Nazisme esoteris

keyakinan mistik atau okultisme pasca-Perang Dunia II yang memandang Adolf Hitler sebagai penyelamat atau dewa supernatural

Nazisme esoteris adalah istilah payung yang digunakan untuk menggambarkan berbagai interpretasi serta adaptasi mistis dari Nazisme pada zaman pasca-Perang Dunia II. Setelah tahun 1945, elemen-elemen esoteris Reich Ketiga diadaptasi ke dalam agama-agama völkisch, yaitu nasionalisme kulit putih serta Neo-Nazisme.

Pengikut terkenal

sunting

Savitri Devi

sunting

Penulis Inggris-Yunani yang lahir di Prancis, Savitri Devi, adalah pengikut besar pascaperang pertama dari apa yang kemudian dikenal sebagai Hitlerisme Esoteris.[1] Menurut ideologi tersebut, setelah kemunduran Reich Ketiga dan kematian Hitler akibat bunuh diri di akhir perang, Hitler sendiri dapat dianggap sebagai dewa. Devi menghubungkan ideologi Aryanisme Hitler dengan pergerakan pan-Hindu, Gerakan Kemerdekaan India.[2] dan aktivis seperti Subhas Chandra Bose. Baginya, swastika adalah simbol yang amat penting karena menurutnya simbol tersebut menyimbolkan penggabungan Aryan antara orang Hindu dan orang Jerman.

Savitri Devi terutama amat tertarik dalam sistem kasta India. Ia menganggap sistem tersebut adalah semacam arketipe hukum ras yang diciptakan untuk mengatur pemisahan ras dan menjaga kemurnian keturunan orang Arya yang berkulit putih. Ia menganggap bahwa sisa minoritas Brahmin yang berkulit putih di tengah-tengah populasi besar ras dan etnisitas di India, setelah percampuran selama enam puluh abad, adalah penanda hidup akan betapa berharganya sistem kasta Aryan.[3]

Savitri Devi menggabungkan Nazisme ke dalam wahana siklus sejarah Hindu. Ia menganggap Hitler adalah awatara Wisnu ke-9, dan menyebut Hitler sebagai "Individu mirip-dewa yang ada dalam zaman kita; seorang Lelaki menantang Waktu; Orang Eropa paling hebat dalam segala waktu"[4] Ia memiliki visi ideal mengembalikan bangsa Arya ke waktu yang lebih awal dan lebih sempurna, serta memiliki jalur untuk menghancurkan kekuatan jahat "dalam Waktu". Savitri Devi memandang kekalahannya, serta kegagalan visinya, adalah hasil dirinya yang "terlalu percaya, terlalu baik", kurang tega, dan "dalam pikiran psikologisnya, kurang memiliki 'matahari' dan tidak cukup 'halilintar'. [ketegasan praktis]".[5] Tidak seperti inkarnasinya yang akan datang:

"Kalki" akan bertindak dengan tega, seperti belum pernah diketahui sebelumnya. Berlawanan dengan Adolf Hitler, Ia tidak akan meninggalkan satupun lawan Kepentingan suci: tidak ada satu pun lawannya yang tersisa, bahkan tidak yang baik, yang oportunis, yang menista, yang keturunan haram, yang tidak sehat, yang terlalu manusiawi; tidak akan ada siapa pun yang tersisa, yang dalam pikiran maupun dalam tubuhnya, masih berada dalam Zaman yang lalu.[6]

Robert Charroux

sunting

Tidak seperti penulis astronaut purba lainnya, Robert Charroux amat tertarik pada rasialisme. Menurut Charroux, Hyperborea terletak di antara Islandia dan Greenland, dan merupakan tempat asal ras kulit putih Nordik, dengan rambut pirang dan warna mata biru. Charroux mengklaim bahwa ras ini bersifat ekstraterestrial (datang dari luar bumi), dan berasal dari sebuah planet dingin yang terletak jauh dari matahari.[7] Charroux juga mengklaim bahwa ras kulit putih orang Hyperborea, dan pewaris mereka, orang Keltia, di zaman purba sempat mendominasi seluruh dunia. Beberapa klaim Charroux terinspirasi oleh kepercayaan-kepercayaan Nazisme esoteris, misalnya tulisan Miguel Serrano.[8][9]

Miguel Serrano

sunting

Miguel Serrano adalah seorang mantan diplomat Chile. Ia menulis buku seperti The Golden Ribbon: Esoteric Hitlerism (1978) dan Adolf Hitler, the Last Avatar (1984). Serrano adalah salah satu penganut Nazisme esoteris yang menganggap bahwa "darah Arya" berasal dari luar bumi.

Serrano menemukan bukti mitologis atas asal-usul ekstraterestrial manusia di dalam Nefilim [malaikat jatuh] dalam Kitab Kejadian ... Ia mengatakan bahwa kemunculan tiba-tiba Manusia Kro-Magnon, dengan pencapaian artistik dan kultural tinggi mereka dalam Eropa prasejarah, adalah bukti turunnya divya—ras yang turun dari langit, di samping inferioritas Manusia Neandertal, suatu penghinaan dan ciptaan demiurge ... Dari seluruh ras di dunia ini, hanya orang Arya yang menjaga memori nenek moyang suci mereka di dalam darah mereka, yang masih disinari cahaya Matahari Hitam. Seluruh ras lain adalah keturunan dari manusia-hewan ciptaan sang demiurge, yang memang dilahirkan di dunia ini.[10]

Stefano mendukung anggapan ini dengan berbagai mitos yang memberikan asal-usul suci kepada orang Arya. Ia bahkan menggunakan pula mitos Aztek yang mengatakan bahwa Quetzalcoatl turun dari Venus. Ia juga menggunakan hipotesis Bal Gangadhar Tilak, yang menyatakan bahwa orang Indo-Arya berkampung di Arktika, untuk menentukan bahwa pusat turunnya orang Arya di bumi ini adalah di benua Arktika Hyperborea yang "hilang". Dewa-dewi luar bumi Serrano juga dinyatakan sebagai orang Hyperborea. Sebagai pembuktian, Serrano menggunakan misalnya legenda Irlandia (yang terrekam dalam Buku Invasi), yang mengatakan bahwa nenek moyang suci mereka, Tuatha Dé Danann, datang dari kepulauan di utara. Ia juga menggunakan tradisi Yunani yang mengatakan bahwa Apollo kembali ke Hyperborea setiap 19 tahun untuk mengembalikan kesehatan tubuh dan kebijaksanaannya.[11]

Saat mencoba meningkatkan pengembangan spiritual ras-ras yang memang lahir di bumi, para divya (istilah Sanskerta untuk dewa-manusia) mengalami kegagalan yang tragis. Serrano menjelaskan dengan Kitab Henokh bahwa ada sekelompok dewa yang melakukan percampuran ras dengan ras bumi dan dengan demikian mencampurkan darah bersinar anak-anak mereka dan mengurangi tingkat kesadaran kesucian planet.[11]

Untuk Serrano, konsep Hyperborea sendiri bersifat rasial dan mistis pada waktu yang sama.[12] Ia meyakini bahwa Hitler hidup di Shambala, sebuah pusat bawah tanah di Antartika (sebelumnya di Kutub Utara dan di Tibet). Di tempat itu, ia berhasil berhubungan dengan dewa-dewi Hyperborea dan dari situ ia akan muncul kembali dengan sekelompok UFO untuk memimpin tentara cahaya (yaitu orang Hyperborea sendiri, yang kadang diasosiasikan dengan Vril) dan akan melawan kekuatan jahat (yang menurut Serrano, salah satunya adalah orang Yahudi yang mengikuti Yahweh). Setelah pertempuran terakhir, Hitler akan mendirikan Reich Keempat.

 
Emblem Matahari Hitam, yang menggambarkan kampung luar bumi orang Hyperborea dan sumber energi mereka yang tidak tampak, menurut Serrano.

Ketidaksadaran kolektif orang Arya

sunting

Dalam buku "Matahari Hitam", Nicholas Goodrick-Clarke menceritakan penggambaran Hitler oleh Carl Jung: "Hitler dikuasai oleh ketidaksadaran kolektif orang Arya, dan tidak bisa melawan perintah-perintah suara dalam dirinya." Dalam sejumlah wawancara yang dilakukan antara tahun 1936 dan 1939, Jung menggambarkan Hitler sebagai sebuah arketipe yang memanifestasikan dirinya hingga menghapus dirinya sendiri.

Hitler adalah sebuah wahana spiritual, seorang demi-dewa; ia bahkan merupakan mitos. Benito Mussolini adalah seorang lelaki. ... mesias Jerman yang mengajarkan kebijaksanaan pedang. Suara yang ia dengar adalah suara ketidaksadaran kolektif dari ras-nya.

[13]

Pendapat Jung bahwa Hitler mempersonifikasi ketidaksadaran kolektif orang Arya amat menarik dan berpengaruh bagi Miguel Serrano. Ia kemudian menyimpulkan bahwa Jung hanya menggambarkan kesurupan arketipe yang misterius, suci, dan purba itu, dengan bahasa psikologi. Kekuatan-kekuatan metafisis yang merdeka ini memang memimpin ras mereka masing-masing dan terkadang masuk dan membuat anggotanya kesurupan.[14] Pendapat esoteris yang mirip juga dikemukakan oleh Michael Moynihan dalam bukunya "Lords of Chaos".

Teori konspirasi dan pseudosains

sunting

Karya-karya Miguel Serrano, Savitri Devi, dan penulis Nazisme esoteris lainnya, kemudian memunculkan karya-karya lain yang menghubungkan kepercayaan ras pemimpin Arya dan skenario pelarian Nazi dengan teori-teori konspirasi mengenai peradaban Bumi Kosong dan konspirasi New World Order. Sejak tahun 1945, penulis neo-Nazi juga menyatakan bahwa Shambala, atau bintang Aldebaran, adalah kampung halaman ras Arya. Buku "Arktos: The Polar Myth in Science, Symbolism, and Nazi Survival" yang ditulis oleh ilmuwan Hypnerotomachia Poliphili, Joscelyn Godwin, membahas teori-teori pseudosains tentang elemen-elemen Nazi yang berhasil selamat di Antartika. Buku ini dikenal untuk pendekatan ilmiah dan pencarian sumber-sumber yang belum ada dalam terjemahan bahasa Inggris.[15]

Hubungan dengan neopaganisme

sunting

Organisasi seperti Armanen-Orden mewakili perkembangan besar esoterisme serta Ariosofi setelah Perang Dunia II, akan tetapi mereka tidak mewakili seluruh bentuk esoterisme Nazi. Kelompok-kelompok neopagan Eropa Utara seperti Theods, Ásatrúarfélagið dan Viðartrúar jelas-jelas mengatakan bahwa Neo-Nazisme tidak banyak ditemukan di anggota mereka. Di sisi lain ada pula organisasi neopagan yang dekat dengan Neo-Nazisme seperti Artgemeinschaft atau Heathen Front. Ketertarikan kaum neo-Nazi dengan paganisme Jerman hingga saat ini masih menjadi permasalahan di Jerman (lihat Nornirs Ætt).

Gerakan neo-völkisch

sunting

Terdapat sebuah jaringan kelompok musik kecil yang menggabungkan neofasisme dan satanisme. Kelompok-kelompok ini dapat ditemukan di Inggris, Prancis, dan Selandia Baru. Mereka menggunakan nama-nama seperti "Black Order" (bahasa Indonesia: Ordo Hitam) atau "Infernal Alliance" (bahasa Indonesia: Aliansi Neraka). Mereka terinspirasi dari Hitlerisme esoteris Miguel Serrano.[16] Kelompok-kelompok ini mendukung ide-ide antimodern seperti neotribalisme dan Tradisionalisme, yang dapat ditemukan dalam ide-ide di buku seorang dukun pagan, Alain de Benoist (terinspirasi oleh Julius Evola), yang berjudul Nouvelle Droite (bahasa Indonesia: Kanan Baru).

Tema-tema esoteris, termasuk penyebutan artefak-artefak seperti Tombak Suci, juga sering digunakan dalam musik neo-Nazi dan dalam Metal hitam Sosialis Nasional.[17]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Lihat karyanya berjudul "Hitlerian Esotericism and the Tradition".
  2. ^ Lihat karyanya "Hitlerism and Hindudom", yang aslinya berjudul "Hitlerism and the Hindu World", dalam The National Socialist, no. 2 (Musim Gugur 1980): 18–20.
  3. ^ Goodrick-Clarke, Black Sun, p. 92
  4. ^ Dari bagian Dedikasi bukunya berjudul The Lightning and the Sun.
  5. ^ The Lightning and the Sun, p. 53 (http://www.savitridevi.org/lightning-03.html Diarsipkan 2007-09-27 di Wayback Machine.).
  6. ^ The Lightning and the Sun, unabridged edition, p. 430 (http://www.savitridevi.org/lightning-16.html Diarsipkan 2007-09-27 di Wayback Machine.).
  7. ^ Robbert Charroux, The Mysterious Past, Futura Publications Ltd., 1974 pp. 29–30
  8. ^ Black Sun: Aryan Cults, Esoteric Nazism, and the Politics of Identity, Nicholas Goodrick-Clarke, 2003 pp. 117–118
  9. ^ Atlantis and the Cycles of Time: Prophecies, Traditions, and Occult Revelations, Joscelyn Godwin, 2010, pp. 55–57
  10. ^ Goodrick-Clarke 2003: 181.
  11. ^ a b Goodrick-Clarke, 2003
  12. ^ Jeffrey, Jason. Hyperborea & the Quest for Mystical Enlightenment, published in New Dawn No. 58 (January–February 2000). Online: [1] Diarsipkan 2016-02-05 di Wayback Machine.
  13. ^ Goodrick-Clarke 2002: 178
  14. ^ Goodrick-Clarke 2002: 179
  15. ^ Godwin 1996, ch. 5–6, 10; Goodrick-Clarke 2002, especially ch. 6–9.
  16. ^ Goodrick-Clarke 2002: 106, 213–231.
  17. ^ Neo-Nazi Hate Music: A Guide Diarsipkan 2007-06-07 di Wayback Machine.