Museum Sonyine Malige

museum di Indonesia

Museum Sonyine Malige adalah museum yang menyimpan koleksi benda berharga milik sultan dan para bangsawan dari Kesultanan Tidore. Pembangunan museum berasal dari hibah masyarakat Tidore. Museum Sonyine Malige diresmikan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Indonesia, yaitu Haryati Soebadio pada tahun 1982.

Museum Sonyine Malige
Peta
Didirikan1982
LokasiJalan Raya Sio-sio, Kelurahan Sio-Sio, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan
JenisMuseum
DirekturSamsudiin Hajatudin
Situs webhttps://kapita.malutprov.go.id/museum-sonyine-malige

Koleksi

sunting

Koleksi dalam museum ini berasal dari pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah dan jenis koleksinya terdiri dari benda-benda historika dan etnografika. Koleksi utama berupa mahkota berambut milik Sultan Tidore yang digunakan sebagai alat pemilihan sultan selanjutnya,[1] singgasana kesultanan, tempolong tempat ludah sultan (ketur), pakaian adat, cap kesultanan, peralatan perang, Al-Qur'an kuno tulisan tangan Qalem Mansur dari tahun 1657[2] yang merupakan salah satu alquran tertua di Tidore,[3] kerajinan dari tembikar, miniatur rumah adat, peralatan penempa besi, dan peralatan berburu.[4]

Selain itu, museum ini juga menyimpan guci yang ditemukan oleh Kementerian Kelautan melalui Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir di kedalaman laut tanjung Soa-sio dan fragmen berupa piring tua, yang ditemukan di tanjung Tongwai.[5]

Selain benda Antik, museum juga memamerkan foto dan lukisan kehidupan masyarakat Tidore pada jaman dahulu, aktifitas perdagangan masyarakat Tidore dan bangsa barat pada abad ke 15, lukisan perang antara Tidore dan Portugis, serta sketsa bangunan beberapa Benteng di Tidore.[5]

Bangunan

sunting

Luas lahan museum adalah 800 m2, tetapi gedung museum hanya menggunakan lahan seluas 300 m2. Museum menempati bangunan yang merupakan hibah dari kerabat sultan dan dimiliki oleh Keluarga Kesultanan Tidore. Begitu juga dengan pengelolaan museum dilakukan oleh keluarga kesultanan.[1]

Bagian utama museum menempati bangunan menyerupai rumah adat Kesultanan Tidore[6] yang digunakan sebagai ruang pameran tetap koleksi-koleksi museum, dan bagian lainnya untuk ruang pemeliharaan dan toilet.[3]

Akses dan lokasi

sunting

Museum Sonyine Malige terletak di Jalan Raya Sio-sio, Kelurahan Soasio, Kecamatan Tidore, Kota Tidore Kepulauan.[6] Lokasi museum berdekatan dengan bangunan bersejarah lainnya seperti Benteng Tahula di sebelah utara, Masjid Kesultanan di sebelah selatan dan makam Sultan Nuku, juga Kedaton Kesultanan Tidore.[5]

Museum ini dapat dicapai melalui Pelabuhan Trikora sejauh 3,9 km dan dari pelabuhan Rum Balibunga sejauh 22,5 km.[7] Rute lain menuju museum melalui pelabuhan Rum Kota Tidore dan menggunakan speedboat dari pelabuhan Bastiong Ternate. Begitu tiba di pelabuhan Rum, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan kurang lebih 30 menit menggunakan angkot atau bentor.[5]

Museum Sonyine Malige dibuka setiap hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 08.00 hingga 14.00.[7] Pengunjung tidak dipungut bayaran untuk melihat-lihat koleksi yang ada di museum ini.

Referensi

sunting
  1. ^ a b Budiman, R. P. (2023-01-10). "Museum Sonyine Malige". ingatan.id. Diakses tanggal 2024-05-22. 
  2. ^ Rahmawan, Guntur (2021). "EKOWISATA TERINTEGRASI SITUS KAPAL TENGGELAM DI TIDORE KEPULAUAN, MALUKU UTARA". JURNAL KELAUTAN NASIONAL. 16 (3): 169–184. 
  3. ^ a b "Museum Sonyine Malige". museum.co.id. Diakses tanggal 2024-05-22. 
  4. ^ Album Budaya (2012). Direktori Museum Indonesia (PDF). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 782–783. 
  5. ^ a b c d Amin, Faisal (2022-09-07). "Museum Sonyinge Malige, Wisata Tidore yang Menyimpan Banyak Sejarah". Tribunternate.com. Diakses tanggal 2024-05-22. 
  6. ^ a b KAPITA (2022-10-30). "Museum Sonyine Malige". Provinsi Maluku Utara. Diakses tanggal 2024-05-22. 
  7. ^ a b Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid II (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 416. ISBN 978-979-8250-67-5. 

Pranala luar

sunting