Manisan buah

variasi makanan khas Indonesia
Infotaula de menjarManisan buah
Rincian
Jenismakanan manis, preserved food (en) Terjemahkan dan confit (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Bahan utamabuah Edit nilai pada Wikidata
gapuak gendut

Ada tiga jenis manisan, yaitu gendut gapuak gapuak gendut gendut gak tau diri gapuak pano gapuak kering, dan acar.[1] Satu jenis buah dapat dibuat menjadi, atau manisan kering, atau keduanya.[2]

 
manisan basah dari kulit jeruk

Manisan basah adalah manisan yang diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula.[2] Manisan basah mempunyai kandungan air yang lebih banyak dan penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah aslinya.[2] Manisan basah biasanya dibuat dari buah yang keras.[2] Contoh buah untuk manisan basah adalah:[3]

 
Manisan Basah Pepaya

Kering

sunting

Manisan kering adalah manisan yang diperoleh oleh buah,makanan maupun kulit yang kemudian ditiriskan kemudian dijemur sampai kering.[2] Manisan kering memiliki daya simpan yang lebih lama, kadar air yang lebih rendah, dan kadar gula yang lebih tinggi.[2] Manisan kering biasanya dibuat dari buah yang teksturnya lunak.[2] Contohnya buah untuk manisan kering adalah:[1]

 
acar kedondong

Acar adalah manisan yang cita-rasa sangat pedas, ada 3 campuran rasa yaitu manis,pedas dan asam biasanya didiamkan selama 3 hari atau di rendam permentasi sampai larutanya atau buahnya yang tercampur oleh cuka

dan bahanya ada 4 bahan untuk membuat asam ,pedas atau acar yaitu.

garam

gula

cabai dan cuka

 
acar buah baby tomato

Contoh acar dari buah adalah

Pembuatan

sunting

Untuk membuat manisan yang berkualitas perlu memperhatikan beberapa hal, seperti bahan yang digunakan, bumbu, peralatan, dan wadah yang digunakan.[1] Selain itu perlu diperhatikan juga metode yang dilakukan seperti penirisan, penjemuran, dan penyimpanan.[6] Dengan pembuatan yang benar, manisan yang diperoleh akan renyah, tidak getir atau sepat, dan memberi sensasi nikmat bagi yang makan.[2]

Bahan dan bumbu

sunting

Bahan yang digunakan dipilih yang baik kualitasnya, agar hasil manisan tidak keriput.[1] Buah yang digunakan tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, tidak mengandung banyak serat serta tidak berulat dan tidak ada cacat.[6] Buah yang digunakan dicuci terlebih dahulu dari kotoran yang ada.[1]

Garam yang digunakan adalah garam meja, garam bata, atau garam beriodium, serta tidak mengandung vetsin karena akan menghambat proses pengawetan.[1] Gula yang digunakan sebaiknya berwarna putih agar hasil manisan tidak berubah warna menjadi lebih gelap.[1] Bila digunakan cuka, gunakan yang kadar keasamannya 5% saja agar tidak terlalu asam.[1]

Air kapur sirih digunakan untuk memberi tekstur renyah pada manisan.[2] Sebelum direndam dalam air gula, buah direndam dalam air kapur sirih terlebih dahulu.[2] Setelah dibilas hingga bersih agar sisa kapur sirih tidak menempel.[2]

Bumbu tambahan yang digunakan, seperti cabai merah, cengkih, atau kayu manis sebaiknya masih baru agar tidak mengganggu cita rasa manisan.[1] Dalam pembuatan, bumbu dibungkus dengan sepotong kain agar tidak mengotori air rendaman dan tidak mengganggu warna hasil akhir manisan.[1] Bahan pengawet tidak perlu digunakan apabila manisan disimpan dalam tempat yang bersih dan sesuai.[1]

Peralatan dan wadah

sunting

Peralatan yang digunakan untuk membuat manisan adalah panci, pengaduk, toples.[1] Panci dan sendok dibuat dari bahan baja antikarat, email, atau kayu.[1] Peralatan yang terbuat dari besi atau logam dapat meracuni dan mengubah warna manisan karena akan bereaksi dengan cuka yang ditambahkan atau zat asam yang terdapat dalam buah.[1]

Wadah yang digunakan tertutup, telah dibersihkan dari lemak dan telah disterilkan. Pastikan adah tidak retak dan dapat tertutup rapat.[6]

Metode

sunting

Sebelum direndam, manisan dipilih dahulu yang berkualitas dan dicuci.[6] Pada beberapa buah dilakukan pengupasan dan pemotongan terlebih dahulu.[2] Pada buah yang memiliki daging tebal juga dapat dilakukan pelubangan untuk membantu meresapkan larutan gula.[2] Pada cara modern, penggulaan dilakukan lebih dari satu tahap.[2]

Penirisan dilakukan menggunakan ayakan yang terbuat dari bambu atau aluminium.[6] Setelah ditiriskan, buah dibiarkan beberapa lama untuk memastikan sisa-sisa air tidak tersisa pada buah.[6] Untuk manisan kering, air gula terakhir yang digunakan juga ditiriskan, sedangkan untuk manisan basah tidak.[2]

Metode penjemuran dilakukan untuk beberapa manisan kering.[6] Penjemuran yang baik dilakukan dengan sinar matahari, sambil dibalik-balik agar keringnya merata.[6] Setara dengan itu manisan juga dapat dipanggang pada oven sebelum dimasukkan ke wadah.[6] Penyimpanan manisan pada umumnya adalah di lemari es.[2] Manisan diletakkan pada wadah yang kedap udara dan tertutup rapat, atau dikemas dalam plastik yang kedap udara.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n Muaris H. 2003. Manisan buah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 979-22-0642-6.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Fatah MA, Bachtiar Y. 2004. Membuat aneka manisan buah. Jakarta: AgroMedia Pustaka. ISBN 979-3357-97-5.
  3. ^ Subarnas N. 2004. Terampil berkreasi. Jakarta: Grafindo Media Pratama. ISBN 9795783457.
  4. ^ a b c Soetanto NE. 1998. Manisan buah-buahan: ceremai, belimbing, jambu biji, Jilid 3. Yogyakarta:Kanisius. ISBN 979-672-245-3.
  5. ^ a b c d e Soetanto NE. 1998. Manisan buah-buahan: pala, nangka, jambu mete, terung, Jilid 4. Yogyakarta:Kanisius. ISBN 979-672-246-1.
  6. ^ a b c d e f g h i Soenarti M. 2007. Manisan buah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-2608-9.

7.Adamhawa 2034657901-IMG-20200423-WA0058.jpg