Markus Chong Ui-bae

Markus Chong Ui-bae (1794-1866) adalah seorang martir Katolik Korea. Ia lahir pada tahun 1794 di Provinsi Gyeonggi di keluarga bangsawan yang membenci umat Katolik. Markus menyelesaikan pembelajaran untuk ujian pemerintah dan juga mengajar anak-anak. Dia menikah, namun tak lama istrinya meninggal, dan Markus hidup bertahun-tahun sebagai seorang duda tanpa anak. Pada tahun 1839, dia pernah melihat Uskup Imbert, Pastor Maubant dan Chastan menjadi martir. Markus yang pada waktu itu berpikir bahwa agama Katolik adalah ajaran sesat, merasa terkejut melihat para misionaris menghadapi kematian dengan sukacita yang begitu besar. Dia mulai membaca beberapa buku Katolik, dan menjadi yakin bahwa menjadi seorang Katolik akan membantu dia menjadi seseorang yang lebih baik. Dia pergi ke Seoul untuk dibaptis. Uskup Ferreol, yang datang ke Korea pada tahun 1845, menunjuk dia menjadi seorang katekis. Katekis Markus melaksanakan tugas-tugasnya dengan setia sampai dia mati, sehingga Uskup Daveluy menyatakan bahwa dia adalah seorang santo yang hidup, dan Uskup Berneux berkata bahwa dirinya akan bahagia di Surga bersama dengan Katekis Markus. Markus pernah memimpin umat Katolik dan para katekumen dengan baik dan juga merawat orang-orang sakit dan anak-anak yatim piatu. Dia sengaja menjalani kehidupan yang miskin bersama dengan istri keduanya yaitu Katarina Pi. Karena mereka tidak mempunyai anak, mereka mengadopsi keponakan mereka yaitu Paulus Pi yang mengajarkan bahasa Korea kepada Pastor Bretenières, ketika dia tinggal di rumah mereka.

Katekis Markus selalu menjalankan agamanya dengan setia dan kehendaknya begitu kuat. Setiap orang yang berada di dekatnya mencintai dan menghormati dia. Dia selalu memilih untuk mati menjadi martir dibandingkan mati di rumahnya. Pastor Bretenières pernah memuji sikapnya yang saleh itu dalam suatu Misa di depan orang banyak.

Ketika penganiaayan dimulai, Markus membantu orang lain melarikan diri, namun dirinya sendiri tidak ikut melarikan diri. Ketika dia ditangkap pada tanggal 25 Februari 1866, dia menunjukkan sukacita yang besar. Dia berumur 72 tahun. Dia dipenjarakan beberapa hari dengan empat misionaris dari Perancis. Setelah disiksa dengan kejam, dia dipenggal di Saenamteo pada tanggal 11 Maret 1866.[1]

Referensi

sunting