Museum Edo-Tokyo

museum di Jepang

Museum Edo-Tokyo (江戸東京博物館, Edo Tōkyō Hakubutsukan) merupakan museum sejarah yang berada di 1-4-1 Yokoami, Sumida-Ku, Tokyo tepatnya di distrik Ryogoku. Museum ini dibuka pertama kali pada Maret 1993 yang bertujuan untuk melestarikan warisan budaya Edo sekaligus menampilkan model kota Edo dan Tokyo antara tahun 1590 dan 1964. Selain itu Museum Edo-Tokyo juga menjadi museum yang pertama dibangun dan didedikasikan untuk sejarah Tokyo. Terdapat beberapa fitur utama dari pameran permainan yakni Replika Nihonbashi yang bahkan memiliki ukuran sama dengan aslinya.[1]

Museum Edo-Tokyo

Museum ini dirancang oleh Kiyonori Kikutake dengan ketinggian bangunan yakni 62,2 meter dan luas sekitar 30 ribu meter persegi. Sedangkan eksterior dari bangunan beton ini dirancang berdasarkan gudang beras tradisional dan tingginya sama dengan istana Edo. Setidaknya ada 8 lantai di Museum Edo-Tokyo ini dimana 1 berada di bawah tanah dan 7 lainnya ditinggikan dari tanah dengan 4 kolom dan alun-alun terbuka di permukaan tanah.

Pada lantai pertama Museum Edo-Tokyo terdapat museum, restoran, dan loket tiket. Sedangkan pintu masuk utama berada di lantai 3 yang bisa dicapai dengan eskalator metah terang dari alun-alun. Adapun lantai 5 dan 6 berisikan pemeran permanen dengan pameran khusus. Lantai 7 adalah perpustakaan yang bahkan bisa menampung sekitar 560 ribu teks dan benda budaya yang berkaitan dengan Edo dan Tokyo.

Museum Edo-Tokyo dibuka 13 tahun setelah Museum Shitamachi dan 6 tahun setelah Museum Fukagawa Edo. Semuanya adalah bagian dari tren nasional untuk membangun museum sejarah lokal. Pameran untuk ketiganya terutama dirancang oleh Total Media. Sebelum dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah Metropolitan Tokyo, Museum Edo-Tokyo diberi aksen oleh Museum Arsitektur terbuka Edo-Tokyo diseluruh kota di taman Koganei. Saat ini Museum Edo-Tokyo dioperasikan oleh Tokyo Metropolitan Foundation for History and Culture. Sebagai catatan tambahan, Museum ini ditutup sementara untuk renovasi pada April 2022 dan diperkirakan akan dibuka kembali pada akhir 2025.

Desain dan Arsitektur

sunting

Kikutake terpilih menjadi arsitek melalui kompetisi tertutup yang sempat diselenggarakan oleh balai kota Tokyo. Dimana Kikutake sendiri merancang struktur Metabolist dengan tujuan untuk memproyeksikan Jepang sebagai bangsa dan budaya. Sedangkan untuk organisasi yang mengarahkan museum, Total media, dipimpin oleh Ogi Shinzo. Ia ingin menggunakan museum untuk mendefinisikan Jepang melalui kehidupan sehari-hari.

Konsep museum Edo-Tokyo dibayangkan pada awal 1980an oleh Gubernur Tokyo Suzuki Shun'ichi sebagai bagian ddari kampanye ulang tahun ke 70 Expo "My Town Tokyo". Setidaknya ada 9 perusahaan terlibat dalam pembangunan museum yang diselenggarakan oleh Kajima Corporation. Lokasi situs dipilih terutama karena pelukis Ukiyo-e Katsushika Hokusai lahir di bangsal Sumida dan budaya Edo lahir dan berkembang di Ryogoku.

Atap Kyoto yang memantulkan sinar matahari mengilhami warna perak keputihan diluar. Demikian pula bentuk seperti atap yang mendefinisikan bangunan ini berasal dari atap khas kuil Jepang kuno. Untuk melindungi artefak dari getaran dan gempa bumi, setidaknya ada 126 pegas diposisikan di seluruh overhang yang mampu menyerap 3,5 inci gerakan vertikal. Namun selama gempa Tohoku 11 Maret 2011, perpustakaan Museum Edo-Tokyo lantai 7 melaporkan bahawa terdapat rak yang tidak stabil dan buku berjatuhan.

Penerimaan

sunting

Sebagian besar penerimaan awal museum Edo-Tokyo berfokus pada pameran. Dimana bangunan tersebut mendapatkan pujian umum dalam perannya menampung pameran. Namun meski memiliki bentuk bangunan yang unik, namun tetap saja mendapatkan kritik. Sebagai bangunan dominan di distrik Ryogoku, Museum Edo-Tokyo terlihat kerdil dan bisa dibilang tidak menyatu dengan gaya daerah tersebut. Dari struktur didekatnya hanya Ryogoku Kokugikan yang memiliki dimensi serupa, tetapi hampir tidak terlihat.

Steele berpendapat bahwa meskipun interiornya sangat cocok untuk pameran, kesenjangan artifisial yang diciptakan antara Edo dan Tokyo menimbulkan masalah. Lantai pameran permanen mengabaikan kesinambungan antara peeriode Edo ddan Tokyo, menurut Steele, karena denah lantai membagi ruangan menjadi 2 ruang yang berbeda.

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting