Nǚwā (8000-7500 SM) atau disebut juga sebagai Dewi Nǚwā (女娲) bermarga Fèng 凤, lahir di Chéngjì, diceritakan bernama Fèng Lǐxī (风里希). Salah satu dari Tiga Maharaja (Sān Huáng 三皇) dari suku Tionghoa, dan merupakan leluhur dari manusia, yang dalam legenda, manusia adalah keturunan dari dia dan kakaknya Fuxi (伏羲).

Nǚwā dan Fúxī

Diceritakan bahwa dia menciptakan manusia dari tanah liat kuning, menggunakan batu lima warna menambal langit, memotong empat kaki kura-kura raksasa untuk menggantikan empat pilar penahan langit yang roboh, menyurutkan banjir dan memusnahkan binatang buas, sehingga manusia bisa hidup aman dan tenteram.

Legenda

sunting
 
Gambar Nüwa dari Gujin Tushu Jicheng oleh Chen Menglei, Dinasti Qing.

Menurut legenda, bentuk Nǚwā 女娲 adalah berkepala manusia berbadan ular. Ia pun memiliki kemampuan menciptakan manusia. Pada mulanya, ia menggunakan tanah liat untuk menciptakan manusia dengan tangan, tetapi karena terlalu lambat, akhirnya ia menggunakan cara dengan mencelupkan tali ke dalam tanah liat dan mengibaskannya lalu terciptalah manusia dalam jumlah banyak.

Manusia yang diciptakan pada awalnya dengan tangan sendiri adalah kaum bangsawan. Manusia yang diciptakan dari gumpalan tanah liat yang dikibaskan memakai tali adalah rakyat biasa. Cara menciptakan manusia yang memiliki perbedaan ini, juga merupakan cara dari para penguasa pada zaman Masyarakat Budak dan zaman Masyarakat Feodal untuk menyampaikan "Teori Mandat Surga" kepada rakyatnya, hal itu dilakukan untuk melindungi kekuasaan mereka.

Menurut catatan sejarah Shiji bagian Bǔsān Huángběnjì 补三皇本纪, Dewa Air Gònggōng (共工) memberontak, dan berperang dengan Dewa Api Zhùróng (祝融). Gònggōng dikalahkan oleh Zhùróng, dalam amarahnya, Gònggong membenturkan kepalanya ke pilar penahan langit barat, yaitu gunung Bùzhou, sehingga langit miring, air dari sungai langit melimpah ke bumi. Nǚwā tidak tega melihat manusia menderita, sehingga ia melebur dan menggunakan Batu Lima Warna (Wǔsèshí 五色石) untuk menambal langit (ada yang mengatakan tujuh warna, sebagai bentuk dari warna pelangi sekarang). Catatan literatur kuno lainnya terdapat perbedaan, seperti buku Huáinánzi 淮南子 bagian Tiānwénxùn 天文训 dicatat sebagai perang antara Gònggōng dan Zhuānxū 颛顼; buku Huáinánzi (淮南子) versi lain (Yuándào 原道) dicatat sebagai perang antara Gònggōng dan Gāoxīn 高辛 ; buku Diaoyùjí 雕玉集 bagian Zhuànglì 壮力 dicatat sebagai perang antara Gònggōng dan Shénnóng 神农; buku Lùshi 路史 bagian Tàiwújì 太吴纪 dicatat sebagai perang antara Gònggōng dan Nǚwā.

Legenda Nǚwā menambal langit adalah sebuah legenda yang sangat terkenal. Pada permulaan roman terkenal, Impian dari Paviliun Merah (Hóng Lóu Mèng 红楼梦) memakai pendahuluan dengan legenda ini, Nǚwā dalam rangka menambal langit, melebur 36.501 buah batu, dan yang dipakai 36.500 buah, sisa satu tidak dipakai.

Selain itu, Nǚwā juga menciptakan alat musik yang disebut dengan Sè (瑟). Legenda lain menceritakan bahwa setelah Nǚwā meninggal, ususnya berubah menjadi 10 orang dewa, yang pergi menetap dan hidup di dunia barat.

Ada cerita lain yang mengatakan kemudian Nǚwā naik ke langit, dalam kawalan Naga Putih tanpa tanduk (Báichī 白螭) dan Ular Naga (Téngshé 騰蛇) sampai di istana langit. Dalam legenda menceritakan bahwa Nǚwā dan Fúxī adalah kakak adik, yang juga merupakan suami istri.

Kultus

sunting

Suku Miáo 苗 dan beberapa suku lain di daerah Tiongkok Selatan menghormati Nǚwā sebagai dewa besar, dan ada bangunan kuil untuk sembahyang kepada Nǚwā.

Bibliografi

sunting

Bacaan lebih lanjut

sunting

Lihat pula

sunting