Masjid Al-Osmani

masjid di Indonesia

Masjid Al-Osmani (Aksara Jawi:مسجد العثماني) adalah sebuah masjid di Medan, Sumatera Utara. Masjid ini juga di kenal dengan sebutan Masjid Labuhan karena lokasinya yang berada di kecamatan Medan Labuhan. Masjid ini terletak di jalan K.L. Yos Sudarso Kel. Pekan Labuhan sekitar 20 kilometer sebelah utara Kota Medan. Masjid ini adalah masjid tertua di kota Medan.

مسجد العثماني
Masjid Raya Al-Osmani
Masjid Raya Al-Osmani di era Kesultanan Deli
PetaKoordinat: 3°43′56″N 98°40′34″E / 3.73222°N 98.67611°E / 3.73222; 98.67611
Agama
AfiliasiIslamSunni
Provinsi Sumatera Utara
Lokasi
LokasiMedan
Negara Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Peletakan batu pertama1854
Rampung1857
Kapasitas13,00 orang jemmah

Masjid Al-Osmani dibangun pada 1854 oleh Raja Deli ketujuh, yakni Sultan Osman Perkasa Alam dengan menggunakan bahan kayu pilihan. Kemudian pada 1870 hingga 1872 masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibangun menjadi permanen oleh anak Sultan Osman, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam yang juga menjadi Raja Deli kedelapan.

Hingga kini, selain digunakan sebagai tempat beribadah, masjid itu juga dipakai sebagai tempat peringatan dan perayaan hari besar keagamaan dan tempat pemberangkatan menuju pemondokan jemaah haji yang berasal dari Medan Utara. Di masjid ini juga terdapat lima makam raja deli yang dikuburkan yakni Tuanku Panglima Pasutan (Raja Deli IV), Tuanku Panglima Gandar Wahid (Raja Deli V), Sulthan Amaluddin Perkasa Alam (Raja Deli VI), Sultan Osman Perkasa Alam, dan Sulthan Mahmud Perkasa Alam.[1]

Arsitektural

sunting
Berkas:Interior M Al Osmani.jpg
Interior Masjid Al-Osmani juga serba kuning sebagaimana warna sisi luarnya

Ketika pertama kali dibangun pada tahun 1854, ukuran Masjid Al-Osmani hanya 16 x 16 meter dengan material utama dari kayu. Pada tahun 1870, Sultan Deli VIII Mahmud Al Rasyid melakukan pemugaran besar-besaran terhadap bangunan masjid yang diarsiteki arsitek asal Jerman, GD Langereis. Selain dibangun secara permanen, dengan material dari Eropa dan Persia, ukurannya juga diperluas menjadi 26 x 26 meter. Renovasi itu selesai tahun 1872.

Beberapa kali pemugaran terhadap bangunan masjid ini telah dilaksanakan tanpa menghilangkan arsitektur asli yang merupakan perpaduan bangunan Timur Tengah, India, Spanyol, Melayu, dan Tiongkok.[2] Kombinasi arsitektur empat negara itu misalnya pada pintu masjid berornamen Tiongkok, ukiran bangunan bernuansa India, dan arsitektur bernuansa Eropa, dan ornamen-ornamennya bernuansa Timur Tengah. Rancangannya unik, bergaya India dengan kubah tembaga bersegi delapan. Kubah yang terbuat dari kuningan tersebut beratnya mencapai 2,5 ton

Masjid Al-Osmani didominasi warna kuning, dengan warna kuning keemasan yang merupakan warna kebanggaan Suku Melayu, warna tersebut diartikan atau menunjukkan kemegahan dan kemuliaan. Kemudian dipadu dengan warna hijau yang filosofinya menunjukkan keislaman.

Ruang salat

sunting

Ruang salat Masjid Al-Osmani berbentuk empat persegi panjang dengan tiga pintu pada ketiga sisinya. Pintu tidak ada di sisi sebelah barat karena menjadi tempat mihrab. Hiasan geometri dan lengkungan ada di bagian atas pintu dan dua buah daun pintu pada bagian tengah. Dua pintu lagi yang berada disebelah kiri dan kanan pintu yang berada di tengah ruangan. Hiasan kedua pintu sama dengan pintu yang berada di tengah, hanya ukurannya agak besar dan di bagian atas pintu dihiasi dengan lengkungan yang meruncing. Lengkungan-lengkungan ini menjadi jendela kaca yang berbias dan berwama. Di sudut-sudut ruang utama masing-masing juga dihiasi dengan dua buah lengkungan. Ruang salat mempunyai empat buah tiang yang dicor berbentuk segi delapan. Tiang bagian bawah, tengah, dan atas diberi pelipit datar yang melingkar. Di dalam ruang salat juga ada dua mimbar. Mihrab di bagian barat memiliki dua buah jendela kaca berbias dan berwama di kiri dan kanannya yang bagian atasnya berbentuk lengkung. Di kiri dan kanan mihrab ada dua berbentul lingkaran dan segi empat. Bagian dalam mihrab dihiasi dengan lengkungan, pelipit datar, dan kaligrafi yang berisi ayat al-Qur'an. Bagian atas mihrab dihiasi dengan lengkungan dan pelipit-pelipit yang merupakan hiasan lanjutan dari sisi barat. Selain hiasan itu juga diberi hiasan kaligrafi yang berisi surat-surat al-Qur'an dan bunga-bungaan serta sulur-suluran.[3]

Catatan Kaki

sunting
  1. ^ "Masjid Al-Osmani". 16 Juni 2012. 
  2. ^ "Menggali Kemegahan Arsitektur Mesjid Al-Osmani Bernuansa Empat Negara". 16 Juni 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-11. Diakses tanggal 2012-06-16. 
  3. ^ Sugiyanti, dkk. (1999). Masjid Kuno Indonesia (PDF). Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat. hlm. 33. ISBN 979-8250-16-8. 

Pranala luar

sunting