Metode Mill

Metode induksi yang dikemukakan oleh John Stuart Mill

Metode Mill adalah lima metode induksi yang dikemukakan oleh John Stuart Mill (1806–1873) dalam bukunya tahun 1843 A System of Logic.[1] Pada awalnya Mill merumuskan empat metode induksi yaitu: metode persetujuan, metode perbedaan, metode persamaan variasi, metode sisasisihan. Kemudian orang sesudah Mill datang menambah satu metode lagi yaitu metode gabungan persetujuan dan perbedaan.[2]

John Stuart Mill perumus metode Mill

Gambaran Umum

sunting

Kritik terhadap induksi Enumerasi Sederhana mendorong filsuf Inggris, Francis Bacon menyarankan tipe-tipe prosedur induktif yang lain. Formulasi klasik ini dikemukakan oleh seorang ilsuf Inggris lain, John Stuart Mill.[3] John Stuart Mill mempertemukan sistem induksi dengan sistem deduksi pada tahun 1843 dengan bukunya yang berjudul A System of Logic, suatu tulisan tentang metode ilmiah.[4] Setiap pangkal pikir besar dalam sistem deduksi memerlukan induksi begitupun sebaliknya, sistem induksi memerlukan deduksi bagi penyusunan pikiran mengenai hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi, keduanya bukan bagian yang saling terpisah melainkan saling membantu.[5] Mill mengusung metode induktif dengan lima kaidah yang dinamakan Metode Inferensi Induktif Mill atau disingkat menjadi Metode Mill. Sebab suatu kejadian bagi Mill dimaknai sebagai seluruh jumlah kondisi positif dan negatif yang diperlukan.[6] Ide dasarnya adalah bahwa faktor-faktor yang secara teratur terjadi bersama-sama kemungkinan besar terkait secara kausal. Metode ini didasarkan pada dua asumsi, pertama, tidak ada sesuatu disebut sebab bagi suatu akibat bila tidak ditemukan pada saat akibat tejadi. Kedua, tidak ada sesuatu disebut sebab bagi akibat bila ditemukan pada saat akibat tidak terjadi.[7] Metode ini harus dilihat sebagai metode untuk menemukan sebab yang perlu atau sebab yang cukup dari kejadian yang diberikan.[8]

Terdapat berbagai pendapat mengenai Metode Mill, metode perbedaan dan persetujuannya memungkinkan untuk menemukan serta membuktikan hubungan kausal. Sebaliknya, nilai dari Metode Mill terdapat pada kapasitasnya untuk menghilangkan pernyataan kausal alternatif lain.[9] Sayangnya, beberapa dari itu salah mengatikan metodeseperti yang awalnya dijelaskan oleh Mill sendiri. Saat menerapkan Metode Mill, seseorang menari penyebab dari fenomena tertentu. Untuk melakukan itu, seseorang perlu mempertibangkan sejumlah kasus, di mana fenomena tersebut ada atau tidak ada. Dengan menggunakan Metode Mill, seseorang ungkin dapat menemukan alasan bahwa keadaan tertentu adalah penyebab fenomena tersebut.[10]

Metode

sunting

Metode persetujuan

sunting

Apabila ada dua macam peristiwa atau lebih pada gejala yang diselidiki dan masing-masing peristiwa itu mempunyai faktor yang sama, maka faktor itu merupakan satu-satunya sebab bagi gejala yang diselidiki.

— John Stuart Mill (1843). A System of Logic, Vol. 1 (dalam bahasa Inggris). John W. Parker. hlm. 454. 

Taruhlah contohnya dalam satu barak, dengan mendadak seantero penghuninya terkena berak dan muntah-muntah. Sebagian dari mereka diwawancarai untuk menemukan sebab dari musibah. Mereka dimintai keterangan tentang apa yang dimakan hari itu. Tentara kesatu menyatakan makan pempek, rambutan, rujak, pisang goreng, telur rebus, dan nasi goreng kiriman. Sampai ke tentara keenam dan ketujuh makan soto, mangga, pentol, dan nasi goreng kiriman. Bila masing-masing makanan yang dipilih tentara ini dituliskan dengan huruf A, B, C, D, E, dan F maka hasil permintaan keterangan ini akan lebih gamblang bila dibuat tabel seperti berikut:

Peristiwa Faktor dan peristiwa Gejala
1
A, –, C, D, E, F Berak dan muntah-muntah
2
A, –, C, D, E, F Berak dan muntah-muntah
3
A, B, C, D, E, F Berak dan muntah-muntah
4
A, –, C, –, E, F Berak dan muntah-muntah
5
–, B, –, D, E, F Berak dan muntah-muntah
6
A, B, –, D, –, F Berak dan muntah-muntah
7
–, B, C, D, E, F Berak dan muntah-muntah

Di sini terlihat gejala yang diselidik adalah "berak dan muntah-muntah" peristiwanya adalah "makan dari makanan kiriman" sedangkan jumlah peristiwanya ada tujuh.

Dapat disimpulkan dari data tersebut bahwa F penyebab berak dan muntah-muntah, jadi besar kemungkinan berak dan muntah-muntah di barak disebabkan oleh faktor yang ada pada setiap peristiwa yaitu nasi goreng kiriman.

Metode perbedaan

sunting

Jika sebuah peristiwa mengandung gejala yang diselidik dan sebuah peristiwa lain yang tidak mengandungnya, namun faktornya sama kecuali satu, dan satu itu terdapat peristiwa pertama maka faktor satu-satunya itu yang bisa menyebabkan peristiwanya berbeda itu adalah faktor yang tidak bisa dilepaskan dari sebab terjadinya gejala.

— John Stuart Mill (1843). A System of Logic, Vol. 1. John W. Parker. hlm. 455. 

Contoh untuk metode ini dapat dikemukakan mengenai keracunan ringan pada barak tentara sebagaimana yang telah disebutkan. Pada penyelidikan yang lebih dalam ternyata tentara yang tidak makan nasi goreng kiriman tidak terserang berak dan muntah-muntah. Bila tentara yang tidak terserang berak dan muntah-muntah diberi kode t beserta tabel singkat sebagai berikut:

Peristiwa Keadaan peristiwa Gejala
1
A, B, C, D, E, F berak dan muntah-muntah
t
A, B, C, D, E, – tidak berak dan muntah-muntah

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa F adalah sebab munculnya berak dan muntah-muntah. Dengan demikian itu dapat dikatakan bahwa besar kemungkinan nasi goreng kiriman yang menyebabkan berak dan muntah-muntah.

Persamaan variasi

sunting

Apabila suatu gejala yang dengan sesuatu cara berubah ketika gejala lain berubah dengan cara tertentu, maka gejala itu adalah sebab atau akibat dari gejala lain, atau berhubungan secara sebab akibat.

— John Stuart Mill, Mill, John Stuart (1843). A System of Logic, Vol. 1 (dalam bahasa Inggris). John W. Parker. hlm. 470. 

Ambillah contoh dari hubungan panas dengan merkurium di termometer. Panas itu mengakibatkan kenaikan merkurium. Kenaikan merkurium memiliki variasi seperti panas itu. Maka merkurium dengan panas memiliki hubungan sebab akibat. Kalau ditampilkan dalam tabel maka metode persamaan variasi adalah sebagai berikut:

Sebab Akibat
A B C a b c
A + B C a + b c
A - B C a - b c

Metode Residu

sunting

"Sisihkanlah dari peristiwa manapun yang berdasarkan induksi terdahulu diketahui sebagai akibat dari faktor terdahulu, dan residu (sisa) dari peristiwa itu adalah akibat dari faktor lainnya."

Dari ketiga metode sebelumnya, masih terdapat suatu hukum yang tidak praktis untuk dipastikan, yaitu hukum penyebab permanen atau faktor alami yang tidak dapat dihancurkan serta dikecualikan atau diisolasi, yang tidak dapat dicegah untuk hadir.[11]

Sebab Akibat
A B C a b c
B diketahui penyebab dari b
C diketahui penyebab dari c
Jadi, penyebab dari A adalah a.

Metode gabungan persetujuan dan perbedaan

sunting

Jika dua atau lebih kejadian dalam gejala tertentu hanya memiliki satu keadaan yang sama, sedangkan dua atau lebih kejadian di mana gejala itu tidak terjadi tidak memiliki keadaan apapun yang sama kecuali ketidakadaan keadaan itu, maka keadaan yang hanya di dalamnya kedua kejadian tersebut berbeda yaitu akibat, atau sebab, atau suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sebab gejala itu.

Penggunaan dua metode gabungan memberikan beberapa kemungkinan untuk kesimpulan dan menghasilkan probabilitas yang lebih tinggi. Contohnya, hepapatitis A yang menyerang puluhan ribu orang Amerika dapat diatasi dengan vaksin yang efektif. Namun, kesulitan besar bagi uji coba vaksin dihadapi, sangat sulit untuk menentukan di mana wabah infeksi akan terjadi, dan oleh sebab itu sulit menentukan subjek percobaan dengan mengeluarkan hasil yang dapat diandalkan. Kesulitan ini diatai dengan merekrut 1.037 anak di Kiryas Joel, komunitas Yahudi Hasid di Orange County, New York yang belum terpapar virus hepatitis A. Setengahnya menerima dosis vaksin baru dan diantaranya tidak ada satupun yang terpapar virus hepatitis A. Sebagian anak yang diberikan suntikan palsu, 25 diantaranya terinfeksi hepatitis A. Metode persetujuan maupun metode perbedaan digunakan, mereka yang menjadi kebal dan mereka yang tidak pada dasarnya sama dalam segala hal kecuali satu; pemberian vaksin kepada penduduk yang kebal.[12]

Sebab Akibat
A B C a b c
A D E a d e
A B C a b c
B C b c

Dalam menerapkan Metode Mill, perlu diketahui bahwa penyebab dapat berarti "penyebab total" atau "penyebab parsial". Misalkan, Jones tertembak dan kemudian mati. Jika salah menerapkan metode perbedaan, kesimpulan yang dihasilkan mungkin bahwa ditembak tidak menyebabkan mati, sebab beberapa orang yang ditembak tidak mati. Tetapi kesimpulan yang tepat yaitu ditembak tidak selalu menyebabkan kematian. Pada contoh dapat disimpulkan penyebab total dari kematian Jones bukanlah tertembak, melainkan dia ditembak dengan cara tertentu (misal, di kepala) dan dalam keadaan tertentu (misal, tidak ada pertlongan medis). Ini adalah penyebab totalnya.

Ambiguitas kata penyebab sangat dalam. "faktor A menyebabkan faktor B" dapat berarti kehadiran faktor A akan selalu dengan sendirinya atau dalam kombinasi dengan faktor C secara langsung atau melalui rantai sebab akibat lebih lanjut membawa kehadiran faktor B, artinya tidak adanya faktor A akan ... menyebabkan tidak adanya faktor B.[13]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Churchill, Robert Paul (1990). Logic: An Introduction (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-2nd). New York: St. Martin's Press. hlm. 418. ISBN 978-0-312-02353-9. OCLC 21216829. 
  2. ^ Drs. H. Mundiri (2014). Logika (dalam bahasa Indonesia). Indonesia: Rajawali Pers. hlm. 174. ISBN 979-421-398-5. 
  3. ^ Sidharta, B. Arief (2010). Pengantar Logika: Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah (edisi ke-Cet. 3). Bandung: Refika Aditama. hlm. 86. ISBN 979-1073-49-X. OCLC 958848822. 
  4. ^ Whitaker, J. K. (1975). "John Stuart Mill's Methodology". Journal of Political Economy. 83 (5): 1033–1049. ISSN 0022-3808. 
  5. ^ Sobur, Kadir (2015-11-02). "LOGIKA DAN PENALARAN DALAM PERSPEKTIF ILMU PENGETAHUAN". TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin. 14 (2): 387–414. doi:10.30631/tjd.v14i2.28. ISSN 2541-5018. 
  6. ^ Hidayat, Ainurrahman (2016-06-30). "METAFISIKA SUBSTANSI ILMU LOGIKA". NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam. 13 (1): 75–106. doi:10.19105/nuansa.v13i1.878. ISSN 2442-8078. 
  7. ^ Sou'yb, Joesoef (1966). Peladjaran Logika. Medan: Intisari. hlm. 226. 
  8. ^ Skyrms, Brian (2000). Choice and Chance: An Introduction to Inductive Logic (PDF) (edisi ke-4). Belmont: Wadsworth. hlm. 73. 
  9. ^ Savolainen, Jukka (1994-06-01). "The Rationality of Drawing Big Conclusions Based on Small Samples: In Defense of Mill's Methods". Social Forces. 72. doi:10.1093/sf/72.4.1217. 
  10. ^ Heuveln, Bram Van (2000-01-01). "A Preferred Treatment of Mill's Methods: Some Misinterpretations by Modern Textbooks". Informal Logic (dalam bahasa Inggris). 20 (1). doi:10.22329/il.v20i1.2252. ISSN 2293-734X. 
  11. ^ Mill, John Stuart. A system of logic, ratiocinative and inductive: Being a connected view of the principles of evidence and the methods of scientific investigation (PDF). hlm. 430. ISBN 978-3-337-91102-7. OCLC 1155551354. 
  12. ^ Copi, Irving M. (2014). Introduction to Logic (PDF) (edisi ke-14th ed). Pearson. hlm. 532. ISBN 978-1-292-02482-0. OCLC 857280881. 
  13. ^ Gensler, Harry (2010). Introduction to Logic (PDF) (edisi ke-2nd ed). Hoboken: Taylor & Francis. hlm. 102. ISBN 978-0-203-85500-3. OCLC 609858999. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-01-21. Diakses tanggal 2021-12-22.