Cholil Bisri
Muhammad Cholil Bisri (12 Agustus 1942 – 23 Agustus 2004) merupakan seorang ulama dan politikus Indonesia. Dia merupakan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat sejak 2002 hingga 2004. Ia ikut mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa.
Muhammad Cholil Bisri | |
---|---|
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat | |
Masa jabatan 5 Juni 2002 – 23 Agustus 2004 | |
Ketua MPR | Amien Rais |
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat | |
Masa jabatan 1 Oktober 1999 – 30 September 2004 | |
Daerah pemilihan | Jawa Tengah |
Masa jabatan 1 Oktober 1992 – 30 September 1997 | |
Daerah pemilihan | Jawa Tengah |
Informasi pribadi | |
Lahir | Rembang, Jawa Tengah, Masa Pendudukan Jepang[1] | 12 Agustus 1942
Meninggal | 23 Agustus 2004 Leteh, Rembang, Rembang, Jawa Tengah, Indonesia | (umur 62)
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | PKB |
Suami/istri | Hj. Muchsinah |
Anak | Yahya Cholil Staquf Yaqut Cholil Qoumas Mochamad Hanies Cholil Barro |
Sunting kotak info • L • B |
Sosok
suntingAyahnya K.H. Bisri Mustofa adalah seorang Kyai yang disegani di pulau Jawa pada masa 1960-1978. Ayahnya, sebagai menantu Kyai Kholil bin Harun Kasingan yang terkenal di tanah Jawa sebagai ahli Nahwu (tata bahasa Arab) dan ilmu Manthiq (seni logika), memiliki kewajiban melanjutkan perjuangan mertuanya.
Masa kecil Cholil Bisri dihabiskan di pengungsian. Bergaul dengan Laskar Hisbullah karena saat itu Ayahnya turut serta mengangkat senjata bersama santri-santri dengan mengajak anak istrinya.
Ia tamat Sekolah Rakyat 6 Kartioso, hanya 5 tahun. Sebab ia langsung diterima di kelas dua, karena ia tidak mau satu kelas dengan adiknya (Mustofa), yang pada saat bersamaan masuk kelas satu.
Ketika itu terjadi peristiwa PKI di Madiun 1948. Ayahnya termasuk orang yang diburu oleh PKI saat itu. Sehingga mereka harus mengungsi ke arah timur, tepatnya ke Pare, sekitar Kediri. Pada masa pegungsian itu, ayahnya punya usaha kecil, membuat kertas daur ulang. Dari kertas bekas koran diolah menjadi bubur, dibentuk dan dijemur menjadi kertas. Kemudian dipotong untuk dibuat kertas buku-buku catatan kecil (notes). Lalu dijual. Cholil Bisri sendiri sering ikut menjualnya. Di sini jiwa wirausahanya mulai terbangun.
Setahun setelah itu, ketika keamanan sudah pulih, mereka kembali lagi ke Rembang. Tahun 1950 ia melanjutkan sekolah SR dan tamat tahun 1954. Tahun 1956 ia diminta ayahnya pergi ke Krapyak, Yogyakarta, tinggal di Pesantren Ali Mas'shum. Selama satu tahun tinggal di Krapyak, ia merasakan betapa demokratisnya Kyai Ali Mas'shum. Ia pun merasa cukup dimanjakan oleh Kyai Ali. Kemudian, ia kembali ke Rembang, bertepatan kedatangan Kyai Mahrus yang masih satu generasi dengan ayahnya. Teman ngaji ayahnya ketika masih kecil. Kyai Ma’rus berbicara dengan ayahnya dan meminta agar ia ikut bersamanya ke Kediri. Akhirnya 1957 ia berangkat ke Kediri. Tapi hanya satu tahun. Kemudian ia kembali lagi dibawa oleh Kyai Ali ke Krapyak.
Pada Pemilu 1982, ia diminta untuk menjadi anggota DPRD tingkat I. Tetapi ia tolak. Karena ia mempuyai pesantren yang harus diurus. Waktu itu ia hanya mau di DPRD tingkat II, seumur hidup. Tawaran menjadi anggota DPRD Tingkat I itu diserahkan kepada adiknya, Mustofa. Adiknya menerima tawaran itu setelah didorong dengan berbagai penjelasan.
Pada tahun 1992, ia mulai merasa jenuh di DPRD tingkat II. Sementara ia ditawarkan oleh ketua wilayah untuk masuk ke tingkat I. Tapi ia malah berpikir untuk masuk ke DPR RI. Dan pada tahun itu ia menjadi anggota DPR RI dari PPP.
Akhir hayat
suntingCholil Bisri meninggal dunia dalam usia 62 tahun pada 23 Agustus 2004 pukul 20.40 di rumahnya di Leteh, Rembang, Jawa Tengah. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, itu meninggalkan, seorang istri Hj Muhsinah, delapan anak, dan sejumlah cucu. Dimakamkan Selasa siang di Pemakaman Keluarga Bisri Mustofa di Kota Rembang.