Mapatung adalah tradisi pemotongan dan pembagian daging babi dan ayam hasil penyembelihan yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali.[1]

Pembagian daging di Desa Adat Kedonganan, dilaksanakan 2 hari sebelum Galungan, April 2025

Mapatung biasanya dilakukan sebelum memasuki hari hari besar atau hari raya Hindu Bali, terutama Galungan.[1] Daging hasil penyembelihan kemudian dibagikan secara merata kepada seluruh warga yang hadir. Daging yang diperoleh, digunakan untuk mengisi sarana upacara atau diolah dan dimasak menjadi hidangan khas Bali seperti lawar, sate, dan komoh.[2]

Tujuan

sunting

Mapatung dilakukan karena harga daging, biasanya babi sedang mahal, apalagi setiap keluarga tidak membutuhkan banyak daging babi saat hari raya. Daging daging dibagi rata kepada seluruh warga. Selain sebagai lambang pelestarian warisan leluhur, juga dijadikan ajang untuk meningkatkan rasa kekeluargaan. Dengan adanya upacara mapatung ini, dipastikan semua yang ikut serta dalam mapatungan bisa mendapatkan isi yang dibutuhkan, baik bagian dalam maupun bagian luar.[3]

Tradisi Mapatung memiliki makna mendalam dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan spiritual masyarakat Bali. Secara sosial, Mapatung berfungsi sebagai sarana mempererat hubungan kekeluargaan dan kekerabatan antarwarga banjar. Kegiatan ini menjadi momen berkumpul, berinteraksi, dan saling membantu, sehingga memperkuat solidaritas dalam komunitas.[4] Dari aspek ekonomi, tradisi ini meringankan beban pengeluaran masing-masing keluarga melalui sistem patungan untuk membeli hewan sembelihan secara kolektif.[5] Secara spiritual, Mapatung merupakan wujud syukur atas berkah yang diterima, dan menjadi bagian dari persiapan menyambut Hari Raya Galungan dalam konteks hubungan harmonis antara manusia, Tuhan, dan alam menurut prinsip Tri Hita Karana.[4]

Pelaksanaan

sunting

Pelaksanaan Mapatung dilakukan secara kolektif oleh warga banjar, lembaga adat, atau bahkan institusi seperti Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dan Rumah Tahanan. Umumnya kegiatan ini dilaksanakan pada hari Penampahan Galungan, sehari sebelum Hari Raya Galungan.[2] Proses pelaksanaan meliputi beberapa tahap:

  • Perencanaan dan Patungan Dana

Warga bersama-sama merencanakan jumlah hewan yang akan disembelih dan mengumpulkan dana untuk pembelian.[2]

  • Penyembelihan Hewan

Penyembelihan biasanya dilakukan sejak dini hari hingga pagi. Misalnya, di Rutan Negara, penyembelihan dilakukan mulai pukul 00.10 WITA hingga 05.00 WITA.[6]

  • Pembagian Daging

Setelah disembelih, daging dibagi rata kepada semua warga yang hadir. Daging ini biasanya digunakan untuk sarana upacara atau untuk diolah oleh masing-masing keluarga menjadi hidangan khas Bali.[2]

  • Pemeriksaan Kesehatan Hewan

Di beberapa wilayah, hewan yang akan disembelih diperiksa kesehatannya oleh tim dokter hewan untuk mencegah penyebaran penyakit seperti Streptococcus suis.[7]

Variasi pelaksanaan juga ditemukan, seperti LPD Kedonganan yang membagikan daging hasil Mapatung kepada nasabah dan warga dalam rangka merayakan Galungan dan Kuningan.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c "Melestarikan Tradisi Mapatung di Bali. Biasanya Dilakukan Menjelang Hari Raya - Bali Travel News". www.balitravelnews.id. Diakses tanggal 2025-04-21. 
  2. ^ a b c d balisaja.com (2013-10-20). "Siapa Bilang Tradisi Mapatung Galungan Kian Pudar?". balisaja.com. Diakses tanggal 2025-04-21. 
  3. ^ Agency, ANTARA News. "Warga Buleleng Lestarikan Tradisi "Mepatung" Galungan". ANTARA News Bali. Diakses tanggal 2025-04-21. 
  4. ^ a b balisaja.com (2013-10-20). "Mapatung, Sarana Mempererat Ikatan Sosial". balisaja.com. Diakses tanggal 2025-04-22. 
  5. ^ Mendala, Ewik (2024-03-01). "Mepatung Galungan, Simak Makna di Balik Tradisi Ini". BALIPOST.com. Diakses tanggal 2025-04-22. 
  6. ^ "Tradisi Mepatung Semarakkan Hari Raya Galungan di Rutan Negara". rri.co.id. 
  7. ^ NusaBali. "Desa Adat Kedonganan Bentuk Tim Dokter, Jelang Galungan dan Kuningan dan Merebaknya MSS". www.nusabali.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-04-22.