Masjid Sekayu Semarang
Sejarah
suntingMasjid Sekayu adalah sebuah masjid yang berada di Semarang. Masjid ini terletak di Kampung Sekayu Kecamatan Semarang Tengah. Menurut sejarah masjid ini pernah menjadi Masjid Besar Semarang.[1] Peristiwa itu terjadi pada sekitar tahun 1666, saat terjadi perpindahan kabupaten, dari Gabahan ke Sekayu.
Masjid Taqwa Sekayu Semarang | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Lokasi | |
Lokasi | Semarang, Jawa Tengah, Indonesia |
Arsitektur | |
Tipe | Masjid Kuno |
Gaya arsitektur | Arsitektur Jawa |
Masjid Sekayu ini dulu bernama Masjid "PEKAYUAN" Dibangun tahun 1413 yang kemudian disusul Masjid Agung Demak pada tahun 1420, Tempat ibadah ini dibangun oleh seorang ulama asal Cirebon, Kyai Kamal berasal dari cirebon yang merupakan tokoh agama kepercayaan Sunan Gunung Jati.
Bahan Bangunan atas rumbia, Tiang dari Bambu dan lantai dari tanah murni. Masjid ini dulu ditengah gerombolan pohon - pohon besar.Bahan baku pembangunan masjid Demak yakni kayu, disuplai oleh Kiai Kamal asal Cirebon. Setelah datang di Semarang, dia lalu mendatangkan kayu-kayu jati unggulan (jati wungu) dari daerah Surakarta, Wonogiri, dan Ungaran melalui perjalanan darat ke Sekayu (dulu disebut Pekayu). Dari Sekayu, kayu-kayu tersebut kemudian dikirim ke Demak melalui Kali Semarang. Kala itu di dekat masjid ini masih mengalir Kali Semarang.[2] Seiring dengan perkembangan waktu, kampung penampungan kayu itu akhirnya berubah menjadi sebuah daerah perkampungan yang berada dipertengahan kota metropolitan yang kemudian diberi nama Sekayu. Sekayu sendiri merupakan kepanjangan dari sentra atau pusat kayu.
Perjalan Masjid Didirikan 1413 M
suntingMasjid Taqwa Sekayu Didirikan Sepanjang pantai utara pulau jawa bagian barat, sudah diblokir pertahanan dan keamanan oleh Sunan Gunung Jati dengan pondok pesantrennya, Kerajaan Islam Banten dipimpin Sultan Hasanudin, begitu pula Jakarta dibawah Pangeran Joyakarta ( Keduanya putra dari Sunan Gunung Jati ). Pantai Utara bagian Tengah oleh Sunan Gunung Jati menunjuk seorang santrinya bernama "KAMAL" dengan sebutan masa kini Kyai Kamal untuk bermukim disalah satu kota bernama "SEMARANG" yang letaknya strategis karena dekat dengan bandar pelabuhan yang terkenal dengan pusat perdagangan rempah - rempah, hilir mudik kapal - kapal asing, termasuk perahu - perahu dagang antar insuler (antar pulau disuluruh Nusantara) milik pribumi. Begitu pula Semarang memiliki "KOTA ATAS" dan diapit 2 (dua) sungai besar yang berada dibagian Barat (Banjir Kanal). bagian timur (Kali Semarang, sebelah Timur Pasar Johar).
Keduanya arus air menuju Laut Pelabuhan Tanjung MAS, Guna mempercepat pembangunan Masjid Demak, Kota Semarang lah yang paling strategis karena kota berada ditengah antara 2 (dua) Bandar Pelabuhan, Tanjung Priok ( Jakarta ) dan Tanjung Perak ( Surabaya ). Lebih dominan lagi kampung SEKAYU sebagai pusat penampungan kayu jati yang berasal dari kabupaten bagian Barat (Kendal-Weleri), bagian Tengah kabupaten Ungaran, Ambarawa, dan bagian Timur dari Kabupaten Purwodadi, Grobogan, dan Kedungjati, sedang pasokan tambahan dari arah selatan yakni kota Solo dan Kabupaten Wonogiri.
Ulama dari Kota Cirebon inilah yang mengusulkan "SEKAYU" Sebagai daerah, Sehingga tak pelak beliau harus bermukim dilorong tempat penimbunan kayu jati, dalam bahasa Belanda central yakni Pusat dan Kayu (Jawa). Sehingga lorong tersebut dinamakan SEKAYU [3]dan yang didirikan Kyai Kamal bernama " Masjid Pekayuan " pada tahun 1413 M, adapun bahan yang digunakan sangat sederhana, tiang dari bambu, atap dari rumbia (rumput yang tumbuh tinggi menjulang dikeringkan lalu dianyam). sehingga tampak rapi, lantainya cukup dari tanah langsung yang digelari dengan tikar mendong ( daun pandan dikeringkan dan dianyam) memang sejak dulu kala nenek moyang memiliki kebanggan terhadap gelaran yang dinamakan tikar mendong/keloso mendong jawa.
Tidak sebatas mendirikan Masjid "Pekayuan" saja perubahan jaman semakin mendesak, berita - berita santer masuk ketelinga para wali, Khususnya Sunan Kudus selaku panglima pertahanan, Sunan Gunung Jati ahli kelautan dan Sunan Muria selaku penasehat kasultanan Demak, maka semarang dijadikan "PUSAT PERTAHANAN". Para santri dari berbagai pondok pesantrennya para Wali Sembilan yang tersebar didaerah - daerah diseluruh Nuswantoro ditempatkan dilorong - lorong yang berbeda menurut tugas mereka masing - masing disekitar Masjid, Maka lorong - lorong Masjid memiliki nama - nama yang berbeda hingga sekarang, dan sangat lekat dihati para penduduk / warga asli. Pemugaran Masjid ini telah terjadi 6 kali pemugaran renovasi yang pertama - ketiga tidak didokumentasikan, Pembugaran ke-4 pada tahun 1814 M (dinding, papan, tiang dari kayu biasa, genteng untuk atap dari tanah liat (tanah merah). Masjid masih terbungkus oleh banyak pepohonan rimbun dan teduh), Pembugaran ke-5 pada 16 November 1987 M ("Masjid Pekayuan" Berubah nama Masjid "Sekayu" Pernah menjadi Masjid Besar Kota Semarang, setelah kantor Bupati dari Gabahan pindah ke Bubakan. Bangunan asli masih tetap papan dan bagian depan dinding batu merah dan sederhana. di sekeliling masjid sudah banyak penghuni), Pembugaran ke-6 direnovasi total terlihat modern pada 17 Juni 2006 - 21 Juli 2009.
Sejarah berdirinya Masjid didokumentasikan oleh Takmir Masjid Sekayu sekarang dipimpin oleh Bapak Achmad Arief beserta JATAYU (Remaja Masjid Taqwa Sekayu) diusulkan untuk dipubilikasikan oleh Mohammad Hasan Asarie.
Arsitektur
suntingSaat ini bangunan masjid banyak mengalami perubahan karena renovasi. Namun beberapa masih di pertahankan seperti 4 pilar di tengah masjid dan menara yang berada di luar. Bangunan seperti tembok, atap genteng, bangunan tambahan di bagian depan dan bangunan lainnya merupakan hasil renovasi pada tahun 1955. Padahal bentuk asli dinding masjid terbuat dari gebyok kayu, atap dari semacam rumbia, bagian depan masjid berupa kolah (bak besar) untuk wudu. Sekarang dinding luar yang membatasi masjid telah diganti dengan dinding bata yang sudah disemen halus dengan struktur beton bertulang. Lantai bangunan pun diangkat, sedangkan pintu masuk ke masjid menjadi bertrap.
Masjid Sekayu ini sekilas mirip Masjid Demak dengan empat soko tatal dan bentuk atap tumpang tiga, juga mengunakan akulturasi arsitektur dari Hindu-Islam. Masjid ini sedikit besar dari Masjid Menara Layur namun jauh lebih kecil dari Masjid Agung Kauman.[4]
Mesjid ini memiliki luas bangunan sekitar 174 meter persegi, yang dibangun di atas tanah seluas 349 meter persegi. Kubah atau mustoko masjid ini dibuat dengan ciri khas Jawa. Bentuk bangunan masjid ini beberapa kali mengalami perubahan sesuai arsitektur masa kini. Sampai sekarang, Masjid Sekayu sudah mengalami renovasi setidaknya enam kali. Namun, kubah maupun empat tiang pancang dari kayu jati yang menjadi ciri khas bangunan masjid, masih tetap dipertahankan dan dilestarikan. Kubah maupun tiang pancang ini tidak mengalami perubahan sejak pembuatan awal masjid. Tiang pancang atau penyangga inti masjid sebenarnya berbentuk balok kayu jati. Untuk menghindari adanya kerusakan pada ukiran kayu jati, maka tiang penyangga inti selanjutnya dibungkus sisiran kayu tipis. Sehingga saat ini yang tampak dari luar adalah tiang bulat. Konon, keempat tiang tersebut hadiah dari Raja Bintoro Demak, Raden Patah, sebagai balas jasa pengabdian para ulama pendiri Masjid Sekayu yang pernah ikut serta membangun Masjid Demak. Konon Masjid Sekayu dibuat tujuh tahun sebelum berdirinya Masjid Demak.
Pintu masuk masjid ini berupa pintu tunggal dengan trap dibawahnya. Pintu berpanel kayu dengan dua jendela kayu yang mengapit pintu masuk. Pada sisi lain dinding terdapat lubang angin dengan lubang-lubang yang membentuk motif bunga dari batu, ada kemungkinan lubang angin ini merupakan tambahan yang dibuat bersamaan dengan pemugaran dinding luar bangunan masjid.
Akses
suntingMeski berada di tengah kota untuk menuju Masjid Sekayu bisa dibilang agak sulit karena akses jalan yang kecil. Kawasan Jalan Pemuda Semarang menuju Mall Paragon tepatnya sebelah barat Mall Paragon, terdapat jalan kecil yang bernama jalan Sekayu. Silakan masuk dan sekitar 200 meter akan ditemukan masjid Sekayu. Masjid ini agak masuk ke dalam gang, yang berada di sebelah kanan. Untuk masuk ke masjid maka akan melewati jalan Masjid Sekayu dan nampaklah menara yang berdiri megah dan tinggi. Masjid ini memang tidak terlalu tampak jelas dari pinggir jalan, karena tertutup oleh banyaknya rumah dan pepohonan yang rindang. Akses jalan menuju lokasi tak dapat dilewati mobil. Sebab berada di kawasan padat penduduk dengan jalan selebar kurang lebih dua meter.
Remaja Masjid Taqwa Sekayu
suntingJatayu merupakan penamaan Pemuda masjid yang melakukan aktivitas sosial dan ibadah di lingkungan masjid.Hal ini sangat perlu dan mutlak keberadaannya dalam menjamin estafet makmurnya suatu masjid sehingga fungsi dinamika masjid itu sendiri dapat di pertahankan kelangengannya.
Remaja masjid sebagai agen setrategis dalam pemberdayaan umat perlu dibekali keilmuan dan ketrampilan yang di butuhkan,misalnya para aktivis remaja masjid juga perlu menekuni pengetahuan jurnalistik dan kewirausahaan.Hal itu penting untuk menguatkan dakwah dan pemberdayaan umat.Dua pengetahuan itu dapat menjadi sarana dakwah, maupun peningkatan SDM Remaja masjid sehingga mampu mandiri. pada kesempatan ini Indri Martanti selaku Pembina Remaja Masjid Taqwa Sekayu serta Teddy Muazin Kurniawan mendorong untuk aktifnya kembali kegiatan di masjid Taqwa Sekayu ini dan sesuai kesepakatan bersama Mohammad Hasan Asarie (KIOSKU) diusulkan sebagai ketua Remaja Masjid Taqwa Sekayu "JATAYU", Besar harapan dengan dibentuknya Remaja JATAYU ini dapat bersinergi bersama Takmir Masjid Taqwa Sekayu dalam beberapa kegiatan diMasjid yang bersejarah ini.
WISATA KAMPUNG TEMATIK
suntingKampung Tematik Masjid Sekayu 1413 merupakan sebuah kampung yang terdapat di Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Kampung ini unik karena memiliki masjid yang dibangun pada tahun 1413 M dan lebih tua dibandingkan Masjid Agung Demak. Kampung ini dikelilingi oleh perkantoran, hotel, mall dan juga objek wisata ikonik Kota Semarang yaitu Lawang Sewu.
Masjid Taqwa Sekayu yang saat ini berdiri, memiliki sejarah kuno dan tua. Bermula dari kebutuhan pasokan bahan matarial untuk pembangunan Masjid Agung Demak, seperti kayu jati, yang berasal dari kabupaten-kabupaten bagian barat (Kendal-Weleri), Ungaran dan Ambarawa (tengah), Purwodadi, Grobogan, dan Kedungjati (Timur). Pasokan tambahan juga datang dari Kota Solo dan Kabupaten Wonogiri (Selatan).
Persahabatan dan ikatan yang kuat antara Sunan Kalijaga (Demak) dan Sunan Gunung Jati (Cirebon), maka diutuslah murid Sunan Gunung Jati yang bernama Kyai Kamal untuk membantu pemilihan bahan material terbaik pembangunan Masjid Kadilangu Demak yang saat itu, bahan-bahan tersebut berkumpul salah satunya di kampung pekayon.
Di tempat inilah, karena menjadi tempat bertemunya para pekerja, maka Kyai Kamal berinisiatif mendirikan tempat beribadah yang ini menjadi cikal bakal berdirinya Masjid Sekayu 1413.
Arsitektur masjid pada saat itu dibangun dengan sederhana yaitu tiang dari kayu jati, bambu, sedangkan atap dari rumput kering yang dianyam (rumbia), lantainya dari tanah yang digelari tikar mendong (tikar yang terbuat dari daun pandan yang dikeringkan dan dianyam).
Di Kampung Sekayu juga terdapat peninggalan rumah-rumah berarsitek kuno, tua, masih terawat, terjaga dan masih digunakan untuk bermukim warga sekitar.
Ornamen yang terpasang di rumah-rumah tersebut memiliki makna dan arti. Ornamen yang ada antara lain adalah ornamen tumenggung, ornamen kepatihan, dan ornamen sekayu masjid (prajurit).
Rumah atau daerah yang dihuni oleh tumenggung bernama Sekayu Tumenggungan dengan bentuk ornamen persegi panjang bergambar bumi yang dikerumuni 9 anak panah, artinya tugas para tumenggung sebagai pembantu para Walisongo harus mampu memberi cahaya kedamaian dan menolak kemungkaran muka bumi. Rumah atau daerah yang dihuni oleh patih disebut Sekayu Kepatihan. Rumah tersebut memiliki 2 bentuk ornamen.
Ornamen pertama berbentuk persegi panjang dengan masing-masing anak panah berukuran panjang berjumlah 4 dan lingkaran oval yang menggambarkan sebuah lautan luas, dan anak panah kecil menusuk bulatan yang memiliki makna bahwa Indonesia yang hanya sejengkal harus dipertahankan kejayaannya.
Ornamen kedua memiliki bentuk persegi panjang dengan anak panah yang menembus bulatan (bumi) dan di setiap sudut persegi panjang terdapat bunga kenanga yang mekar, menandakan tekad para patih kesultanan Demak yang berharap agar Nusantara memiliki nama besar dan harum di mata international.
Informasi seputar Sejarah dan Wisata Kampung Sekayu Kafe Gethe berada dilokasi tidak jauh dari Masjid Taqwa Sekayu
Referensi
sunting- ^ "Masjid Sekayu Dulu Pernah Jadi Masjid Besar Semarang". 18 Februari 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-22. Diakses tanggal 2014-02-17.
- ^ "Masjid Sekayu, Masjid Kuno Yang Terlupakan". 18 Februari 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-22. Diakses tanggal 2014-02-17.
- ^ Nh., Dini, (1981). Sekayu. Pustaka Jaya. OCLC 499950152.
- ^ "Tentang Masjid Sekayu". 18 Februari 2014.