Nepenthes bicalcarata
Nepenthes bicalcarata (/nɪˈpɛnθiːz baɪˌkælkəˈrɑːtə, - bɪˌkælkəˈreɪtə/ dari bahasa Latin : bi = dua - calcaratus = taji) merupakan spesies tumbuhan karnivora yang ditemukan oleh Joseph Dalton Hooker pada tahun 1973. Flora endemis Sipitang Kalimantan Barat ini mempunyai ciri khas berupa sepasang taring yang terdapat pada bagian bawah tutupnya, sehingga dikenal juga kantong semar bertaring. Sepasang taring tersebut menjadi daya tarik agar mangsa masuk ke dalam kantung. Tanaman ini juga dapat ditemukan di wilayah Brunei Darussalam dan Malaysia (di daerah Sabah dan Sarawak)[1]
Nepenthes bicalcarata
| |
---|---|
Status konservasi | |
Rentan | |
IUCN | 39624 |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Caryophyllales |
Famili | Nepenthaceae |
Genus | Nepenthes |
Spesies | Nepenthes bicalcarata Hook.f., 1873 |
Deskripsi
suntingTanaman Kantong semar ini merupakan yang terbesar dari genus Nephentes, karena bisa tumbuh mencapai 20 m meskipun ukuran kantongnya bukan yang paling besar.[2] Panjang daun Nepenthes bicalcarata bisa mencapai 90 cm, sementara panjang batangnya bisa mencapai 5 meter.[1] Tidak hanya panjang, daun tanaman ini cenderung lebih tebal dibandingkan tanaman kantong semar lainnya. Memiliki dua kantung yang berbeda pada sisi atas dan sisi bawah membuat tanaman ini dapat memangsa berbagai macam jenis serangga. Batangnya yang panjang dan kuat sering kali dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai tali pengikat, sementara air yang terdapat pada kantongnya biasa diminum oleh masyarakat saat berada di dalam hutan. Tanaman ini terkenal dengan dua "taring" yang berada di bawah tutupnya. Fungsi sepasang taring ini masih menjadi perdebatan dikalangan ahli botani. Frederick William Burbidge mendeskripsikan fungsinya untuk menghalangi mamalia agar tidak mengambil isi di dalam kantong. Sementara Cliff Dodd masih meragukan apakah kedua taring tersebut memiliki peran penting dalam menangkap mangsa. Observasi yang dilakukan Charles Clarke menemukan bahwa beberapa mamalia kerap kali memakan tanaman ini dengan cara merobek kantong dari bagian samping, bukan pada bagian mulut kantong yang bertaring. Hingga akhirnya Clarke menemukan bahwa kedua taring tersebut mampu menarik mangsa supaya mendekat ke mulut kantong. Kondisi mulut kantong yang licin akan mempersulit serangga untuk mempertahankan kendali tubuhnya yang membuat mereka terpeleset dan masuk ke dalam kantong.[3]
Sepasang "taring' yang dimiliki Nepenthes bicalcarata mengeluarkan nektar yang berfungsi untuk menarik mangsa. Saat tanaman ini masih muda, belum ditemukan nektar pada kedua taringnya. Sekresi nektar akan terjadi apabila tanaman telah berkembang dan mampu menangkap mangsa.[4]
Hubungan simbiosis
suntingNepenthes bicalcarata merupakan tanaman Myrmecophyte atau tanaman yang memiliki hubungan timbal balik dengan semut. Tanaman kantong semar ini tidak memiliki dinding kantong yang licin sehingga mangsa akan sulit terpeleset dan masuk ke kantong. Semut Camponotus schmitzi membantu menjaga serta membersihkan bibir kantong agar tetap licin, memudahkan mangsa terpeleset ke dalam kantong. Sebagai gantinya, kantong semar memberikan nektar serta sulur untuk tempat tinggal semut. Selain itu, semut menjaga kantong semar dari hewan pemakan tanaman, serta menyerang mangsa yang mencoba melarikan diri dari perangkap, kotoran semut juga berfungsi menyuburkan tanaman.[5]
Habitat
suntingTanaman kantung semar hidup di wilayah hutan hujan tropik , hutan pegunungan, rawa pada dataran rendah dan hutan gambut pada ketinggian 300 meter di atas permukaan laut, namun ada juga yang ditemukan tumbuh pada ketinggian 700 hingga 950 meter di atas permukaan laut. Tanaman kantung semar dapat tumbuh dan berkembang di habitat bernutrisi rendah. Sebagian nutrisi didapatkan dari mangsa yang tertangkap di dalam kantongnya.[6]
Status Konservasi
suntingBerdasarkan penilaian pada tahun 2000 yang dilakukan oleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) Red List, Nepenthes bicalcarata termasuk dalam tanaman dengan kategori vulnerable atau rentan. Status ini diberikan pada tanaman maupun hewan yang memiliki risiko kepunahan di alam liar dalam waktu yang akan datang.[6] Perdagangan liar sert alih fungsi lahan merupakan dua faktor terbesar yang berperan dalam kepunahan.
Referensi
sunting- ^ a b "Nepenthes bicalcarata (Sipitang, Borneo)". www.wistuba.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-20. Diakses tanggal 2019-11-30.
- ^ Setiawan, Hendra (2018). "The diversity of Nepenthes at the post mining area in Sintang District,West Kalimantan,Indonesia". Biodiversitas. 19 (5): 1820. doi:10.13057/biodiv/d190532.
- ^ Lee, Ch'ien C.; Hernawati; Akhriadi, Pitra (2006). "Two new species of Nepenthes (Nepenthaceae) from North Sumatra". www.ingentaconnect.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-12-06.
- ^ Merbach, Marlis; Zizka, Georg; Merbach, Dennis; Maschwitz, Ulrich (1999-01-01). "Giant nectaries in the peristome thorns of the pitcher plant Nepenthes bicalcarata Hook f. (Nepenthaceae): Anatomy and functional aspects". Ecotropica. 5: 45–50.
- ^ "Kantong Semar Berpengawal Semut". Tempo (dalam bahasa Inggris). 2012-05-15. Diakses tanggal 2019-11-30.
- ^ a b "The IUCN Red List of Threatened Species". IUCN Red List of Threatened Species. doi:10.2305/iucn.uk.2000.rlts.t39624a10252393.en. Diakses tanggal 2019-12-16.