Masjid Agung Kendal

masjid di Indonesia

Masjid Agung Kendal adalah masjid yang berada di Kendal Jawa Tengah. Masjid ini terletak di Jalan Raya Barat depan pusat perkantoran pemerintahan Kabupaten Kendal, dan merupakan masjid tertua di Kabupaten Kendal. Masjid tersebut dibangun sekitar tahun 1493 Masehi, atau tepatnya 1210 H oleh Wali Joko.

Masjid Agung Kendal
Berkas:Masjid A Kendal.jpg
Masjid Agung Kendal
Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiKendal, Jawa Tengah
Arsitektur
TipeMasjid

Sejarah

sunting

Masjid tersebut dibangun sekitar abad 15, yaitu pada zaman Kesultanan Demak. Masjid tersebut dibangun oleh Raden Suweryo atau biasa dikenal dengan Wali Joko. Wali Joko merupakan salah satu santri Sunan Kalijaga, yang ditugasi untuk menyebarkan agama Islam di sekitar Kendal. Wali Joko yang memiliki nama kecil Jaka Suwirya adalah kakak-beradik dengan Sunan Katong. Konon Wali Joko dimakamkan di Kaliwungu.[1]

Saat masih muda, Wali Joko bernama Pangeran Panggung, merupakan putra bungsu Prabu Kertabumi atau Prabu Brawijaya V dengan Permaisuri Dewi Murdaningrum, seorang putri dari Kerajaan Campa. Wali Joko masih memiliki hubungan darah dengan Raden Patah, raja pertama Kesultanan Demak Bintoro. Di mana, Raden Patah adalah putra Prabu Kertabumi dengan Permaisuri putri Kerajaan Campa, Dewi Kian.

Deskripsi

sunting

Bangunan awal Masjid Agung Kendal menyerupai Masjid Agung Demak, yaitu tidak terdapat kubah, pada atapnya berbentuk seperti prisma. Luas bangunan waktu itu hanya 27x27 meter. Sedangkan atapnya terbuat dari sirap (susunan kayu tipis) yang bersusun tiga. Tempat wudhu berupa kolah pendem yang mendapat aliran air dari sungai kendal yang dibuat oleh Wali Joko sendiri, letak kolamnya ada di depan masjid sebelah selatan utara makam Wali Joko.[2]

Seiring berjalannya waktu, masjid yang berdiri gagah di pusat Kota Kendal ini telah mengalami delapan kali renovasi. Sejumlah peninggalan asli bangunan dari Wali Joko adalah 16 tiang penyangga masjid dengan masing-masing berdiameter 40 centimeter. Peninggalan asli lainnya yaitu kusein, jendela dan daun pintu masjid. Selain itu adalah mimbar kotbah dan juga Maksuroh (tempat salat bupati saat itu) yang terdapat di sebelah kiri mimbar.

Tiang penyangga yang asli ada di bangunan utama, tapi sekarang sudah dilapisi agar lebih kuat menjadi sekitar 60 cm. Dan sekarang tiang total menjadi 80 tiang.

Tradisi Ramadhan

sunting

Di bulan suci, takmir Masjid Agung menyediakan makan dan minum untuk berbuka bagi semua lapisan masyarakat. Misalnya, para musafir yang kebetulan singgah di masjid itu. Selain melestarikan tradisi tersebut, di bulan Ramadan takmir masjid juga menggelar pengajian kitab kuning. Banyak santri kalong atau santri pendatang mengaji di masjid ini setiap malamnya. Mereka datang dari beberapa wilayah di Kendal. kitab kuning berisi uraian dan penjabaran para ulama yang bersumber dari Alquran dan Hadis. Seperti di masjid-masjid umumnya, pada Ramadan juga diisi dengan kegiatan tadarus.[3]

Catatan Kaki

sunting
  1. ^ "Sejarah Al-Kisah Wali Joko/Jaka Suwirya". 6 Maret 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-28. Diakses tanggal 2014-03-06. 
  2. ^ Priyatin, Slamet (6 Maret 2014). Assifa, Farid, ed. "Masjid Berusia 512 Tahun Itu Masih Berdiri Kokoh". Kompas.com. 
  3. ^ "Putra Kerajaan Majapahit Dirikan Masjid di Kendal". Suara Merdeka Online. 6 Maret 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 2014-03-06. 

Pranala luar

sunting