Maumoon Abdul Gayoom

Maumoon Abdul Gayoom (Dhivehi: މައުމޫނު އަބްދުލް ގައްޔޫމް; lahir 29 Desember 1937) adalah Presiden Republik Maladewa sejak 11 November 1978, dengan menggantikan Ibrahim Nasir. Ia terpilih secara terus-menerus selama tujuh kali masa lima tahun pada Oktober 2003 dengan 90,28% suara pemilih. Ia adalah calon tunggal, telah dipilih oleh Majelis. Pemilihan itu diadakan karena sebuah referendum dan suara ya dan tidak dipilih oleh publik.

Maumoon Abdul Gayoom
Presiden Maladewa ke-3
Masa jabatan
11 November 1978 – 11 November 2008
Informasi pribadi
Lahir29 Desember 1937 (umur 86)
Maladewa
KebangsaanMaladewa
Suami/istriNasreena Ibrahim
X: maumoonagayoom Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kehidupan awal dan pribadi

sunting

Maumoon Abdul Gayoom ialah putra Abdul Gayoom Ibrahim (Maafaiygey Dhon Seedhi) dan Khadheeja Moosa. Ayahnya memiliki 25 anak dari 8 istri yang berbeda dan Gayoom ialah anak ke-10 dalam keluarganya. Ibunya meninggal saat ia belajar di Kairo, Mesir. Ayah Gayoom yang meninggal pada 1982, pada usia 87, menyaksikan masa kepresidenan pertama anaknya.

Sebagian besar kehidupan awal Gayoom dihabiskan di Mesir. Ia adalah salah satu di antara15 murid yang terpilih atas petunjuk presiden saat itu Mohamed Amin Didi untuk pendidikan khusus di luar negeri. Pada usia 10, Ia meninggalkan Mesir pada 15 September 1947 namun tinggal di Ceylon selama beberapa hari. Bagaimanapun keberangkatannya dari Sailan ke Mesir tertunda selama 2,5 hari; karena konflik Arab-Israel bermulai karena pengakuan adanya Israel oleh PBB, di akhir PD II. Saat keadaan berkembang, dengan berakhirnya perang di Timteng, ia pergi ke Mesir pada bulan Maret 1950 bersama dengan murid Maladewa. Ia menghabiskan untuk 24 di luar Maladewa kecuali masa singkat di mana ia pernah datang ke Maladewa, pada 1964. Setelah beberapa kali di Maladewa, kembali ia menuju Mesir untuk belajar Diploma of Education. Ia menyelesaikan gelar MA pada 1966 namun tidak bisa menyelesaikan PhD-nya karena isu pendanaan (Lihat sub-bagian, Pendidikan). Setelah menyelesaikan gelar MA, ia bekerja di Universitas Amerika di Kairo pada 1967, sebagai asisten riset dalam Sejarah Islam di bawah profesor Mardsen-Jones. Di sana ia bekerja hampir selama 2 tahun dan pergi ke Kano, Nigeria.

Pada 1965 Gayoom bertemu Nasreena Ibrahim, murid yang baru tiba di Kairo dari Maladewa untuk menuntut ilmu. Saat itu ia berusia 15 dan Gayoom 27. Empat tahun kemudian mereka menikah di Kairo, pada 14 Juli 1969. Baru beberapa minggu setelah pernikahannya, ia bergabung dengan Universitas Ahmadu Bello di Kano, Nigeria sebagai dosen dalam Studi Islam dan pindah ke sana dengan Nasreena. Pada 20 Maret 1970, pada usia 20, Nasreena melahirkan anak kembar, Dhunya Maumoon dan Yumna Maumoon. Saat Nasreena mengandung untuk kedua kalinya diaturlah untuk mengirimkannya ke Male. Ia melahirkan putra pertama mereka, Farish, di Malé, pada 31 Maret 1971. Sembilan tahun kemudian, selama masa kepresidenan Gayoom, Ghassan Abdul Gayoom lahir pada 12 Juni 1980.

Selama di Mesir secara khusus ia tertarik dalam Urusan Politik Mesir. Secara dekat ia mengikuti gerakan revolusi yang dimotori oleh Ikhwanul Muslimin dan Gerakan Perwira Bebas Gamal Abdel Nasser. Ia menghadiri sejumlah pertemuan umum Ikhwanul Muslimin di mana orator terkenal seperti Sayyid Quthb mencecar Britania, imperialisme dan Pemerintahan Raja Farouk. Pada Juli 1952 Gayoom berada di kamp Ikhwanul Muslimin, pada hari libur, saat Gamal Abdel Nasser mengambil alih kekuasaan dalam kudeta militer tanpa pertumpahan darah. Dalam bukunya A man for all Islands, Biografer Royston Ellis menulis, "Maumoon menganggapnya sebagai privilese agar bisa mendengarkan Sayyid Quthb".

Pendidikan

sunting

Maumoon Abdul Gayoom menerima pendidikannya dari Universitas Al-Azhar Mesir. Ia pergi ke Mesir pada bulan Maret 1950 saat berusia 12. Di sana ia menghabiskan waktu selama 6 bulan untuk belajar bahasa Arab untuk pendaftarannya. Gayoom mendaftar di Fakultas Syari'ah dan Hukum Perdata.

Pada 1966, ia menerima gelar sarjana muda dan master dalam Syari'at Islam dan Hukum Perdata, dengan titel summa cumlaude. Di samping MA-nya dari Universitas Al-Azhar, ia menerima gelar master kedua di bidang yang sama dari Universitas Amerika di Kairo. Gayoom menamatkan studi di Fakultas Hukum dan Studi Islam, di Universitas Al-Azhar dan dianugerahi sertifikat kelulusan oleh Gamal Abdel Nasser.

Pemerintah Maladewa memutuskan menghentikan uang bantuan untuk mahasiswa Maladewa di Univeritas Al-Azhar untuk percobaan campur tangan mereka dengan keputusan PM saat itu, kemudian presiden, Ibrahim Nasir mendirikan hubungan diplomatik dengan Israel. Empat belas mahasiswa Maladewa atas petunjuk Gayoom, termasuk Gayoom sendiri, mengirimkan surat yang ditandatangani kepada Ibrahim Nasir untuk mempertimbangkan kembali keputusan itu. Sebagai akibatnya dana mereka dihentikan. Kemudian para mahasiswa itu dibiayai oleh pemerintah Mesir. Dari saat Gayoom menerima gelar MA, pemerintah Mesir memutuskan menghentikan pendanaan. Sebagai akibat di-"daftar hitam"-kan, oleh pemerintah untuk campur tangannya, Gayoom memutuskan tidak akan kembali ke Maladewa. Secara keuangan ia dicegah menyelesaikan Ph.D.-nya. Kemudian dengan pernikahannya ia memutuskan tidak akan melanjutkan studi lagi.

Karier dan politik

sunting

Sebelum kembali ke Maladewa, setelah studinya, Gayoom bekerja di Universitas Amerika di Kairo pada 1967 dan Universitas Ahmadu Bello di Kano, Nigeria sebagai dosen dalam Studi Islam selama 2 tahun dari 1969. Saat kontrak 2 tahunnya dengan Universitas Ahmadu Bello berakhir, ia memutuskan untuk kembali ke Maladewa. Setelah hampir 24 tahun sejak pertama kalinya ia berangkat dari Maladewa untuk studinya, ia kembali ke Maladewa pada 1971?. Tiga minggu setelah kedatangannya ia bergabung dengan Sekolah Aminiyya sebagai guru di mana ia mengajar bahasa Inggris, aritmetika dan agama Islam. Pada 1972 ia diangkat sebagai manajer Departemen Perkapalan Pemerintah.

Pada 12 Maret 1973, Gayoom dikenakan tahanan rumah karena mengkritik kebijakan presiden Ibrahim Nasir. Pada Mei 1973 ia diajukan ke meja hijau dan divonis buang selama 4 tahun pada 14 Mei 1973. Seminggu setelah penghukuman, pada 21 Mei, ia dibawa ke pulau Makunudhoo di Atol Haa Dhaalu. Dari saat itu ia menjalani hukuman 5 tahunnya. Gayoom dibebaskan pada 13 Oktober 1973, dengan amnesti Ibrahim Nasir menyusul pemilihannya kembali untuk jabatan 5 tahun berikutnya.

Pada 1974 Gayoom diangkat sebagai wakil menteri dalam Departemen Telekomunikasi. Setelah 10 minggu ia dipromosikan ke jabatan dorektur departemen itu. Selama masa itu ia bekerja sebagai guru paruh waktu di beberapa sekolah swasta, mengajar Islam, bahasa Arab, dan bahasa Inggris.

Pada 28 Juli 1974, Gayoom ditahan kembali karena mengkritik kebijakan Nasir. Kali ini ia dimasukkan ke dalam kurungan tersendiri dalam penjara yang dijuluki "taman Tiongkok", di Malé. Penjara ini mendapatkan namanya dari para nelayan Tionghoa yang pernah ditahan di sini. Kemudian penjara ini dibongkar pada masa kepresidenan Gayoom dan dibangun Pusat Studi Islam di blok-blok selnya. Setelah 50 hari ditahan ia dibebaskan pada September 1974. Enam minggu kemudian, ia ditunjuk sebagai Wakil Menteri Khusus dalam masa jabatan perdana menteri saat itu Ahmed Zaki. Jabatan PM dihapuskan dengan pemecatan dan pembuangan Ahmed Zaki dari jabatannya, pada 6 Maret 1975. Dengan keputusan ini, kedudukan Gayoom sebagai Wakil Menteri Khusus PM tidak lama dibutuhkan. Secara resmi ia diberi catatan, saat berada di Kolombo, dan diberi tahu bahwa ia takkan diperlukan dalam pemerintahan lagi. Namun, saat ia kembali dari Kolombo, ia diangkat sebagai WaDuBes Maladewa di Sri Lanka. Pada 1975 ia dikirim ke Perserikatan Bangsa-Bangsa, selama 2 bulan, sebagai anggota delegasi Maladewa. Saat kembali, ia diangkat sebagai wakil menteri di DepLu. Setelah 9 minggu ia diangkat sebagai Wakil Menteri Perhubungan. Setahun kemudian ia mendapat kedudukan di PBB, dari September 1976 sampai Januari 1977, sampai Nasir memanggilnya pulang dari PBB di akhir sesi.

Pada 29 Maret 1977, Gayoom diangkat sebagai Menteri Perhubungan, dan menjadi anggota kabinet Ibrahim Nasir. Ia adalah Menteri Transportasi sejak 10 November 1978.

Kepresidenan

sunting

Karena masa jabatan ke-2 Ibrahim Nasir hendak berakhir, ia menginginkan seseorang lagi untuk berpacu demi jabatan presiden. Pada Juni 1978 Majlis Warganegara dipersilakan mendeklarasikan calon presiden. Selama voting ini 45 suara diperoleh Nasir dan 3 sisanya Gayoom. Ada surat suara lain pada 16 Juni, saat 4 lainnya turut serta. 27 suara diperoleh Gayoom, cukup untuknya untuk diusulkan sebagai calon. Lima bulan kemudian ia dipilih dengan 92,96% suara sebagai Presiden Maladewa yang baru. Resepsi besar atas pelantikannya diselenggarakan di Sekolah Majeediyaa pada malam 10 November 1978. Sejak saat itu ia telah dipilih kembali dan masih menjadi Presiden Maladewa. Pada referendum 1983 ia dipilih kembali dengan 96,62%, untuk masa ke-2. Kini ia berada dalam masa jabatan 5 tahunnya yang ke-6, menjadikannya pemimpin yang terlama menjabat setelah Lee Kuan Yew dari Singapura.

Kunjungan dan partisipasi terkemuka

sunting
  • Negara pertama yang dikunjungi Gayoom sebagai presiden ialah Libya. Kunjungannya pada September 1979 ke Libya untuk ikut serta dalam peringatan yang diselenggarakan untuk menandai peringatan Revolusi September.
  • Pada 1981 Gayoom menghadiri KTT Islam Organisasi Konferensi Islam yang diselenggarakan Arab Saudi. Sejak saat itu ia mendatangi setiap pertemuan KTT Islam, di Maroko pada 1984, di Kuwait pada 1987, di Senegal pada 1991, di Maroko pada 1994 dan di Pakistan pada 1997.
  • Pada Mei 1981 ia mengadakan kunjungan kenegaraan ke negara-negara Asia tetangganya, Singapura dan Malaysia
  • Kunjungan pertamanya ke negara Barat, sebagai presiden, ialah pada 10 Mei 1982 ke London.
  • Pada Oktober 1982 ia ikut serta ketua Pertemuan Regional Pemerintahan Persemakmuran di Fiji
  • Pada Maret 1984 ia mengadakan kunjungan kenegaraan ke Sri Lanka untuk memperbaiki hubungan yang memburuk antar kedua negara.
  • Pada 1983 ia mengadakan kunjungan kenegaraan ke Korut. Pada tahun yang sama, di bulan Oktober, ia mengadakan kunjungan ke Korsel. Selama kunjungan ini ia dianugerahi Grand Order of Mugunghwa, medali tertinggi di Republik Korea. Ia menobatkan presiden Chun Doo Hwan, dengan pesanan orang Maladewa Nishan Izzuddeen.

Kritik

sunting

Gayoom telah dikritik pedas oleh sejumlah orang karena kekuasaanya yang otokratis, dan secara luas ia dianggap sebagai seorang diktator dan dituduh nepotisme. Hal ini terjadi karena ia memiliki sejumlah anggota keluarga, ipar, dan kerabat dekat dalam jabatan tinggi dalam pemerintahan dan kabinetnya. Menurut Amnesty International, pada 2003 "ada pembatasan ketat atas kebebasan pers, dan partai-partai politik tidak dapat berfungsi." Kerusuhan anti-pemerintah pecah di negeri itu pada September 2003 menyusul insiden penembakan tahanan. Oposisi presiden hadir dalam bentuk Partai Demokrasi Maladewa. Para TaPol sering dibuang ke pulau terpencil.

Gayoom juga menteri pertahanan dan menteri keuangan Maladewa selama jangka panjang, tetapi meletakkan jabatan itu pada 1 September 2004, menyusul tekanan internasional, serta tertawaan media dan umum.

Didahului oleh:
Ibrahim Nasir
Presiden Maladewa
1978-2008
Diteruskan oleh:
Mohamed Nasheed
Didahului oleh:
?
Menteri Perhubungan Maladewa
29 Maret 197710 November 1978
Diteruskan oleh:
?

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting