Palagan Pasifik Barat Daya dalam Perang Dunia II

Pasifik Barat Daya merupakan salah satu teater Perang Dunia II di kawasan Pasifik, antara tahun 1942-1945. Pasifik Barat Daya termasuk Filipina, Hindia Belanda (tak termasuk Sumatra), Borneo, Australia, Wilayah Guinea Baru (termasuk Kepulauan Bismarck), bagian barat Kepulauan Solomon, dan beberapa wilayah di sekitarnya. Teater tersebut mendapatkan nama dari komando Sekutu, yang dikenal secara sederhana sebagai "Daerah Pasifik Barat Daya".

Wilayah Pasifik Barat Daya, menurut definisi Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat.
Berkas:HMAS Canberra (D33) underway off Tulagi, circa 7 Agustus 1942.jpg
Kapal penjelajah Canberra (tengah-kiri) melindungi 3 kapal pengangkut Sekutu (di latar dan tengah-kanan) yang menurunkan pasukan dan pasokan di Tulagi.
Pasukan Jepang masuk kapal perang untuk mempersiapkan Tokyo Express yang dijalankan kapanpun pada tahun 1942.

Dalam teater tersebut, angkatan Kekaisaran Jepang berperang melawan angkatan AS dan Australia. Angkatan Belanda, Filipina, Britania Raya, dan Sekutu lainnya juga terlibat dalam pertempurant tersebut.

Sebagian besar angkatan Jepang dalam teater tersebut merupakan bagian dari Kelompok Pasukan Ekspedisi Selatan, yang dibentuk pada tanggal 6 November 1941, di bawah Jend. Hisaichi Terauchi (juga dikenal sebagai Graf Terauchi), yang diperintahkan untuk menyerang dan menduduki wilayah Sekutu di Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.

Pada tanggal 30 Maret 1942, komando Wilayah Pasifik Barat Daya Sekutu (SWPA) dibentuk dan Jend. Douglas MacArthur diangkat sebagai Komandan Tinggi Sekutu untuk Wilayah Pasifik Barat Daya.[1]

Kampanye utama

sunting

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Cressman(2000)p.84
  2. ^ Dull(1978)p.61
  3. ^ a b c d e f Silverstone(1968)pp.9-11
  4. ^ Dull(1978)p.75
  5. ^ Dull(1978)p.91
  6. ^ Potter&Nimitz(1960)p.695
  7. ^ Potter&Nimitz(1960)p.697
  8. ^ Potter&Nimitz(1960)p.699
  9. ^ Potter&Nimitz(1960)p.701
  10. ^ a b c d e f Potter&Nimitz(1960)p.732
  11. ^ a b c d Potter&Nimitz(1960)p.759
  12. ^ a b c Sulzberger(1966)pp.332-333

Rujukan

sunting