Maitreyawira

Perintis I Kuan Tao yang kemudian berubah menjadi Miledadao di Indonesia

Maitreyawira (Hanzi: 陳伯齡; Pinyin: Chénbólíng; Pe̍h-ōe-jī: Tan Pik Ling), adalah pelopor I Kuan Tao yang kemudian berubah menjadi Miledadao atau dikenal sebagai aliran Buddha Maitreya di Indonesia.

Chen Bo Ling
陳伯齡
Nama resmiMaitreyawira
Informasi pribadi
Lahir1 Maret 1896
Fengyuan, Taiwan
Meninggal1983
AgamaMi Le Da Dao

Kehidupan Awal

sunting

Chen lahir 1 Maret 1896 di kota Fengyuan, Taiwan dengan nama asli Ting Sing, bermarga Tan. Chen lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi Tokyo, dan di tahun 1926 selama Perang Dunia II ia direkrut oleh Jepang sebagai petugas medis untuk berpraktik di Malang, Jawa Timur, di mana ia menikahi seorang wanita Indonesia-Tionghoa sebagai istri keduanya.[1] Pada akhir Perang Dunia II, Chen sempat dipenjara sebentar di Australia oleh pemerintah kolonial Belanda dan India karena perannya sebagai dokter medis Jepang, sebelum dipulangkan ke negara asalnya.[1] Dengan pembebasan Taiwan dari penjajahan Jepang dan kekacauan perang saudara Tiongkok-Komunis yang terjadi, I Kuan Tao mulai berpindah dari daratan Tiongkok ke Taiwan sejak tahun 1945.

Masuk ke I Kuan Tao dan menyebarkan ajaran ke Indonesia

sunting

Pada tahun 1947 Chen Boling diinisiasi dan masuk ke dalam I Kuan Tao di Fengyuan, dan ditahbiskan menjadi pandita (dianchuanshi) pada tahun 1949. Setelah diangkat menjadi pandita, ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia guna menyebarkan Tao di sana. Perhentian pertamanya di Indonesia adalah Malang, di mana ia mendirikan vihara Buddha I Kuan Tao pertama di Indonesia, yaitu Qiaoguang Tang (僑光堂).[1] Pada tahun-tahun awalnya, Chen membuka kalangan Tao di lokasi-lokasi baru hampir setiap tahun. Di akhir tahun 1950, Chen menyebarkan ajaran ke Pasuruan dan melintasi Yang Caihui (楊彩繪) yang kemudian menjadi tangan kanannya. Chen membuka kalangan Tao ke Semarang, Surabaya, Jakarta, Medan, Palembang dan berbagai kota di Indonesia. Dalam waktu kurang dari tiga puluh tahun, lebih dari dua ratus vihara umum dan vihara keluarga telah didirikan di Indonesia.[2]

Dalam perkembangannya, Chen Boling mengubah kotbah-kotbahnya menjadi sangat terlokalisasi serta mengijinkan para umat-umatnya untuk menerjemahkan istilah-istilah bahasa Mandarin menjadi bahasa Indonesia. Chen Boling sendiri berkhotbah dalam bahasa Mandarin dan Bahasa Minnan (Fujian), tetapi ia sangat menguasai budaya daerah tersebut karena memiliki seorang istri yang berasal dari Indonesia dan pernah tinggal di Jawa Timur.[2] Pada saat masuk ke dalam Orde Baru, di mana terjadi surpresi terhadap kebudayaan Tionghua, semua vihara yang di bawah kepemimpinan Chen Boling menyesuaikan diri dengan mengubah hampir semua istilah-istilah bahasa mandarin di dalam vihara menjadi bahasa Indonesia.[2]

Sejak tahun 1971, Chen Bo-ling menderita pendarahan tukak lambung dan harus terbaring di tempat tidur. Di sisi lain, setelah meninggalnya Shi Mu di tahun 1975, terjadi kekacauan di kalangan I Kuan Tao di Taiwan. Wang Hao-te di Taiwan mengklaim bahwa dirinya merupakan penerus Firman Tuhan yang diangkat oleh Shi Mu. Pada saat Wang Hao-te mencoba untuk berhubungan dengan kalangan Tao Indonesia, Chen melarangnya untuk mencampuri kalangan Tao Indonesia dan melarangnya untuk ke Jawa.[3] Demi urusan ini, Wang Hao-te menjalin komunikasi dengan kalangan Tao yang ada di Medan. Sesepuh yang bertanggung jawab di kalangan Tao Medan, Yang Shuiyuan (楊水源), sudah cukup tua sehingga menyerahkan urusan Tao kepada anaknya Yang Qingmu (楊青木), yang kemudian mengakui Firman Tuhan Wang Hao Te dan membuat kalangan Tao di Medan mengikuti petunjuk dari kalangan Miledadao, dan juga membantu Wang Hao-te mengambil alih kalangan-kalangan Tao di vihara lainnya.[3] Selanjutnya, Wang Hao-te menetapkan Fu Yuchun (傅玉春) sebagai penerus dari Chen Boling. Tak lama setelah itu, Chen Boling dan Yang Caihui meninggal dunia, dan sebagian besar kalangan Tao di Indonesia sudah masuk ke dalam kalangan Miledadao.

Kematian

sunting

Maitreyawira meninggal tahun 1983.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Billioud 2022, hlm. 223.
  2. ^ a b c Billioud 2022, hlm. 224.
  3. ^ a b Billioud 2022, hlm. 226.

Daftar Pustaka

sunting

Billioud, Sébastien, 百可思, 沈曄瀅, 林克宜, 林育生, 柯若樸, 楊弘任, 鍾雲鶯 (2022), 從臺灣到世界:二十一世紀一貫道的全球化, 政大出版社, ISBN 6269567017