Nashiruddin Ath-Thusi
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
Templat:Incomprehensible
|
Abu Jafar Muhammad bin Hasan Nashiruddin biasa dipanggil Ath-Thusi, l
Lahir di Thus pada tahun 597 H (1201 M) dan meninggal pada tahun 672 H (1274 M).
Penemuan
suntingDalam bidang astronomi :
- Ath-Thusi melancarkan kritik terhadap teori Ptolemaeus dalam bukunya Al-Majsithi dan berusaha memperbaiki pendapat Ptolemaeus tentang alam yang diberi nama Izdiwaj Ath-Thusi yang digunakan oleh ashli astronomi setelahnya seperti Copernicus, dalam memperbaiki pendapat tentang peredaran planet.
- Ath-Thusi adalah orang yang pertama kali membuat teropong dalam bentuk yang benar yang dikenal dengan nama Asha Ath-Thusi.
- Ath-Thusi membuat gedung astronomi terbesar yang kemudian disebut Laboratorium Maraghah.
Dalam bidang fisika :
Ath-Thusi berhasil menafsirkan tentang fenomena pelangi.
Karya
suntingDalam bidang matematika, diantaranya:
- Kitab Syakl al-Qitha', Merupakan buku penting yang berkontribusi terhadap trigonometri dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis, Latin, dan Inggris. Selama berabad-abad dijadikan rujukan oleh para ilmuan Eropa.
- Risalah fi al-Jabar Mutsallatsat al-Mustawiyah
- Kitab al-Jabar wa al-Muwabalah
Dalam bidang astronomi, diantaranya:
- Az-Zaij al-Ilkhani. Terdapat empat bagian buku; pertama, tentang sejarah-sejarah; kedua, tentang pergerakan planet dan letaknya; ketiga, waktu-waktu melakukan pemantauan bintang-bintang; empat, tentang judul lain yang berhubungan dengan bintang. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia.
- Zaij Az-Zahi.
Dalam bidang fisika :
- Kitab Tahrir al-Manazhir fi al-Bashariyyat.
Komentar Tentang Ath-Thusi
suntingIlmuwan Fidman, mengatakan "Nashiruddin Ath-Thusi berusaha untuk membuktikan pendapat Euclide yang kelima dalam bukunya Ar-Risalah Asy-Syafiyah an Asy-Syakki fi al-Khuthuth al-Mutawaziyah. Usahanya berhasil karena dia membuka dialog dan tidak menerima begitu saja Euclide dan semacamnya dari para ilmuwan geometri Yunani.[1]
Referensi
sunting- ^ Gaudah, Muhammad Gharib. (2007). 147 ilmuwan terkemuka dalam sejarah Islam. Mas Rida, H. Muhyiddin. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-979-592-410-4. OCLC 953648911.