Natrium lauret sulfat

(Dialihkan dari Natrium laureth sulfate)

Natrium lauret sulfat (bahasa Inggris: sodium laureth sulfate), atau natrium lauril eter sulfat (sodium lauryl ether sulfate, disingkat SLES) adalah detergen dan surfaktan anion yang biasa ditemui di tempat-tempat yang menjual produk perawatan tubuh, seperti sabun, shampo, pasta gigi, dll. SLES mudah ditemukan di toko kimia dengan harga yang relatif murah. SLES efektif sebagai unsur pembuat busa.[1]

Natrium lauret sulfat
Natrium lauril eter sulfat
Nama
Nama lain
Sodium lauril eter sulfat; Sodium lauret sulfat
Penanda
3DMet {{{3DMet}}}
Singkatan SLES
Nomor EC
Nomor RTECS {{{value}}}
Sifat
CH3(CH2)10CH2(OCH2CH2)nOSO3Na
C11+nH23+4nNaO4+nS
Massa molar 420 g/mol
(274.35 + 44.05n) g mol−1
Densitas 1.05 g/cm3
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa).
YaY verifikasi (apa ini YaYN ?)
Referensi

SLES telah terbukti dapat menyebabkan iritasi pada mata atau kulit pada eksperimen dengan hewan dan beberapa uji coba pada manusia.[2] Beberapa produk yang mengandung SLES telah ditemukan terdapat kandungan 1,4-dioxane dalam kadar rendah, yang merupakan bahan karsinogen dan direkomendasikan oleh FDA kadar kandungan ini harus dibatasi.[3]

Struktur Kimia

sunting

Rumus kimia dari SLES adalah CH3(CH2)10CH2(OCH2CH2)nOSO3Na. Kadang angka yang dilambangkan dengan n dituliskan pada nama kimianya, contohnya laureth-2 sulfate. Produk komersial mempunyai jumlah grup ethoxyl yang heterogen dan n merupakan nilai rata-ratanya. SLES biasanya digunakan untuk produk komersial, n=3. SLES dibuat dengan proses etosilasi(ethoxylation) dari dodecanol. Hasil dari etosilasi berupa setengah ester asam sulfat yang dinetralkan sehingga terkonversi menjadi garam sodium.[1] Salah satu jenis surfaktan lain, sodium lauryl sulfate (sering juga disebut sodium deodecyl sulfate atau SLS) diproduksi dengan metode yang sama tetapi tanpa etosilasi. SLS dan ammonium laureth sulfate (ALS) biasanya digunakan sebagai alternatif pengganti SLES di produk konsumen.[1]

Aplikasi

sunting

SLES, SLS dan ALS adalah surfaktan yang biasa digunakan di produk-produk kosmetik dan karena memiliki sifat pembersih dan pengemulsi. Sifat dari surfaktan ini mirip dengan sabun.

Toksikologi

sunting

Iritasi

sunting

Walaupun SLES dianggap aman untuk batas konsentrasi yang digunakan pada produk-produk kosmetik (di bawah 400 mg per meter kubik), tetapi bahan ini tetap merupakan bahan pengiritasi. Sama seperti detergen lain, makin tinggi konsentrasinya, semakin kuat pengiritasinya. Telah dibuktikan bahwa SLES dapat menyebabkan iritasi pada mata atau kulit pada eksperimen dengan hewan dan beberapa test pada manusa.[2] SLS yang merupakan alternatif SLES juga merupakan pengiritasi yang kuat.[4][5] Peneliti juga menemukan SLES dapat menyebabkan iritasi jika terkena kulit dalam jangka waktu tertentu bagi sebagian orang.[6][7]

Karsinogenik

sunting

Penelitian toksikologi di USA menyebutkan bahwa SLES yang mengandung 1,4-dioxane belum bisa dipastikan merupakan bahan karsinogen[8] (dari penelitian ditemukan bahwa ada penambahan probabilitas terjadinya kanker pada percobaan dengan hewan, tetapi tidak dengan manusia yang bekerja dengan kimia tersebut).[9]

Kontaminasi 1,4-dioxane

sunting

Beberapa produk yang mengandung SLES ditemukan mengandung 1,4-dioxane dalam kadar rendah, yang merupakan bahan karsinogen dan direkomendasikan oleh FDA. Kadar kandungan ini harus dibatasi.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Kurt Kosswig,"Surfactants" in Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry, Wiley-VCH, 2005, Weinheim. doi:10.1002/14356007.a25_747
  2. ^ a b "Final report on the safety assessment of sodium laureth sulfate and ammonium laureth sulfate". Journal of the American College of Toxicology. 2 (5): 1–34. 1983. doi:10.3109/10915818309140713. 
  3. ^ a b Black RE, Hurley FJ, Havery DC (2001). "Occurrence of 1,4-dioxane in cosmetic raw materials and finished cosmetic products". Journal of AOAC International. 84 (3): 666–70. PMID 11417628. 
  4. ^ Agner T (1991). "Susceptibility of atopic dermatitis patients to irritant dermatitis caused by sodium lauryl sulphate". Acta Dermato-venereologica. 71 (4): 296–300. PMID 1681644. 
  5. ^ Nassif A, Chan SC, Storrs FJ, Hanifin JM (1994). "Abnormal skin irritancy in atopic dermatitis and in atopy without dermatitis". Archives of Dermatology. 130 (11): 1402–7. doi:10.1001/archderm.130.11.1402. PMID 7979441. 
  6. ^ Magnusson B, Gilje O (1973). "Allergic contact dermatitis from a dish-washing liquid containing lauryl ether sulphate". Acta Dermato-venereologica. 53 (2): 136–40. PMID 4120956. 
  7. ^ Van Haute N, Dooms-Goossens A (1983). "Shampoo dermatitis due to cocobetaine and sodium lauryl ether sulphate". Contact Dermatitis. 9 (2): 169. doi:10.1111/j.1600-0536.1983.tb04348.x. PMID 6851541. 
  8. ^ Rumor: Sodium Lauryl Sulfate Causes Cancer. The Cosmetic, Toiletry, and Fragrance Association. 13, October 2000. Consumer Information Diarsipkan 2009-02-09 di Wayback Machine.
  9. ^ 1,4-Dioxane (1,4-Diethyleneoxide). Hazard Summary. U.S. Environmental Protection Agency. Created in April 1992; Revised in January 2000. Fact Sheet