Malinformasi
Malinformasi merujuk kepada penggunaan informasi yang benar, namun terkadang dilebih-lebihkan atau diambil di luar konteks, untuk merugikan atau menyerang seseorang, kelompok, atau ide. Contohnya termasuk pengelabuan (phishing) yang mencuri informasi pribadi dan penipuan samar paras (catfishing) yang menjebak orang ke dalam hubungan palsu untuk mendapatkan keuntungan finansial.[1][2]
Gangguan Informasi
suntingAda 3 jenis gangguan informasi, yaitu: misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Perbedaan utama antara ketiga jenis gangguan informasi tersebut terletak pada niat dari orang atau entitas yang memberikan informasi tersebut.[3][4]
Misinformasi adalah istilah yang lebih luas dan mengacu pada setiap informasi yang salah atau menyesatkan. Misinformasi didefinisikan sebagai informasi atau konten yang salah, tidak lengkap, tidak akurat/menyesatkan yang umumnya dibagikan oleh orang-orang yang tidak menyadari bahwa itu salah atau menyesatkan. Istilah ini sering digunakan sebagai istilah umum untuk semua jenis informasi yang salah atau tidak akurat, terlepas dari apakah merujuk atau membagikannya memang sengaja menyesatkan.[1][2][3] Misinformasi mungkin muncul karena kesalahan, bias kognitif, atau kemalasan dalam memeriksa fakta.[2]
Disinformasi adalah informasi yang salah atau tidak akurat yang sengaja disebarkan untuk menyesatkan dan memanipulasi orang. Namun, ketika dibagikan tanpa sadar, disinformasi berubah menjadi misinformasi, di mana orang menyebarkan kebohongan tanpa menyadari bahwa itu tidak benar.[1][2][5]
Malinformasi juga bersifat sengaja namun berbahaya bagi orang lain. Sebagai contoh malinformasi, Wardle (2019) menunjukkan kasus ketika agen Rusia meretas email dari Komite Nasional Demokrat dan kampanye Hillary Clinton lalu membocorkan detail tertentu dari isi email-email tersebut kepada publik untuk merusak reputasi.[1][2][5]
Beberapa jenis ujaran kebencian dan pelecehan termasuk dalam kategori malinformasi, karena orang sering menjadi sasaran karena sejarah pribadi atau afiliasi mereka. Meskipun informasi tersebut terkadang berdasarkan kenyataan (misalnya menargetkan seseorang berdasarkan agamanya), informasi tersebut digunakan secara strategis untuk menyebabkan kerugian. (Wardle & Derakhshan, 2017, hal. 20-21)[4]
Gangguan Informasi | Jenis | Deskripsi |
---|---|---|
Misinformasi | Koneksi yang salah | Judul, visual, atau keterangan tidak sesuai dengan isi konten sebenarnya. |
Konten menyesatkan | Informasi yang mungkin secara teknis benar, tetapi disajikan sedemikian rupa sehingga mengarahkan orang pada kesimpulan yang salah. | |
Disinformasi | Konteks yang salah | Informasi asli yang disajikan dengan cara yang menyesatkan. |
Konten tiruan | Seseorang berpura-pura menjadi orang lain untuk menyebarkan informasi palsu. | |
Konten yang dimanipulasi | Informasi asli yang diubah atau dimanipulasi untuk menipu. | |
Konten palsu | Informasi yang sepenuhnya dibuat-buat. | |
Malinformasi | Bocoran | Penyebaran informasi yang bertujuan untuk merugikan, bukan untuk kepentingan publik.[6] |
Pelecehan | Tindakan atau ucapan yang terus-menerus dan teratur yang tidak diinginkan dan dilakukan terhadap korban.[7] | |
Ujaran kebencian | Ucapan atau ekspresi yang merendahkan seseorang atau sekelompok orang berdasarkan (dugaan) keanggotaan dalam suatu kelompok sosial yang diidentifikasi oleh atribut seperti ras, etnis, jenis kelamin, orientasi seksual, agama, usia, disabilitas fisik atau mental, dan lain-lain.[8] |
Jenis-Jenis Malinformasi
suntingBocoran
suntingTidak ada satu definisi "kebocoran" yang disepakati secara universal dalam konteks akademis atau jurnalistik. Namun, umumnya kebocoran dipahami sebagai pengungkapan informasi rahasia secara sengaja oleh seseorang di dalam pemerintahan (seperti pegawai atau kontraktor) kepada media. Pengungkapan ini terjadi di luar jalur formal, dengan pembocor berharap untuk tetap anonim, dan seringkali melibatkan informasi yang dilindungi secara hukum atau resmi.[9]
Beberapa jurnalis membedakan antara "bocoran" dan "tanam informasi". Tanam informasi adalah penyebaran informasi yang disetujui, yang sengaja dilakukan untuk memajukan kepentingan pihak berkuasa. Sebaliknya, bocoran adalah pengungkapan informasi yang tidak sah.[9] Senada dengan hal ini, Hanson dan Ceppos (2006) membagi kebocoran menjadi dua jenis: kebocoran yang baik dan kebocoran yang buruk. Kebocoran yang baik adalah kebocoran yang mengungkapkan informasi yang membantu publik memahami suatu isu penting tanpa menimbulkan kerugian, melindungi nyawa, mencegah kejahatan, atau menghentikan penyalahgunaan dana publik. Di sisi lain, kebocoran yang buruk adalah kebocoran yang menimbulkan kerugian tanpa memberikan manfaat bagi pemahaman publik tentang suatu isu penting.[6]
Sementara, Profesor Pozen (2013) membagi kebocoran menjadi dua kategori: "spesifik" dan "umum". Kebocoran spesifik mengungkapkan informasi dalam jumlah terbatas tentang topik tertentu, sedangkan kebocoran umum mengungkap informasi dalam jumlah besar tanpa banyak pertimbangan. Beliau juga mengungkapkan tiga kasus kebocoran informasi paling terkenal dalam sejarah AS modern, yang melibatkan dokumen konkret dalam jumlah besar (kebocoran umum): pertama, kebocoran dokumen Pentagon Papers setebal 7000 halaman oleh Daniel Ellsberg ke New York Times; kedua, kebocoran 250.000 kabel diplomatik (dan dokumen lainnya) oleh Chelsea Manning ke WikiLeaks; dan ketiga, kebocoran sejumlah besar file Badan Keamanan Nasional (NSA) oleh Edward Snowden ke The Guardian dan The Washington Post.[9]
Pelecehan
suntingPelecehan bisa dianggap sebagai malinformasi karena melibatkan tindakan yang merugikan atau melanggar, biasanya ditujukan kepada individu. Informasi yang digunakan dalam pelecehan bisa benar atau salah, dan terkadang bahkan mungkin tidak ada konten spesifik yang terlibat.[10] Berbagai bentuk pelecehan: pelecehan seksual, pelecehan di tempat kerja, pelecehan quid pro quo, dan cyberbullying.[7]
Ujaran Kebencian
suntingMeta mendefinisikan ujaran kebencian sebagai serangan langsung terhadap orang-orang berdasarkan karakteristik yang dilindungi seperti ras, etnis, asal kebangsaan, disabilitas, agama, kasta, orientasi seksual, jenis kelamin, identitas gender, dan penyakit serius. Serangan ini termasuk ucapan kekerasan atau yang merendahkan martabat manusia, stereotip yang berbahaya, ekspresi inferioritas atau penghinaan, dan seruan untuk pengucilan atau pemisahan.[11]
Ujaran kebencian adalah tanda bahaya -- semakin keras terdengar, semakin besar ancaman genosida. Ujaran kebencian mendahului dan mendorong terjadinya kekerasan. (Antònio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa)[12]
Rujukan
sunting- ^ a b c d "Misinformation, Disinformation & Malinformation: A Guide". Princeton Library. Diakses tanggal 2024-12-12.
- ^ a b c d e Nolan, S.A; Kimball, M (2021-12-22). "The Intent Behind a Lie: Mis-, Dis-, and Malinformation". Psyhology Today. Diakses tanggal 2024-12-12.
- ^ a b Carpenter, P (2023-01-13). "Get The 411 On Misinformation, Disinformation And Malinformation". Forbes. Diakses tanggal 2024-12-12.
- ^ a b c Wardle, C; Derakhshan, H (2017-09-27). INFORMATION DISORDER: Toward an interdisciplinary framework for research and policy making. Strasbourg Cedex: Council of Europe.
- ^ a b c Wardle, C (2019-10). "Understanding Information Disorder". First Draft. Diakses tanggal 2024-12-12.
- ^ a b Hanson, K; Ceppos, J (2006-10-06). "The Ethics of Leaks". Markkula Center for Applied Ethics Santa Clara University. Diakses tanggal 2024-12-13.
- ^ a b "Harassment". Legal Dictionary. Diakses tanggal 2024-12-13.
- ^ Curtis, W.M (2024-11-15). "Hate Speech". Britannica. Diakses tanggal 2024-12-13.
- ^ a b c Pozen, D.E (2013). "The Leaky Leviathan: Why the Government Condems and Condones Unlawful Disclosures of Information". Diakses tanggal 2024-12-13.
- ^ "Harmful Information (Misinformation and Harassment)". Berkeley Center for Long-Term Cybersecuritt. Diakses tanggal 2024-12-13.
- ^ "Hate Speech". Meta. Diakses tanggal 2024-12-13.
- ^ "Hate speech is rising around the world". United Nations. Diakses tanggal 2024-12-13.