Model kepemimpinan dalam Perjanjian Baru

Model kepemimpinan dalam Perjanjian Baru didasarkan pada bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Dalam Perjanjian Baru model kepemimpinan tidak hanya dominan ditampakkan oleh pelayan Tuhan (misalnya para rasul) tetapi juga ditampakkan oleh orang-orang yang memiliki status dalam masyarakat (misalnya raja, orang-orang Farisi dan Saduki). [1]

Kepemimpinan yang otoriter

sunting

Kepemimpinan yang otoriter adalah kepemimpinan yang dinampakkan oleh Raja dan penguasa yang ada pada saat itu.[2] Tipe pemimpin ini memegang kuasa secara mutlak, bersikap sebagai penguasa atas anggota kelompok yang dipimpinnya. Kepemimpinan ini dapat dijumpai pada raja-raja yang bernama Herodes yang memerintah di Palestina (lihat Matius 2:16-18; Matius 14:1-12).

Kepemimpinan Ideologis

sunting

Kepemimpinan Ideologis adalah kepemimpinan yang dengan idealitasnya seseorang akan mengikutinya.[2] Karakter dari pemimpin ini adalah tidak memiliki kepribadian yang mengesankan dan cara kerja yang sistematis. Para ahli Taurat dan orang Farisi dapat dimasukan ke dalam tipe pemimpin ini. Mereka mampu mempengaruhi orang Yahudi untuk berpegang teguh kepada ajaran mereka.

Kepemimpinan Eksemplaris

sunting

Kepemimpinan Eksemplaris adalah kepemimpinan yang oleh sebab sikap dan tindakannya yang dapat menjadi teladan sehingga orang lain mau mengikutinya.[2] Model kepemimpinan ini sering kali diharapkan oleh Paulus yang dapat kita lihat melalui surat-suratnya. Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius memintanya untuk memelihara sikap dan kepribadiannya agar menjadi teladan sehingga walau ia muda ia tidak diremehkan.[3] Hal yang sama juga dilakukan kepada Titus (Titus 2:6,8). Kepemimpinan seseorang tidak hanya terletak pada ucapan-ucapannya, melainkan juga pada sikap dan tindakannya. Dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Paulus juga meminta mereka untuk meneladani dirinya dalam hal bekerja. Walaupun ia adalah seorang pekabar Injil, tetapi ia juga melakukan pekerjaannya sebagai seorang pembuat kemah untuk menunjang kehidupannya.[4]

Kepemimpinan sebagai hamba

sunting

Kepemimpinan sebagai hamba yang melayani adalah kepemimpinan yang didasari atas sikap kerendahan hati untuk melayani. Pada model ini kedudukan yang diberikan dipahami sebagai sarana yang melaluinya melayani kepentingan orang banyak. Model kepempimpinan ini sangat tampak diwujudkan oleh Yesus Kristus dan juga sangat diharapkan ada pada murid-murid Yesus.

Kepemimpinan sebagai gembala

sunting

Kepemimpinan sebagai gembala, kepemimpinan yang mengambil dasar pemahaman atas metafora seorang gembala. Metafora tentang pemimpin sebagai gembala disampaikan oleh Yesus sendiri dengan mengatakan: "Akulah gembala yang baik."[5] Fungsi kepemimpinan ini dihubungkan secara erat dengan tugas mengawasi. Istilah gembala dipakai juga dalam Efesus 4: 11 dan sering diterjemahkan sebagai pastor. Dalam hubungan ini tugas seorang pemimpin sebagai gembala adalah menjaga dirinya sendiri dan juga dengan pengikutnya, bertanggung jawab memberi makan dan melindungi, serta harus dapat memberi bimbingan.

Referensi

sunting
  1. ^ (Inggris) Leighton Ford. Transforming Leadership . 1991 . Downers Grove: Intervasity Press.
  2. ^ a b c (Indonesia) Samuel Hakh. Kepemimpinan: Suatu Tinjauan dari Sudut Pandang Pernjanjian Baru . 2004 .Makasar:INTIM.
  3. ^ 1 Timotius 4:12
  4. ^ 2 Tesalonika 3:8–9
  5. ^ Yohanes 10:11

Lihat pula

sunting