Monarkianisme merupakan sebuah istilah yang berasal dari Tertulianus untuk menyebut keyakinan bidaah yang begitu menekankan kesatuan Allah sehingga menolak Putra ilahi sebagai pribadi yang sendiri.[1] Ajaran ini mengajarkan bahwa Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah penampakan dari keallahan yang abstrak dan tak terjangkau.[2] Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Allah memang esa dan tunggal secara mutlak.[3] Sedangkan Anak Allah dan Roh Kudus itu hanyalah manifestasi dari Allah.[3] Oknum yang menjadi manusia, menderita dan bangkit itu adalah Allah (Bapa) itu sendiri.[3] Oleh karena itu kadang kala Monarkianisme disebut dengan patripassionisme yang berarti Bapa yang menderita.[3] Para pengikut ajaran ini disebut dengan Monarkian.[4] Hal ini dikarenakan mereka berpegang teguh pada kesatuan dan ketunggalan dari keilahian.[4] Sebenarnya, monarkianisme muncul dalam usaha untuk menghindari politeisme yang terjadi pada abad kedua.[5] Kecenderungan akan politeisme itu muncul akibat gereja yang saat itu berubah haluan dari alam pikiran Palestina ke alam pikiran Yunani.[5] Ajaran ini terbagi dua yaitu Monarkianisme Dinamis dan Monarkianisme Modalistis.[4]

Tertulianus

Monarkianisme Dinamis

sunting

Menurut monarkianisme dinamis, dalam manusia Yesus berkaryalah suatu daya atau suatu kekuatan yang ilahi tetapi impersonal.[5] Pandangan ini menganggap bahwa Yesus diangkat menjadi Putra Allah.[5] Yesus bukanlah sungguh sungguh Allah melainkan manusia ilahi.[5] Yesus yang manusia itu pada saat Ia dibaptiskan atau saat kebangkitan-Nya diangkat menjadi Putra Allah.[5] Kaum Monarkian Dinamis menganggap hal ini sebagai aktivitas atau energi Allah.[4] Tokoh dari monarkianisme dinamis adalah Theodotus dari Byzantium.[4]

Monarkianisme Modalistis

sunting

Monarkianisme modalistis juga berpegang teguh pada kesatuan dan ketunggalan Allah.[4] Allah itu hanya satu pribadi saja sedangkan Putra dan Roh Kudus merupakan cara lain Allah menampakkan diri-Nya.[5] Pandangan ini berusaha menghilangkan perbedaan antara Bapa dan Putra.[5] Tokoh dari pandangan ini yang pertama adalah Praxeas.[4] Ia mengemukakan bahwa Allah secara keseluruhan haddi di dalam diri Yesus.[4] Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah gelar yang berbeda yang diberikan kepada satu oknum yang ilahi yaitu Allah.[4]

Referensi

sunting
  1. ^ (Indonesia)Gerald O'Collins, SJ. & Edward G Farrugia, SJ. 1996, Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 204.
  2. ^ Konferensi Wali Gereja. 1996, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 318.
  3. ^ a b c d (Indonesia)C. Groenen, OFM. 1988, Sejarah Dogma Kristologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 107.
  4. ^ a b c d e f g h i (Indonesia)Linwood Urban. 2006, Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 68.
  5. ^ a b c d e f g h Nico Syukur Dister OFM. 2004, Teologi Sistematika 1 -- Allah Penyelamat. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 132.