Museum Tanadoang
Museum Tanadoang atau Museum Nekara adalah museum khusus yang memberikan informasi tentang kebudayaan masyarakat dan kegiatan perdagangan di Pulau Selayar pada masa lalu. Museum Tanadoang berlokasi di Poros Bandara Aroeppala KM. 4 Matalalang, Bontobangun, Bontoharu. Titik koordinatnya di 6°08’57.3” Lintang Selatan hingga 120°27’13.9” Bujur Timur. Museum Tanadoang dapat diakses melalui Pelabuhan Benteng Selayar dengan jarak tempuh 3.9 km.[1]
Sejarah
suntingMuseum Nekara sudah didirikan sejak tahun 1980 dengan Nomor Kep/73/VI/1980 Tanggal 2 Juni Tahun 1980. Penamaan Museum nekara diambil dari Nama benda cagar budaya yaitu Nekara Perunggu yang merupakan ikon budaya Kabupaten Kepulauan Selayar yang tersimpan di Matalalang, Kelurahan Bontobangun, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulaun Selayar. Koleksi Museum Nekara Pada Waktu itu ada 796 buah koleksi yang terdiri dari berbagai jenis peninggalan sejarah dan hasil kebudayaan masa lampau. Perubahan kelembagaan menyebabkan museum nekara ditutup karena tidak ada pengelolanya.
Pada tahun 2016 Museum ini dibuka Kembali melalui peraturan Bupati Kepulauan Selayar Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pendirian Museum Tanadoang Tanggal 30 April Tahun 2016 yang dikelolah oleh seksi cagar budaya dan permuseuman pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kemudian pada tahun 2017 terjadi lagi perubahan kelembagaan dimana urusan kebudayaan pindah ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sehingga museum dikelolah oleh seksi cagar budaya dan permuseuman pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Selanjutnya UPTD Museum Nekara di dirikan melalui Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Museum Nekara Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,Tanggal 17 Mei 2018. Kemudian pada tahun 2021 UPTD Museum Nekara Kembali dibawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melalui peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2021, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Museum Nekara Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tanggal 4 Januari 2021. Saat ini koleksi museum nekara berjumlah 10140 Buah.[2]
Kepemilikan museum diserahkan kepada pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Selayar. Pengelolaannya diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar.[1] Museum Tanadoang atau Museum Nekara adalah museum khusus tentang kebudayaan masyarakat dan kegiatan perdagangan di Pulau Selayar pada masa lalu. Koleksi museum berupa koleksi arkeologi, sejarah, numismatika, dan keramologi, serta ragam informasi sosial budaya terkait hari keagamaan dan pernikahan di Pulau Selayar. [3]
Koleksi
suntingKoleksi museum memberikan informasi khususnya mengenai hari keagamaan dan pernikahan di Pulau Selayar. Koleksi Museum Tanadoang berasal dari Museum Nekara yang diresmikan pada tanggal 2 Juni 1980. Bangunan Museum Nekara difungsikan sebagai kantor Kecamatan Bontoharu, sehingga tidak terkelola dengan baik. Museum Tanadoang memamerkan koleksi arkeologi, sejarah, numismatika, dan keramologi.[1] Koleksi yang dipamerkan di museum ini berupa keping uang logam dan keramik yang berasal dari Dinasti Ming, Swatow dan Dinasti Sung. Selain itu, juga terdapat miniatur perahu layar Kepulauan Selayar yang disebut Lambo yang merupakan alat transportasi pada zaman dulu.[4] Di ruangan terdapat pakaian adat Kepulauan Selayar yang digunakan oleh para raja dan pemuka adat di zaman dahulu. Adapula keris dan senjata yang oleh raja-raja zaman dahulu digunakan untuk berperang atau ritual adat lainnya.[4]
Diruangan lain kita akan menemui pakaian adat Kepulauan Selayar yang dikenakan pada sebuah maniken. Pakaian adat ini digunakan oleh para raja dan pemuka adat di zaman dahulu. Adapula keris dan senjata yang oleh raja-raja zaman dahulu digunakan untuk berperang atau ritual adat lainnya. Dengan segala peninggalan yang masih tersisa di Museum Tanadoang, menjadi sebuah gambaran bahwa Kepulauan Selayar adalah wilayah yang menjadi pusat perdagangan dan peradaban di masa lalu. Dalam budaya dan keseharian masyarakat Kepulauan Selayar saat inipun, sisa-sisa peninggalan sejarah itu masih tergambar, mulai dari perayaan hari keagamaan, pesta perkawinan sampai pada perayaan hari keagamaan yang kerap masih diwarnai dengan nuansa budaya hindu dan tionghoa[3]
1 | Arkeologika | 8 | Buah |
---|---|---|---|
2 | Etnografi | 14 | Buah |
3 | Historika | 59 | Buah |
4 | Numismatika | 7501 | Buah |
5 | Filologika | 6 | Buah |
6 | Keramologika | 2495 | Buah |
7 | Teknologika | 15 | Buah |
8 | Lain-lain | 35 | Buah |
9 | Jumlah | 10140 | Buah |
Bangunan
suntingMuseum Tanadoang berbentuk rumah panggung yang merupakan bentuk dari rumah adat Kepulauan Selayar. Pada zaman dahulu, para raja menempati istana yang mirip dengan museum tersebut.[4] Berkunjung ke Museum Tanadoang , pengunjung akan disambut oleh penjaga yang ditugaskan oleh pemerintah setempat. Setelah menaiki beberapa anak tangga, kita bisa menemui serambi rumah yang pada aman dahulu, oleh masyarakat Selayar digunakan untuk bersantai sehabis bekerja.[5]
Waktu Berkunjung
suntingSenin – Kamis 08.00-16.00 Jumat 08.00-16.30 Sabtu – Minggu 08.30-16.00
Tiket Masuk
suntingUntuk berkunjung ke Musuem Tanadoang tidak dipungut biaya atau gratis.
Referensi
sunting- ^ a b c Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid II (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 398. ISBN 978-979-8250-67-5.
- ^ a b Museum Nekara, UPTD (2025-01-13). "Profil Museum Nekara". UPTD Museum Nekara Dinas Pariwisata dan Kebudayan Kab. Kepulauan Selayar. Diakses tanggal 2025-01-13.
- ^ a b Farid Wajdi, Muhammad (2024-06-15). "Mengakrabi Museum di Sulawesi Selatan (3)". Palontaraq. Diakses tanggal 2024-12-22.
- ^ a b c "Napak Tilas Selayar Tempo Dulu di Museum Tanadoang". Selayar. 2017-01-29. Diakses tanggal 2024-05-23.
- ^ Selayar, Disparbud (2020-02-05). "Napak Tilas Selayar Tempo Dulu di Museum Tanadoang". Selayar. Diakses tanggal 2024-12-22.