Muhammad Najmuddin Makmun

Tuan Guru Haji Muhammad Najmuddin Makmun merupakan salah seorang ulama dan Mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang mempunyai pengaruh besar dalam penyebaran dan pengembangan agama islam di Pulau Lombok.

Muhammad Najmuddin Makmun
TGH. M. Najmuddin Makmun
NamaMuhammad Najmuddin Makmun
KebangsaanIndonesia

Kelahiran & silsilah

sunting

Nama asli beliau adalah Ma’arif, beliau lahir di kampung Karang Lebah Praya pada tahun 1920 Masehi. Pada tahun pertama setelah selesai menunaikan ibadah haji, beliau mengubah namanya dari Maarif menjadi Haji Muhammad Najmuddin. Ayah beliau bernama Tuan Guru Haji Makmun, putra dari Abdul Wahid Bin Abdul Karim. Tuan Haji Guru Makmun adalah salah seorang Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah pada masanya (wafat bulan Safar 1947 M).

Pendidikan

sunting

Guru-Guru Di Pulau Lombok

sunting

Adapun guru-guru beliau dalam mulazamah (mengaji) berbagai ilmu Islam:

  1. Tuan Guru Haji Muhammad Ra’is Sekarbela, Mataram
  2. Tuan Guru Haji Makmun, Karang Lebah, Praya Lombok (ayahanda)
  3. Tuan Guru Haji Thaha Pesinggahan, Sekarbela, Mataram
  4. Tuan Guru Haji Ibrahim Lomban Praya, Lombok
  5. Tuan Guru Haji Muhammad Badarul Islam, Pancor, Lombok
  6. Tuan Guru Haji Abdul Kadir Karang Lebah Praya Lombok
  7. Abuya KH. Dimyathi al-Bantani (bil ijazah)

Berangkat Ke Makkah

sunting

Setelah mempelajari dasar-dasar ilmu agama Islam pada ayahnya TGH. Makmun, Ma’arif - nama kecil TGH.M.Najmuddin - melanjutkan pelajaran pada TGH. Muh. Rais Sekarbela Mataram, terutama dalam bidang ilmu gramatika Bahasa Arab hingga mengkhatamkan Kitab Nahwu Matan Alfiah Ibnu Malik. Berikutnya beliau ke Pancor belajar pada TGH.KH. M. Zainuddin Abdul Majid selama kisaran waktu 3 bulan guna mematangkan persiapan untuk studi di Mekkah.[1]

Selanjutnya dalam usia yang masih belia, beliau berangkat ke tanah suci Mekah guna mendalami pendidikan Islam tingkat lanjutan yang sebelumnya telah ditempuh di tanah kelahirannya. Di Mekkah beliau mendaftarkan diri di madrasah Darul Ulum Al-Diniyah yang didirikan oleh Sayyid Muhsin al-Musawwa Palembang dan beberapa Ulama’ Nusantara lainnya. Di samping belajar di madrasah, beliau juga belajar secara khusus kepada guru-guru mulia lainnya, seperti:

  1. Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani. Salah seorang ulama hadits yang terkenal dengan gelar “Musnid ad-dunia” ahli sanad(mata rantai) hadis sedunia. Syekh Yasin merupakan guru utama beliau dalam menempuh pendidikan dan mempunyai pengaruh yang sangat besar pada kehidupan beliau selanjutnya.[2]
  2. Syekh Muhammad Nuri Trengganu Malaysia
  3. Syekh Abdul Karim Mandailing Medan
  4. Syekh Utsman Tungkal
  5. Syekh Idris Banten. Kepada syekh Idris Banten, beliau belajar ilmu tajwid al-Qur’an, qira’ah Hafsh dan tasawuf, serta menerima ijazah Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.[2]
  6. Syekh Faisal Pulau Bawean

TGH. M. Najmuddin juga belajar kepada beberapa masyaikh yang berasal dari Lombok yang tengah mukim di Mekkah pada waktu, yakni:

  1. TGH. Mukhtar Kediri Lombok Barat
  2. TGH. Ibrahim Al-Khalidi Kediri Lombok Barat
  3. TGH. Musthafa Kediri Lombok Barat

Dakwah, ketokohan & pengaruh

sunting

Setelah menetap selama 5 tahun di Mekkah beliau pun pulang ke tanah air sekitar tahun 1941.[3]

Mendirikan Ponpes Nurul Yaqin

sunting

Setibanya dari Mekkah, beliau kemudian memberikan pengajian di rumah kediamannya dan berkembang hingga pada tahun 1943 M berdiri sebuah madrasah yang bernama Nurul Yaqin (cahaya keyakinan) di Karang Lebah Praya, yang merupakan satu-satunya madrasah di Lombok Tengah waktu itu. Pada tahun 1948, gedung permanen Madrasah Nurul Yaqin terbangun dan dikenal dengan sebutan Perguruan Nurul Yaqin atau kadang disebut Sekolah Arab Bawak Mundah. Pada dekade 1950-an, berdiri sekolah khusus putri dengan nama Tanbihul Muslimat lalu berdiri pula Mu’allimin 6 tahun, Mu’allimat 6 tahun, dan Sekolah Menengah Islam (SMI).

Mendirikan Ponpes Darul Muhajirin

sunting

Beberapa tahun kemudian, Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah menghadiahkan tanah 3,2 Ha sebagai lahan Pondok Pesantren yang oleh TGH. M. Najmuddin saat itu diberi nama Madrasah Muhajirin. Peletakan batu pertama pada hari Rabu, 14 Juli 1971 Masehi. Pada tahun 1972 beliau kembali berangkat menunaikan ibadah haji. Pada kesempatan tersebut, beliau juga bersilaturahmi kepada Ulama besar di Mekkah, antara lain Syeikh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani dan Syeikh Muhammad Hasan al-Masysyath. Oleh Syeikh Yasin Padang, madrasah Muhajirin yang baru didirikan lalu diberi nama “DARUL MUHAJIRIN”.

Sejak berdiri hingga saat ini, Pondok Pesantren Darul Muhajirin telah menyelenggarakan berbagai lembaga pendidikan, dan yang masih bertahan hingga saat ini adalah: Madrasah Tsanawiyah Putri (MTs Putri); Madrasah Tsanawiyah Putra (MTs Putra); Sekolah Menengah Pertama (SMP); Madrasah Aliyah (MA); Sekolah Menengah Atas (SMA), dan TK/PAUD. Tercatat pada tahun pelajaran 2016/2017 jumlah santri yang menuntut ilmu di Ponpes ini kisaran 2.150 orang. Selain menyelenggarakan pendidikan formal, TGH.M. Najmuddin juga membuka Majelis Taklim pada 153 titik di seputar Pulau Lombok.[4]

Mursyid Tarekat

sunting

TGH. M. Najmuddin Makmun selain dikenal sebagai ulama yang menaruh perhatian pada ilmu Fiqh, juga dikenal sebagai ulama dengan orientasi tasauf yang sangat kuat dan sekaligus juga merupakan mursyid dari Tarekat Muktabarah, yakni Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. TGH. M. Najmuddin Makmun menjadi mursyid setelah menerima ijazah irsyadah (kemursyidan) dari orang tuanya TGH. Makmun dan Syeikh Idris Al-Bantani Al-Makki. Silsilah tarekat dari jalur ayahnya TGH. Makmun bersambung dengan TGH. Sidiq Karangkelok Mataram. Sedangkan TGH. Sidiq Karangkelok adalah salah satu khalifah Syeikh Abdul Karim Banten. Sementara Syeikh Abdul Karim Banten adalah murid dari Syekh Achmad Khotib al-Syambasi, pendiri Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.[2]

Buku Karya

sunting
  1. Buku “Sejarah Ringkas Deside Wali Nyato’” diterbitkan oleh Madrasah Darul Muhajirin (1993)
  2. Kitab “Fawa’idul Hifzhi li Jama’ati Majalisi at-Ta’imi Da-ril Muhajirin” (2001) diterbitkan oleh Maktabah Barik Lana. Berisi kumpulan zikir, doa, sholawat dan wirid serta manaqib beberapa tokoh ulama’
  3. Kitab “Majmu’atul Aurod”, Wirid Ijtima’ Majlis Ta’lim Darul Muhajirin. (1995) diterbitkan oleh Maktabah Barik Lana.
  4. Sejarah Ringkas Datu Pejanggik (tulisan tangan, belum diterbitkan)
  5. Sifat Dua Puluh: Bicara Ilmu Tauhid (manuscript)
  6. Inggih Tiang Matur. Tentang Fiqih & Tauhid. Dalam bahasa Sasak
  7. Sejumlah catatan dalam tulisan tangan yang berkaitan tentang ilmu tasawuf dan tidak diterbitkan

Kewafatan

sunting

TGH. M. Najmuddin Makmun wafat pada tanggal 18 Juni 2013.

Referensi

sunting
  1. ^ Kitab Majmu’atul Aurod, Wirid Ijtima’ Majlis Ta’lim Darul Muhajirin, 1995.
  2. ^ a b c Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia Published August 1992 by Mizan , Martin van Bruinessen.
  3. ^ M. Humaidi Najmuddin, 2015, Kitab Manakib TGH.M.Najmuddin Makmun, Penerbit Pp. Darul Muhajirin, Praya.
  4. ^ Buku Monografi Pondok Pesantren Darul Muhajirin Praya Lombok Tengah, 2016.