Monumen Michiels adalah monumen terbesar dan tertinggi di pulau Sumatra yang pernah berdiri di Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Monumen ini didirikan pada tahun 1855 di Michielsplein (Lapangan Michiels) atau kira-kira berlokasi di Taman Melati di dekat Museum Adityawarman sekarang.

Foto Monumen Michiels di Padang antara tahun 1900–1940 yang diperoleh dari koleksi Tropenmuseum, Amsterdam, Belanda

Struktur

sunting

Tidak diketahui pasti seberapa tinggi monumen ini. Namun dari foto yang terdapat pada sampul buku karangan antropolog Belanda, Freek Colombijn berjudul Paco-paco (Kota) Padang, terlihat perbandingan antara ketinggian monumen ini dengan tinggi dua orang Belanda yang berdiri di depannya, yaitu sekitar 8 kali. Jika ketinggian rata-rata orang Belanda pada waktu itu adalah 180 cm, maka ketinggian monumen ini adalah sekitar 14,4 meter atau lebih kurang setinggi bangunan lima lantai saat ini.

Menumen ini diketahui terbuat dari besi dengan lantai berlapis marmer dan dinding luarnya dipenuhi relief Eropa. Bagian teratas monumen ini meruncing yang terdiri dari beberapa tingkat, yang dipengaruhi oleh arsitektur Eropa kuno.

Sejarah

sunting
 
Andreas Victor Michiels

Monumen ini didirikan pada tahun 1855, yang selama berdirinya merupakan monumen terbesar dan tertinggi di pulau Sumatra. Sesuai dengan namanya, monumen ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai penghormatan terhadap Gubernur Jenderal Andreas Victor Michiels, yang dianggap turut berjasa dan mempunyai prestasi yang gilang-gemilang bagi pemerintah di tanah jajahan termasuk di Dataran Tinggi Padang (kawasan Sumatera Barat sekarang). Selain di Padang, monumen serupa juga dibangun di Batavia dan Surabaya dengan nama yang sama. Namun tidak satu pun dari ketiganya masih berdiri hingga saat ini, yang mungkin dihancurkan oleh tentara Jepang selama menjajah Indonesia.

Referensi

sunting

Bacaan lanjutan

sunting
  • Freek Colombijn. Paco-paco (Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota di Indonesia pada Abad ke-20 dan Penggunaan Ruang Kota. Yogyakarta: Ombak. 2006.