Mir Damad yang bernama lengkap Mir Burhan al-Din Muhammad Baqir Damad sering disebut oleh kalangan ilmuan sebagai "guru ketiga" setelah Aristoteles dan Al-Farabi. Ia juga dikenal dengan sebutan Sayyid al-Afadil atau Pangeran yang terpelajar. ia terlahir di lingkungan keluarga yang memiliki keuakinan agama yang berlainan. Ia dilahirkan di Astrabad, tetapi besar di Mashdad, yang merupakan kota pusat pengajaran di Iran. Di kota inilah, ia melahap beragam pemikiran, termasuk mengkaji secara mendalam pemikiran Ibnu Sina.[butuh rujukan]

Infobox orangMir Damad

Edit nilai pada Wikidata
Biografi
Kelahiran1561 (Kalender Masehi Gregorius) Edit nilai pada Wikidata
Gorgan Edit nilai pada Wikidata
Kematian1631 Edit nilai pada Wikidata (69/70 tahun)
Data pribadi
AgamaIslam Syiah Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanfilsuf, pereka cipta Edit nilai pada Wikidata
MuridSayyed Ahmad Alavi (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata

Di kemudian hari, Mir Damad berkelana ke Isfahan pada saat wilayah tersebut dikuasai oleh Dinasti Syah Abbas. Qazvin serta Kashan pun menjadi kota yang ia singgahi untuk menimba ilmu. Di kota ini lah pemikirannya mulai bersinggungan dengan filsafat Yunani. Maka, tak heran jika ia membawa beragam tradisi ke dalam ranah filsafat Islam. Ia mulai membawa filsafat Aristoteles untuk digabungkan dengan Neoplatonis serta mistisisme Islam. Mengenai mistisisme, dia pernah dijuluki sebagai filsug GNOSTIK (kalangan yang sering menyendiri).[butuh rujukan]

Mir Damad juga dikenal senang mengkaji filsafat dan mistisme, Ia selalu melontarkan argumen bahwa aktivitas pikiran akan membawa seseorang merasakan sebuah perjalanan spiritual. Pengalaman spiritual yang seseorang rasakan itu pada akhirnya membuat semakin tingginya rasionalitas seseorang.[butuh rujukan]

Sebagaimana sarjana muslim lainnya, Mir Damad tak hanya menguasai ilmu filsafat, namun juga menghasilkan karya. Beberapa karyanya yang terkenal dimasanya adalah Al-Qabasat dan Al-Muqabasat. Yang pada masanya menjadi salah satu karya filsafat yang paling dipelajari.[butuh rujukan]

Pada masa Mir Damad, terjadi pergesekan antara kaum filsuf dan masyarakat umum, apalagi pertentangan terhadap filsafat juga dilakukan oleh kalangan yang berkuasa. Situasi politik kala itu tidak berpihak pada ilmu filsafat, sehingga perkembangan ilmu filsafat tertekan. Namun, Mir Damad akhirnya mampu mendayagunakan potensinya untuk menjembatani hubungan filsafat dengan masyarakat luas dan lingkungan penguasa, sehingga pergesekan yang ada kala itu tidak berlangsung lama.[butuh rujukan]

Mir Damad meninggal dunia pada tahun 1631M. Dia meninggal akibat sakit yang dideritanya dalam perjalanan menuju Karbala, Irak. Ia kemudian dimakamkan di Najaf.[butuh rujukan]

Bacaan tambahan

sunting

Pranala luar

sunting