 111.50528


Letak Geografis

sunting

Nglewan merupakan sebuah desa kecil yang terletak di kawasan Ponorogo selatan, tepatnya di Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Secara geografis, Desa Nglewan berbatasan dengan dengan Desa Bancangan dan Desa Bulu di utara, Desa Bedingin di barat, Desa Wringinanom di selatan, dan Desa Maguwan di sebelah timur. Desa ini memiliki luas sebesar 4,12 km2, atau kurang lebih sekitar 412 hektar. Menariknya, Desa Nglewan juga memiliki enklave di dalam wilayahnya. Enklave ini terletak di area persawahan, tepatnya di Dusun Nepen, dengan luas sebesar 98.425m2 atau sekitar 9,85 hektar. Area ini merupakan eksklave dari Desa Wringinanom yang secara geografis terletak di sebelah selatan Desa Nglewan.

Sejarah

sunting

Dari berbagai sumber yang telah ditelusuri dan digali, asal-usul Desa Nglewan memiliki banyak cerita yang cukup bervariasi, yang disebabkan oleh adanya beberapa tempat yang masih dianggap keramat yang kemudian dijadikan cerita atau sejarah desa. Dari dasar di atas akhirnya kami menemukan sebuah cerita legenda desa yang diangkat dari salah satu tokoh yaitu “Ki Ageng Ngalewo”.

Ki Ageng Ngalewo atau ada yang menganggap sebenarnya adalah Ki Ageng Kutu, dipercayai sebagai tokoh (punjer) di Kadipaten Wengker yang konon kabarnya pada zaman masa kejayaan pemerintahan Batoro Katong, Ki Ageng Kutu tidak tunduk kepada perintah pemerintahan Batoro Katong. Sehingga mereka dipaksa untuk menghadap sowan ke kabupaten. Akan tetapi beliau tidak menghiraukan perintah tersebut dan akhirnya melakukan pelarian dengan pengikut-pengikutnya meninggalkan Kademangan Kutu menuju ke sebuah hutan dan gunung (yang sekarang dikenal dengan nama gunung Bacin). Akan tetapi Batoro Katong tetap melakukan pengejaran sampai ke hutan atau gunung tersebut. Di sini lah Ki Ageng Kutu menghilang. Dengan adanya kejadian ‘hilang’ adalah suatu peristiwa yang misterius, sedangkan pada zaman dahulu desa-desa masih berbentuk hutan yang belum dijamah manusia. Jadi daerah Bancangan, Nglewan, Maguwan itu masih jadi satu hutan. Pada saat itulah ada seorang yang terlihat terlalu lelah duduk bersandar di depan pintu gua yang mana nama gua tersebut adalah “Gua Maguwo”. Dan dia mengaku menamakan dirinya Ki Ageng Ngalewo. Diambil dari nama itulah hutan sekitar yang dibabat oleh Ki Ageng Ngalewo dinamakan Dusun Nglewan yang sekarang menjadi “Desa Nglewan”. Dan dimungkinkan Ki Ageng Ngalewo itu adalah Ki Ageng Kutu.

Pada zaman Belanda, Desa Nglewan berbentuk kelurahan yang dipimpin oleh seorang lurah yang membawahi 3 dukuhan, yaitu: 1) Banyon, 2) Depok, dan 3) Nepen. Masing-masing dukuhan dipimpin oleh seorang kepala dukuh dan dibantu oleh beberapa pamong, yang bertanggung jawab sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dan sebagai imbalan dari tugas-tugas yang telah mereka emban, pemerintah menyediakan lahan sawah untuk diberikan kepada mereka yang dikenal dengan sawah bengkok. Namun pada orde baru, desa ini mengalami banyak perubahan. Nglewan yang semula berbentuk kelurahan menjadi bentuk desa, dan dukuhan diubah menjadi dusun. Seiring dengan perkembangan zaman, Desa Nglewan terus mengalami perubahan.

Topografi dan Bentang Alam

sunting

Dilihat dari segi topografi, elevasi Desa Nglewan sangat beragam. Sebagian wilayahnya berada di dataran rendah, yang mana memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Sebagian lagi dari wilayahnya ada juga yang berbentuk dataran tinggi dan perbukitan.  Area persawahan atau pertanian sebagian besar terletak di sebelah utara. Sedangkan wilayah perbukitan terletak di sebelah selatan dan memanjang di sebelah barat perbatasan Desa Nlgewan.

Administrasi

sunting

Secara administratif, Desa ini dipimpin oleh Bapak Suwandi selaku kepala desa. Beliau sudah menjabat selama beberapa periode, tepatnya sejak tahun 2007. Desa Nglewan juga terbagi ke dalam 3 dusun, 6 RW, dan 18 RT.[1] Ketiga dusun yang ada di Nglewan tersebut adalah Dusun Nepen, Dusun Depok, dan Dusun Banyon. Dari masa berdiri sampai sekarang, Desa Nglewan telah mengalami beberapa pergantian lurah atau kepala desa. Adapun nama-nama luarah atau kepala desa yang dapat kami tulis adalah sebagai berikut:

No. Nama Masa Jabatan
1. Lari (Palang) -
2. Kertodimedjo -
3. Kuncung -
4. Ngiso . . .  s.d.1919
5. Mangun 1919 s.d.1939
6. Wongso 1939 s.d.1946
7. Amat 1946 s.d.1976
8. Fadjar 1981 s.d.1998
9. Sulam 1999 s.d.2007
10. Suwandi 2007 s.d. sekarang

Demografi

sunting

Dilihat dari segi  demografis, mengutip dari situs website Desa Nglewan mengenai data sensus penduduk, Desa Nglewan terdiri dari 1018 KK, dengan jumlah total penduduk mencapai 2.863 jiwa dengan perincian 1.397 laki-laki dan 1.466 perempuan (per Agustus 2023).[2] Berdasarkan data tersebut, maka dapat diambil kesimpulan kepadatan penduduk Desa Nglewan rata-rata mencapai 695 jiwa/km2. Peresebaran penduduk berdasarkan wilayah tempat tinggal, mayoritas terkonsentrasi di sekitar jalan utama desa, yang melintang sepanjang 1,6 km mulai dari perbatasan bagian barat sampai perbatasan timur desa. Sedangkan sisanya tinggal di gang atau jalan-jalan yang masuk ke sebelah utara atau selatan dari jalan utama tersebut.

Ekonomi

sunting

Dilihat dari segi ekonomi, mayoritas masyarakat Desa Nglewan adalah pekerja industri. Seperti yang banyak diketahui, Desa Nglewan merupakan salah satu desa yang terkenal dengan industri batu bata dan genteng. Kemudian mata pencaharian yang tak kalah banyak daripada industri batu bata dan genteng adalah petani. Hal ini tak lain karena Desa Nglewan memiliki lahan pertanian yang cukup luas, seperti yang sudah dibahas di bagian sebelumnya.  Tak bisa dipungkiri juga, bahwasanya masyarakat Indonesia yang tinggal di dataran rendah rata-rata adalah bercocok tanam. Selain itu, mata pencaharian masyarakat desa yang lain adalah beternak, menjahit, membuat kerajinan anyaman, sapu, dll. Komoditas utama Desa Nglewan adalah batu bata, genteng, hasil tani, kerajinan (anyaman) tas, sapu ijuk, sapu lidi, jamu, dan hasil industri lainnya.

Destinasi Wisata

sunting

Desa Nglewan memiliki beberapa objek wisata yang menarik, antaralain Wisata Belik Depok, Beji Cangkring, dan Bukit Plapar.[3] Wisata Belik Depok merupakan tempat wisata religi yang populer, karena Belik Depok ini digunakan sebagai tempat penyebaran agama Islam di masa lampau. Selain itu, terdapat juga wisata Bukit Plapar yang sering digunakan untuk kegiatan upacara yang berada tidah jauh dari Belik Depok. Di desa ini juga terdapat tempat pemancingan Beji, yang dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan asli desa. Tempat-tempat wisata ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tentunya masih perlu dikembangkan lagi untuk memberikan dampak positif bagi perekonomian desa.

Referensi

sunting
  1. ^ "Profil Desa Nglewan". Media Reka Creative Desa (Merc-Des); Informasi Potensi Parisiwata Kabupaten Ponorogo. Diakses tanggal 21 Juli 2024. 
  2. ^ https://nglewan.sambit.co.id/. Diakses tanggal 10 Agustus 2023.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  3. ^ Fata, Bana Hasnul. "Profil Desa Nglewan". Scribd. Diakses tanggal 21 Juli 2024. 

Pranala luar

sunting