Narkolepsi (bahasa Inggris: narcolepsy) adalah gangguan serangan tidur, di mana penderitanya mengalami kesulitan mempertahankan keadaan sadar dan hampir sepanjang waktu merasa kantuk. Rasa kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat kantuk akan menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita narkolepsi mengeluh tidak dapat tidur.

Penyebab narkolepsi belum diketahui dengan baik, tetapi gangguan ini kemungkinan melibatkan faktor genetik dan sinyal abnormal dalam otak. Penderita narkolepsi dapat mengalami kehilangan tegangan otot secara tiba-tiba dan halusinasi. Narkolepsi dapat disertai dengan gejala lainnya, seperti katapleksi, yaitu kelemahan atau kehilangan kendali pada otot wajah, leher, dan lutut. Narkolepsi yang disertai dengan katapleksi disebut dengan narkolepsi tipe 1, sedangkan yang tidak disertai dengan katapleksi, disebut dengan narkolepsi tipe 2.

Penyebab

sunting

Hingga saat ini, penyebab narkolepsi belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar penderita narkolepsi memiliki kadar hipokretin rendah. Hipokretin adalah zat kimia dalam otak yang mengendalikan waktu tidur. Penyebab rendahnya hipokretin diduga akibat penyakit autoimun.

Narkolepsi juga diduga dapat disebabkan oleh penyakit yang merusak bagian otak penghasil hipokretin, seperti:

Selain penyakit di atas, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya narkolepsi atau memicu timbulnya penyakit autoimun hingga menyebabkan narkolepsi, yaitu:

Gejala

sunting

Gejala narkolepsi dapat muncul dalam beberapa minggu atau berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Berikut ini adalah gejala narkolepsi yang umumnya terjadi:

  • Rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari. Penderita narkolepsi selalu mengantuk pada siang hari, sulit untuk tetap terjaga, dan sulit berkonsentrasi.
  • Serangan tidur. Serangan tidur yang menyebabkan penderita narkolepsi tertidur di mana saja dan kapan saja secara tiba-tiba. Jika narkolepsi tidak terkendali, serangan tidur bisa berlangsung selama beberapa kali dalam sehari.
  • Katapleksi. Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba ditandai dengan tungkai terasa lemas, penglihatan ganda, kepala lunglai dan rahang turun, serta bicara cadel. Kondisi ini dapat terjadi selama beberapa detik hingga beberapa menit dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu, seperti terkejut, marah, senang, atau tertawa. Penderita biasanya mengalami serangan katapleksi 1–2 kali dalam setahun.
  • Ketindihan atau sleep paralysis Kondisi ini terjadi ketika penderita tidak mampu bergerak atau berbicara saat hendak terbangun atau mulai tertidur.
  • Halusinasi Penderita narkolepsi kadang dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata, terutama saat akan tidur atau bangun tidur.

Selain gejala umum tersebut, narkolepsi juga dapat disertai gejala lainnya, seperti:

  • Gangguan ingatan
  • Sakit kepala
  • Depresi
  • Keinginan untuk makan secara berlebihan
  • Kelelahan ekstrem dan kekurangan energi yang terjadi secara terus-menerus[1]

Perawatan

sunting

Meskipun tak ada penyembuhan untuk narkolepsi, beberapa gejala bisa diobati dengan obat-obatan dan pergantian gaya hidup. Ketika katapleksi ada, hilangnya hipokretin dipercaya tak dapat diubah dan seumur hidup.

Gaya Hidup

sunting

Tak semua orang dengan narkolepsi bisa secara konsisten menjaga keadaan normal kewaspadaan sepenuhnya menggunakan pengobatan yang ada. Terapi obat seharusnya didampingi dengan pergantian gaya hidup seperti berikut :

  • Tidur siang sementara. Banyak orang melakukan tidur siang sementara secara rutin ketika merasa sangat mengantuk.
  • Pertahankan jadwal tidur yang teratur. Tidur dan bangun sesuai jadwal yang telah ditentukan tiap hari bahkan pada saat hari libur, bisa membantu untuk tidur dengan baik.
  • Hindari kafein atau alkohol sebelum tidur. Seseorang seharusnya menghindari alkohol dan kafein beberapa jam sebelum waktu tidur.
  • Hindari merokok
  • Olahraga. Olahraga rutin setiap hari paling sedikit 20 menit per hari atau 4-5 jam sebelum waktu tidur juga menambah kualitas tidur dan bisa membantu orang dengan narkolepsi dan mengurangi pertambahan berat badan.
  • Hindari makan berat dan besar sebelum tidur. Makan sebelum tidur bisa membuat sulit untuk tidur.
  • Relaksasi sebelum tidur. Aktivitas relaksasi seperti mandi dengan air hangat sebelum tidur bisa membantu untuk tidur dan pastikan tempat tidur nyaman dan dingin.[2]

Obat-obatan

sunting

Untuk orang yang memiliki narkolepsi tipe 1 dan tipe 2, kelompok obat yang umum dikonsumsi adalah agen pemicu kesadaran (wakefulness-promoting agent). Obat ini hanya di konsumsi 1 - 2 kali dalam sehari. Penderita hanya meminumnya di pagi hari, dan mungkin menelan dosis keduanya di sore hari. Obat ini bukanlah penawar mutlak bagi penderita narkolepsi, terkadang akan dibutuhkan terapi lanjutan pada beberapa kasus. Adapula bagi penderita yang hanya mengantuk pada jam-jam kerja, dan ketika mengemudi, obat methylphenidate saja sudah cukup.

Bagi penderika narkolepsi dengan gejala kantuk berlebihan di siang hari dan cataplexy yang cukup sering, akan lebih baik diobati dengan sodium oxybate—dan 1 obat lain yang dapat mengatasi berbagai aspek penyakit, dengan dosis kedua di 2 sampai 4 jam kemudian. Khasiat dari obat ini adalah mengurangi rasa kantuk di siang hari serta cataplexy dengan efektif. Penderita narkolepsi yang juga mengidap cataplexy mungkin akan memerlukan pengobatan ini, atau mungkin juga tidak, dengan cukup menghindari situasi yang dapat memicu terjadinya cataplexy tersebut.[3]

Beberapa obat-obatan yang dapat dikonsumsi penderita narkolepsi, di antaranya adalah: Stimulan, antidepresan, dan obat lainnya dapat membantu.

Stadium

sunting

Terdapat dua stadium narkolepsi, yaitu :

  • Narkolepsi Stadium 1

Narkolepsi jenis ini didiagnosis berdasarkan individu baik memiliki tingkatan rendah dari hormon otak (hypocretin) atau melaporkan bentuk katapleksi dan memiliki rasa kantuk yang berlebih dalam uji tidur siang khusus.

  • Narkolepsi Stadium 2

Individu dengan kondisi ini mengalami rasa kantuk pada pagi hari yang berlebih yang biasanya tak memiliki kelemahan otot yang dipicu oleh emosi. Biasanya mereka memiliki gejala yang tak berat dan memiliki tingkatan normal hormon otak (hypocretin). Sebuah kondisi yang dikenali sebagai narkolepsi sekunder bisa terjadi dari cidera pada bagian hipotalamus, tempat bagian dalam pada otak yang mengatur tidur. Ditambah pada mengalami gejala-gejala dari narkolepsi, seseorang tersebut bisa memiliki masalah neurologis yang parah dan bisa tidur pada jangka yang panjang (lebih dari 10 jam) tiap malam.[4]

Epidemiologi

sunting

Perkiraan prevalensi/ angka kejadian berkisar antara 2 dan 10 per 10.000 orang di Amerika Utara dan Eropa. Sedangkan di Jepang angka kejadian sekitar lima kali lebih tinggi. Gejala-gejala dari narkolepsi biasanya timbul antara usia 12 dan 30 tahun, meskipun ada pula kasus yang dilaporkan dengan onset sejak usia 2 tahun dan hingga akhir 76 tahun. Perbedaan gender tidak terlalu berpengaruh terhadap prevalensi kejadian.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ a b "Narkolepsi". Alodokter. 2016-01-21. Diakses tanggal 2021-07-22. 
  2. ^ "Narcolepsy Fact Sheet". What treatments are available? (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-12. 
  3. ^ "Deciding Which Drug to Use in Narcolepsy". Neurology live (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-04. 
  4. ^ "Narcolepsy Fact Sheet". National Institute of Neurological Disorders and Stroke (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-12. 
  5. ^ (Inggris) Rowland, Lewis P. (2005). Merritt's Neurology, 11th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. -.