Masjid Badshahi

masjid di Pakistan

Masjid Badshahi (Urdu: بادشاھی مسجد), atau 'Masjid Kaisar', Dibangun oleh raja ke enam Kesultanan Mughal, Raja Aurangzeb tahun 1671 dan selesai dibangun pada tahun 1673 di Lahore, Pakistan. Masjid Badshahi merupakan masjid dan sebagai landmark serta tujuan wisata utama kota Lahore.

Masjid Badshahi
Masjid Badshahi
PetaKoordinat: 31°35′17″N 74°18′34″E / 31.58806°N 74.30944°E / 31.58806; 74.30944
Agama
AfiliasiIslam Sunni
Lokasi
LokasiLahore, Pakistan
Arsitektur
TipeMasjid jami
Gaya arsitekturKesultanan Mughal
Peletakan batu pertama1661
Rampung1673
Kapasitas95.000 jemmah

Masjid Badshahi berkapasitas 5000 jemaah di ruang sholat utamanya dan 95.000 jemaah di halaman tengah serta portiko, menjadikannya sebagai masjid terbesar di dunia dari tahun 1673 hingga 1986 (atau selama 313 tahun). Daya tampung masjid ini dikalahkan oleh Masjid Faisal di Islamabad (Ibu kota Pakistan) yang dibangun belakangan. Saat ini masjid dengan daya tampung terbesar adalah Masjidil Haram di Mekah Al-Mukarromah dan Masjid Nabawi di Madinah Al-Munawaroh di Saudi Arabia.

Masjid berukuran begitu besar ini, memiliki empat menara di empat penjuru luar masjid masing masing setinggi 53.75m ditambah lagi empat menara di empat penjuru bangunan utama masjid dan halaman tengah seluas 253.899,9m2. Sekedar untuk perbandingan, tinggi menara masjid ini lebih tinggi 4.2 meter dibandingkan dengan menara Taj Majal, dan halaman tengah masjid ini sama luasnya dengan keseluruhan luas Taj Mahal.

Tahun 1993 yang lalu pemerintah Pakistan merekomendasikan Masjid Badshahi untuk dimasukkan ke dalam daftar warisan dunia UNESCO, dan sudah dimasukkan ke dalam daftar sementara dari kemungkinan nominasi masuk ke dalam daftar warisan dunia UNESCO.

Sejarah

sunting

Masjid Badshahi dibangun dalam visi kerajaan dan menjadikannya sebagai masjid kerajaan emperium Islam Mughal karenanya sengaja dibangun berseberangan dan tak jauh dari Lahore Fort, Landasan masjid ini dibangun lebih tinggi dari permukaan lahan disekitarnya untuk mencegah banjir dari aliran sungai Ravi saat pasang naik. Fondasi dan struktur bangunan masjid ini dibangun menggunakan bahan batu bata dan tanah lempung yang dipadatkan. Struktur bangunannya kemudian dibalur dengan lampengan batu pasir merah yang ditambang dari daerah Jaipur di Rajasthan (kini masuk dalam wilayah India). Sedangkan kubahnya di lapis dengan pualam putih.

Masjid Badshahi pada Masa Kerajaan Mughal (1673-1752)

sunting

Ketika selesai dibangun tahun 1673 masjid Badshasi tidak saja menjadi masjid terbesar di emperium Islam Mughal tapi juga merupakan masjid terbesar di dunia. Catatan rekor tersebut bertahan selama 313 tahun sampai tahun 1986. masjid ini menjadi salah satu bangunan terbesar semasa kejayaan Mughal dan dunia. Di cuaca cerah masjid ini dapat dilihat dari jarak hingga 15 Km. Masjid badshahi mengangkat pentingnya posisi kota Lahore secara politik, ekonomi dan budaya pada masa kejayaan Mughal.

Masjid Badshahi pada Masa Kekuasaan Sikh (1799-1849)

sunting

Pada tanggal 7 Juli 1799 milisi Sikh dari Sukerchakia, pimpinan Ranjit Shing mengambil alih kota Lahore. Setelah mengusai seluruh kota, Masjid Badshahi mengalami kerusakan parah ketika Ranjit Shing menggunakan Halaman tengahnya yang begitu luas itu sebagai kandang kuda pasukannya. Sedangkan 80 hujras (ruangan kelas) yang mengitari halaman tengah masjid dijadikannya sebagai barak militer dan gudang senjata. Ranjit Sing juga menjadikan Hazuri Bagh yang berdekatan dengan taman disebelah masjid sebagai ruang pengadilan kerajaan. Tahun 1820 seorang warga Inggris bernama William Moorcroft dalam catatannya menyebutkan bahwa saat itu masjid Badshahi dijadikan areal latihan bagi pasukan infantry Sipahi.

Tahun 1841 terjadi perang sipil Sikh, Putra Ranjit Singh, Sher Shing menggunakan menara masjid Badshahi yang ujung nya sudah runtuh akibat genba, untuk meletakkan zamburah atau Senjata Ringan untuk membombardir pendukung Sikh Maharani Chand Kaur yang menguasai Lahore fort, bombardier dari menara masjid itu mengakibatkan kerusakan pada Fort Lahorei. Salah satu korban diborbardir itu adalah hancurnya Fort Diwan-e-Aam (Hall untuk pertemuan publik, Hall tersebut kemudian dibangun ulang dimasa pendudukan Inggris, namun tak mampu membangun seindah aslinya. Selama perang sipil ini tercatat bahwa Hendri De La rouche, komandan Kavaleri Prancis yang ditugaskan di ketentaraan Sher Singh menggunakan terowongan yang menghubungkan masjid Badshahi ke Lahore Fort sebagai gudang sementara penyimpanan mesiu.

Masjid Badshahi pada Masa Penjajahan Inggris (1858-1947)

sunting

Saat Inggris menjajah India, inggris meneruskan apa yang dilakukan pemerintahan Sikh dengan tetap menggunakan masjid dan area yang menghubungkannya dengan Fort sebagai barak militer. 80 hujrah yang berada disekitar lapangan tengah dan semasa kekuasaan Sikh dijadikan sebagai kandang kuda, di hancurkan oleh Inggris untuk mencegah digunakannya ruang kelas tersebut bagi segala bentuk aktivitas anti Inggris. Inggris kemudian membangun ulang area hujras dengan bentuk arkade terbuka

Masjid Badshahi Kembali ke Kaum Muslimin dan Restorasi

sunting

Menanggapi ketersinggungan kaum muslimin atas terus digunakannya masjid Badshahi sebagai barak militer sejak pemerintahan Sikh hingga di era awal pemerintahan pendudukan Inggris, Inggris ahirnya membentuk Otoritas Masjid Badshahi pada tahun 1852 untuk melakukan restorasi dan mengembalikan Masjid tersebut kepada kaum muslimin. Sejak tahun 1852 tersebut serangkaian restorasi terhadap bangunan masjid dilaksanakan dibawah pengawasan Otoritas Masjid Badshahi. Perbaikan besar besaran dilaksanakan sejak tahun 1939. Cetak biru perbaikan masjid disiapkan oleh arsitek Nawab Zen Yar Jang Bahadur.

Masjid Badshahi di bawah pemerintahan Republik islam Pakistan

sunting

Pekerjaan restorasi terhadap masjid ini terus berlanjut ketika Lahore manjadi bagian dari Republik Islam Pakistan yang baru berdiri pada tanggal 14 Agustus 1947 lepas dari India. Pada tahun 1960 Masjid Badshahi direstorasi total dan dikembalikan ke bentuknya aslinya. Proses restorasi ini menghabiskan dana 4.8 juta Rupee. Pemerintah Pakistan membangun sebuah musium kecil di dalam gerbang masuk ke masjid Badshahi, untuk menyimpan beberapa benda bersejarah yang terkait dengan Nabi Muhammad S.A.W, sepupunya Ali Bin Abi Thalib, dan putri dia Fatimah Azzahra. Benda benda tersebut dibawa ke wilayah anak benua tersebut oleh Amir Taimur. pemotretan terhadap benda benda tersebut sama sekali tidak diperkenankan oleh pihak berwenang disana, demi menghormati baginda rosul dan keluarganya.

Arsitektural dan Rancang Bangun Masjid Badshahi

sunting

Arsitektural masjid Badshahi sangat mirip dengan Masjid Jama di Delhi tua, India. Masjid Jam Delhi Tua dibangun tahun 1648. Kemiripan tersebut dapat dimengerti mengingat masjid Jama di Delhi dibangun oleh Ayahanda dari Aurangzeb, Raja Shah Jahan. Rancangan masjid tersebut di-inspirasi oleh seni Islami, Persia, Asia tengah dan sentuhan India. Sebagaimana layaknya sang pembangun-nya, masjid ini pun begitu megah, besar, mengagumkan dan memberikan kesan yang luar biasa.

Tangga menuju ruang sholat utama masjid ini serta keseluruhan lantainya menggunakan pualam warna warni. Ruang sholat utama masjid Badshahi dibagi ke dalam tujuh bagian dalam artian memiliki beberapa lajur yang terbentuk oleh deretan tiang berlengkung dalam ukuran besar, tiga ruang berada di bawah kubah ganda yang di kerjakan dengan apik menggunakan pualam putih. Empat ruang lain nya berkubah rata (manbatkari), lengkap dengan lukisan dinding, dan berlapiskan batu pualam.

Eksterior masjid ini di dekorasi dengan batu berukir juga dengan lapisan pualam dan batu pasir warna merah khususnya untuk beberapa motif dan relif relif tebalnya. Ditambah dengan sedikit sentuhan indo-greek, Asia Tengah dan pengaruh dari arsitektur India dalam teknik maupun motif motifnya.

Skyline masjid ini dihias dengan seni bangunan yang begitu indah menggunakan lapisan pualam, memberikan garis garis megah seantero masjid. dalam berbagai fitur arsitekturalnya seperti halaman tengah, lorong lorong, menara di empat penjuru, garis proyeksi yang mengarah ke ruang sholat utama dan pintu masuk utama, ditambah dengan perjalanan panjang sejarah perkembangan arsitektur Islam sebelum pembangunan masjid ini pada tahun 1673.

Dinding sebelah utara masjid ini membentang sangat dekat dengan tepian sungai Ravi, jadi gerbang besar masjid ini tidak diletakkan disisi tersebut, simetris dengan sisi utara sisi selatan pun dirancan tanpa gerbang besar. dan empat bangunan Aiwan seperti yang ada di masjid Jama Delhi tidak di duplikasi di masjid ini. tembok masjid Badshahi dibangun menggunakan batu bata bakar, semen putih tapi kemudian di lapisi dengan batu pasir merah. sementara jalan menuju ruang sholat di lapis dengan pualam warna warni.

Pranala luar

sunting