Museum Universitas Gadjah Mada
Museum UGM atau Museum Universitas Gadjah Mada adalah sebuah museum yang terletak di Kompleks Bulaksumur, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Terletak di dalam kawasan kampus UGM, museum ini didirikan oleh UGM sebagai jendela dari jati diri UGM yang berkelanjutan.[1] Sebagai museum universitas, Museum UGM menyajikan koleksi-koleksi dan informasi-informasi yang menunjukkan nilai-nilai ke-UGM-an. Nilai-nilai tersebut terlihat dari lanskap UGM yang mengandung makna, perjalanan sejarah, tokoh yang berperan, hingga karya-karya dari Civitas Akademika UGM yang disajikan dalam museum. Selain sajian koleksi dan informasi, Museum UGM juga menyediakan sebuah sarana permainan yang edukatif dan souvenir yang khas dari museum untuk dinikmati para pengunjungnya.
Didirikan | 2013 |
---|---|
Lokasi | Kompleks Perumahan Dosen UGM D6-D7, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia |
Jenis | Museum sejarah universitas |
Situs web | museum |
Sejarah
suntingMuseum Universitas Gadjah Mada atau Museum UGM didirikan pada tahun 2013 sebagai wahana untuk melihat dan memahami lebih dekat tentang Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam sejarah pendiriannya, UGM tidak terlepas dari peran para tokoh pejuang dan pendiri bangsa dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia, oleh karenanya UGM dikatakan sebagai Universitas perjuangan dan berkerakyatan. Kiprah UGM sejak berdiri hingga kini menjadi sebuah perjalanan sejarah dan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Segala artefak yang berkaitan dengan peristiwa tersebut dan jati diri UGM sebagai universitas perjuangan, kebangsaan, kebudayaan, dan berdasarkan pancasila ditransformasikan di Museum UGM. Untuk mencapai tujuan tersebut, Museum UGM melakukan riset, konservasi, dan pameran, sehingga Museum UGM bisa menjadi jendela jati diri UGM yang berkelanjutan.
Bangunan
suntingMuseum UGM terletak di Kompleks Bulaksumur, tepatnya di Rumah D6 dan D7 Kompleks Bulaksumur. Sebelum menjadi museum, kedua rumah ini merupakan rumah tinggal Profesor Universitas Gadjah Mada. Rumah D6 pernah ditinggali oleh Prof. Kardono Darmojuwono, seorang dekan Fakultas Geografi UGM. Rumah D7 pernah ditinggali oleh Prof. Drs. Iman Soetiknjo, seorang dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM. Rumah ini juga sempat disinggahi keponakannya, yaitu Presiden Amerika Serikat ke-44, Barack Obama. Pada 19 Desember 2013, tempat tersebut dijadikan museum untuk menyimpan dan mempublikasikan perjuangan dan karya para tokoh UGM. Pada 15 September 2013, museum tersebut menjadi juara harapan dalam Parade Museum Goes to Campus yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan DIY.[2]
Koleksi unggulan
suntingMuseum UGM merawat dan memamerkan tempat dan koleksi di dalamnya. Hingga saat ini, kurang lebih 360 koleksi, yang meliputi karya-karya dan memorabilia dari UGM dan tokoh-tokohnya. Dari 360 koleksi yang dimiliki, beberapa di antaranya merupakan koleksi unggulan. Koleksi unggulan Museum UGM adalah sebagai berikut:[3]
- Lambang UGM: Lambang ini diciptakan oleh R. Katamsi saat menjadi direktur di SMT Kotabaru. Lambang ini diciptakan pada tahun 1950, namun digunakan secara resmi pada tahun 1953.
- Memorabilia Prof. Dr. Sardjito: Foto Prof. Dr. Sardjito terpasang di salah satu sudut ruangan bersama mesin ketik kuno, meja, dan radio tua ynag dahulu mengisi ruangan kerja dokter yang menjadi rektor pertama Universtas Gadjah Mada. Di dalam ruangan tersebut juga terpampang kalimat Prof. Dr. Sardjito " Yang merusak Indonesia adalah manusia-manusia ber-ego kera: banyak bicara, pandai menganjurkan, tapi maunya mengambil terus. Serkah. Dengan orang-orang semacam itu, cita-cita masyarakat adil dan makmur, masyarakat sosial Indonesia, tidak mungkin akan dapat dicapai. Orang harus mengerjakan tugasnya sebaik mungkin, tetapi janganlah melekatkan diri pada buah hasil karya-karyanya itu. Karena hidup ini, sebetulnya adalah jalan kembali kepada Yang Mahabesar."
- Tungku hemat energi: Koleksi ini merupakan karya kampus UGM yang tepat guna. Pada tahun 1980, Prof. Hermas Johannes menciptakan Tungku Briket B3 (biomassa, bioarang, dan biogas) yang sehat dan hemat energi. Penciptaan tungku ini mengatasi permasalahan krisis energi dan mengurangi permasalahan sampah.
- Roket PRMI: Pada tahun 1963, dengan kondisi yang terbatas, mahasiswa UGM yang tergabung dalam PRMI (Perkumpulan Roket Mahasiswa Indonesia) berhasil meluncurkan roket ciptaannya (GAMA IIA) di Pantai Sanden, Bantul. Keberhasilan peluncurannya mendorong instusi-instusi lain di Indonesia untuk perancangan roket selanjutnya, serta mendorong pemerintah untuk mendirikan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
- Satelit nano: Satelit-nano di Indonesia dipelopori pertama kali oleh tim penyusun penelitian satelit nano untuk diajukan pada DP2M DIKTI pada tahun 2008. Pada saat yang sama, upaya melalui workshop tentang satelit-nano dilakukan oleh INSPIRE (Indonesian Nano-Satelite Platform Initiative for Research & Education).
Gallery
sunting-
Lambang Universitas Gadjah Mada
-
Replika Prof. Dr. Sardjito, Rektor Pertama UGM
-
Inovasi Mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM, Mobil Formula Mahasiswa Bimasakti[4]
-
Nalareksa, Alat Pemantau Udara yang ditemukan oleh Prof.Ir. Hardjoso Prodjopangarso dari Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM pada tahun 1992.
-
Replika Pengembangan Ulat Sutra yang dilakukan oleh Fakultas Kehutanan UGM di Hutan Wanagama[5]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ "Sejarah – Museum" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-04-09.
- ^ https://www.ugm.ac.id/id/berita/8210-museum.ugm.raih.juara.parade.museum.goes.to.campus
- ^ Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2014). Koleksi Unggulan Museum Yogyakarta. Yogyakarta, Indonesia: Penulis
- ^ "Bimasakti FT UGM".
- ^ "Sejarah – Wanagama". Diakses tanggal 2023-01-02.