Manuel de Arriaga
Manuel de Arriaga (bernama lengkap Manuel José de Arriaga Brum da Silveira e Peyrelongue[1] pengucapan bahasa Portugis: [mɐnuˈɛl dɨ ɐˈʁjaɣɐ]; 8 Juli 1840 – 5 Maret 1917) adalah seorang pengacara asal Portugal yang merupakan Jaksa Agung dan Presiden Portugal pertama setelah lengsernya Raja Manuel II.
Manuel de Arriaga | |
---|---|
Presiden Portugal | |
Masa jabatan 24 Agustus 1911 – 29 Mei 1915 | |
Perdana Menteri | Pemerintahan Sementara João Chagas Augusto de Vasconcelos Duarte Leite Afonso Costa Bernardino Machado Victor Hugo de Azevedo Coutinho Joaquim Pimenta de Castro Junta Konstitusional José de Castro |
Pengganti Teófilo Braga | |
Jaksa Agung Republik Portugal | |
Masa jabatan 17 November 1910 – 24 Agustus 1911 | |
Ditunjuk oleh | Pemerintahan Sementara |
Pendahulu António Cândido Pengganti José Azevedo e Silva | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Manuel José de Arriaga Brum da Silveira e Peyrelongue 8 Juli 1840 Horta, Azores, Portugal |
Meninggal | 5 Maret 1917 Lisbon, Portugal | (umur 76)
Partai politik | Republiken Portugal (Demokrat) |
Suami/istri | Lucrécia Furtado de Melo |
Anak | Maria Máxima Manuel Maria Amélia Maria Cristina Roque Manuel Maria Adelaide |
Almamater | University of Coimbra |
Pekerjaan | Professor of Law Lecturer of English Lawyer |
Tanda tangan | |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan Awal
suntingCatatan tentang masa kecil Arriaga hanya sedikit yang terdokumentasikan. Arriaga dilahirkan dalam sebuah keluarga aristokrat. Ayahnya bernama Sebastião José de Arriaga Brum da Silveira dan ibunya bernama Maria Cristina Pardal Ramos Caldeira. Ayahnya merupakan seorang pedagang tersohor di kotanya. Silsilah keluarga de Arriaga berasal dari Fleming Joss van Aard, salah satu penduduk asli dari Pulau Faial dan saudara jauhnya bernama Bernardo de Sá Nogueira de Figueiredo, Marquess Sá da Bandeira Ke I. Manuel de Arriaga juga merupakan cucu dari Jenderal Sebastião José de Arriaga Brum da Silveira yang terkenal berjasa besar dalam Perang Semenanjung[2].
Pendidikan
suntingArriaga menempuh pendidikan dasar di Horta, kota kelahirannya[3]. Pada umur 18 tahun ia kemudian pindah bersama dengan adiknya José de Arriaga menuju ke Coimbra untuk belajar di Fakultas Hukum Universitas Coimbra. Selama belajar di Coimbra, Arriaga terkenal karena pemikiran cerdas dan kemampuan dalam berorasi[3]. Selama waktu-waktu itu, ia juga menganut filosofi positivisme dan demokrasi republiken. Pemikirannya yang cenderung ke republiken membuat hubungannnya dengan ayahnya menjadi retak karena ayahnya merupakan seorang yang terdidik untuk menyanjung tinggi asas monarki. Akibatnya, ayahnya memutuskan biaya hidup Arriaga dan akhirnya memaksa Arriaga untuk kerja sambilan sebagai guru privat untuk menunjang biaya hidup dan perkuliahan Arriaga dan adiknya[3].
Setelah menyelesaikan studinya di tahun 1865, Manuel bekerja sebagai seorang pengacara di Lisboa, meskipun sebenarnya ia berkeinginan menjadi guru. Ia kemudian berkompetisi untuk memperebutkan kursi ke-10 di Escola Politécnica (Sekolah Politeknik) pada tahun 1866. Usahanya tidak membuahkan hasil yang membuatnya bekerja di Lisboa sebagai guru Bahasa Inggris dan sekaligus menyambil kerja sebagai seorang pengacara[3].
Setelahnya, Arriaga kemudian mendirikan praktik pengacara dan membangun hubungan dengan kliennya yang membuatnya mampu mengumpulkan biaya untuk membantu adiknya menyelesaikan studinya. Diantara sekian kasus yang ia bela, pada tahun 1890 ia menjadi penasihat hukum António José de Almeida yang terkena kasus hukum setelah menerbitkan karyanya yang berjudul Bragança, o último (Bahasa Indonesia : Braganza yang terakhir) sebuah perjanjian melawan Raja Carlos di jurnal akademik O Ultimatum[butuh rujukan].
Sepuluh tahun kemudian, pada 26 Agustus 1876, ia bergabung dengan Comissão para a Reforma da Instrução Secundária (Bahasa Indonesia : Komisi untuk Reformasi Instruksi Sekolah Kedua).
Berpolitik
suntingSebagai seorang anggota Partai Republiken Portugal, ia bersama dengan acinto Nunes, Azevedo e Silva, Bernardino Pinheiro, Teófilo Braga dan Francisco Homem Cristo adalah seorang anggota parlemen yang aktif selama era bertahtanya Raja Luís I. Selain itu ia juga ikut terlibat dalam debat-debat yang bertemakan reformasi pendidikan, kode klasifikasi hukuman dan penjara dan juga reformasi elektoral. Pada waktu itu, kaum republiken yang doktriner telah digantikan oleh partai lain yang berafiliasi dengan kelompok freemason atau asosiasi Carbonari yang baru lahir[4]. Selain itu ia juga terpilih menjadi Deputi untuk Funchal (1883-1884) dan Lisboa (1890-1892). Dikenal sebagai seorang yang pragmatis, ia aktif memperjuangkan tujuan-tujuan kaum republiken sambil menjaga hubungannya dengan gereja, tidak seperti rekan-rekannya sesama kaum republiken. Namun diwaktu yang sama ia juga agresif dan kritis terhadap apa yang dilihatnya sebagai "kelesuan pemerintahan monarki, pemborosan dan kemewahan keluarga kerajaan[5]. Namun, ia dengan gigih mengecam ketidakberesan dalam pemerintahan, terutama ketika beberapa menteri mentransfer dana dari kas pemerintah ke tangan swasta.
Seiring dengan didirikannya Republik Portugal paska Revolusi 5 Oktober, mahasiswa muda Partai Republik di Coimbra memasuki era [pendirian] Senat, dan merusak Aula dan perabotan yang digunakan dalam upacara Doktoral dan merusak lukisan raja-raja Portugis terakhir. Untuk "menghalangi kebobrokan lainnya, Dr. António José de Almeida (Republik sejak jam pertama) mengundang Dr. Manuel de Arriaga menjadi rektor Universitas Coimbra dan memberinya cuti pada tanggal 17 Oktober 1910 dalam sebuah upacara tanpa adanya sentimen akademis, yang mana sudah cukup untuk meredam semangat siswa”[6].
Selama era Pemerintahan Sementara, Arriaga menjadi Jaksa Agung Portugal yang tampil perdana dengan cara seperti itu sebagai seorang paladin propaganda Partai Republik dan sebagai salah satu orang Portugis yang lebih pedas[7].
Sebagai seorang figur senior dalam rezim republiken, ia kemudian terpilih menjadi Presiden pada 24 Agustus 1911 (ia tidak pernah berkampanye maupun mencalonkan diri sebagai calon presiden.) Arriaga mencatat peristiwa itu sebagai beban berat dalam hidupnya karena ia merasa tidak mampu untuk menjalankan tugasnya meskipun ia menerima keputusan bahwa ia adalah Presiden Portugal "demi kebaikan negara"[8]. Calon presiden lainnya adalah Dr. Bernardino Machado (yang kelak juga akan menjadi Presiden Portugal), namun António José de Almeida-lah yang mencalonkan Arriaga pada akhir masa jabatan Pemerintahan Sementara Teófilo Braga. Seperti yang diyakini Almeida, Arriaga "adalah salah satu dari sedikit, atau bahkan satu-satunya, orang di Partai yang bekerja dengan baik dengan semua orang dan yang tidak berbicara buruk dihadapan Tuhan"[9].
Bagi Arriaga, jabatan Presiden yang ia ampu bukanlah jabatan bergengsi; meskipun ia adalah Presiden yang dipilih, dan mendapatkan jatah rumah dinas di Horta Seca, rumah dinas itu memerlukan biaya renovasi, sewa, anggaran sekretaris pribadi bahkan tidak ada anggaran transportasi. Kesemua biaya itu kemudian ditanggung oleh Arriaga sambil dibantu oleh anaknya. Setelahnya, Arriaga pindah untuk menempati Istana Belém, namun ia tidak menempati bangunan utamanya melainkan ia menempati bagian Pátio das Damas. Peristiwa itu terjadi dalam sebuah periode waktu dimana ketika pecahnya tujuan-tujuan kaum republiken banyak berdiri faksi-faksi politik. António José de Almeida mendirikan partai Evolusionis, , Brito Camacho mendirikan partai Persatuan Republiken, sedangkan Afonso Costa meneruskan Partai Republiken yang berganti nama menjadi Partai Demokrat. Dalam bagian ini, Arriaga menunjuk seorang politikus dan jurnalis yang bernama João Chagas untuk memimpin pemerintahan pertamanya. Dalam buku autobiografinya, Arriaga diceritakan tentang bagaimana ia berharap agar tidak menjadi faktor lainnya terhadap terpecahnya kaum republiken, terutama pada saat terdapat kebutuhan untuk bekerja sama; ini adalah periode yang sulit secara historis, karena kekesalan atas "pertanyaan agama", agitasi sosial yang terus-menerus, dan ketidakstabilan partai politik (terkait dengan "strategi Machiavellian" dari beberapa politisi) yang bergejolak selama masa pertumbuhan Republik Pertama. Arriaga sering gagal dalam menahan ketegangan itu dan sering menghadapi revolusi menentang republik seperti Serangan Royalis di Chaves yang dipimpin oleh Kapten Paiva Couceiro. Selama waktu itu juga, terjadi gonta-ganti pemerintahan, terjadi delapan pergantian jabatan Perdana Menteri, kekacauan di jalanan, reaksi kekerasan terhadap gereja, serta gerakan monarki kontra-revolusioner. Akhirnya, ia mengundang Dr. António José de Almeida untuk memimpin pemerintahan, namun ia menolak, dan memilih Afonso Costa dari Partai Republik, yang akan memerintah terus-menerus hingga tahun 1917. Dibenci, namun ditakuti, ia memerintah dan bahkan berusaha untuk memulihkan pemerintahannya. beberapa ketertiban dan ekonomi ke rekening publik[10]. Meskipun Afonso Costa mampu mengurangi defisit, ketidakstabilan dan konflik antar Pihak tetap ada, yang menjadi semakin kritis karena politik dalam negeri dan meningkatnya ketegangan internasional pada tahun 1914 (yang pada akhirnya memicu Perang Dunia I).
Arriaga menyesalkan kejadian-kejadian tersebut, dan mengutarakan niatnya untuk mengundurkan diri kecuali jika koalisi atau pemerintahan non-partai dapat dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan amnesti dan bisa memisahkan gereja dan negara[11]. Namun, pemerintahan berikutnya tidak akan segera menyelesaikan masalah ini; pada tanggal 22 Februari 1914 amnesti diberikan bagi mereka yang tidak dituduh melakukan tindakan kekerasan, dan sebelas pemimpin kelompok subversif dibebaskan, tetapi Undang-Undang Pemisahan tetap tidak direvisi[12].
Kehidupan Pribadi dan Kematian
suntingPada tahun 1874, Manuel de Arriaga menikahi Lucrécia Augusta de Brito de Berredo Furtado de Melo yang berasal dari teman keluarganya yang berada di Arriagas (dari Pulau Pico)[3]. Upacara pernikahan mereka dilaksanakan di sebuah kapel yang berada di Valenca do Minho. Mereka hidup selama beberapa tahun di Coimbra, tempat Arriaga bekerja dan mendirikan firma hukum. Keluarga Manuel de Arriaga dianugerahi dengan enam orang anak (dua orang anak laki-laki dan sisanya perempuan). Keluarga mereka sering menghabiskan liburan di Buarcos.
Setelah mengundurkan diri, Manuel de Arriaga wafat dua tahun kemudian pada tahun 1917[3]. Tempat tinggalnya yang beralamat di Rua da Janelas, kapal-kapalnya yang terabaikan di Sungai Tagus dan ruangan dimana ia wafat difoto oleh dua orang yang ia sanjung, Victor Hugo dan Alexander Herculano. Di atas kasurnya Arriaga, terdapat sebuah potret Yesus Kristus. Pada akhirnya mantan presiden Arriaga mendapatkan rehabilitasi oleh media Portugal atas kepintarannya, sikap patriotisme, kebajikan dan penghargaan atas sikapnya semasa ia menjadi preside. Rehabilitasinya ini lebih lanjut diperkuat dalam tulisan-tulisan pribadinya dan hasil penelitian dari beberapa intelektual.
Arriaga dimakamkan di Pemakaman Prazeres dihari yang sama[3]. Pada tahun 2004, sebuah keputusan dibuat oleh Majelis Republik untuk memindahkan jasadnya ke Panteon Nasional[3].
Daftar Isi
sunting- ^ "Anuário da Nobreza de Portugal", 1985, Tomo II
- ^ Maria Filomena Mónica, 2006, pp.749
- ^ a b c d e f g h "Uma história de Manuel de Arriaga" (PDF). culturacores.azores.gov.pt. Diakses tanggal 5 May 2021.
- ^ Presidency of the Portuguese Republic, 2006
- ^ Fernando Faria Ribeiro, 2007, pp.67
- ^ Joaquim Veríssimo Serrão, 2007, p.320
- ^ Joaquim Veríssimo Serrão, 2007, p.l46
- ^ Fernando Faria Ribeiro, 2007, pp.67
- ^ Maria Luísa V. de Paiva Boléo, 2006
- ^ João Ameal, 1942, p.746
- ^ History of Portugal: Pamphlets, p.454
- ^ History of Portugal: Pamphlets, p.454
Referensi
sunting- Medina, João (1986). História Contemporânea de Portugal (dalam bahasa Portuguese). VII. Lisbon: Amigos do Livro/Multilar.
- Boléo, Maria Luísa V. de Paiva Boléo (1996). Manuel de Arriaga (1840–1917) (dalam bahasa Portuguese). Lisbon: Público Magazine.
- Mónica, Maria Filomena (2006). Dicionário Biográfico Parlamentar (1834–1910) (dalam bahasa Portuguese). III. Lisbon: Assembleia da República. hlm. 749–753. ISBN 972-671-167-3.
- Serrão, Joaquim Verissímo (2007). História de Portugal de Veríssimo Serrão (dalam bahasa Portuguese). XVII. Lisbon: Verbo. ISBN 978-972-22-2663-9.
- Wheeler, Douglas L. (August 1998). Republican Portugal: A Political History 1910–1926. Madison, Wisconsin: University of Wisconsin Press. ISBN 0-299-07450-1.
- Ribeiro, Fernando Faria (2007). Em Dias Passados: Figuras, Instituições e Acontecimentos da História Faialense. Horta: Nucleu Cultural da Horta. ISBN 978-989-95033-3-5.
- Boléo, Maria Luísa V. de Paiva Boléo (2006). "Manuel de Arriaga (1840–1917)" (dalam bahasa Portuguese). Lisbon: O Leme.
- "Antigos Presidents: Manuel de Arriaga" [Former Presidents: Manuel de Arriaga] (dalam bahasa Portuguese). Presidency of the Portuguese Republic. 2006. Diakses tanggal 31 March 2009.[pranala nonaktif permanen]
- "Manuel de Arriaga Brum da Silveira (1840–1917)" (dalam bahasa Portuguese). Fundação Mario Soares: Arquivo e Biblioteca. 2006. Diakses tanggal 31 March 2009.
- History of Portugal: pamphlets. 1662.