Madri

(Dialihkan dari Madrim)

Madri (Dewanagari: माद्री; ,IASTMādrī, माद्री) adalah salah satu tokoh dalam wiracarita Mahabharata. Dia merupakan seorang putri dari Kerajaan Madra, adik dari Salya yang diberikan kepada Pandu, setelah Salya kalah tanding dengan Pandu. Dalam cerita pewayangan Jawa, tokoh ini dikenal sebagai Dewi Madrim dari Kerajaan Mandaraka.[1] Dari Madri, Pandu memiliki dua orang anak kembar, yaitu Nakula dan Sadewa.

Madri
माद्री
Lukisan Madri menurut imajinasi pelukis India Raja Ravi Varma.
Lukisan Madri menurut imajinasi pelukis India Raja Ravi Varma.
Tokoh Mahabharata
NamaMadri
Ejaan Dewanagariमाद्री
Ejaan IASTMādrī
Arti namawanita dari Madra
Kitab referensiMahabharata, Purana
AsalKerajaan Madra
Kediaman
  • Hastinapura
  • Hutan perbukitan Satasringga (pengasingan diri)
Kastakesatria
DinastiKuru
SaudaraSalya
SuamiPandu
AnakNakula dan Sadewa (kembar)

Pernikahan

sunting

Dalam naskah Mahabharata maupun lakon pewayangan yang mengadaptasi Mahabharata, Madri diceritakan sebagai istri kedua Pandu. Sebelumnya, Pandu telah menikah dengan Kunti, putri Raja Kuntiboja. Madri dinikahkan dengan Pandu untuk mempererat hubungan antara Hastinapura dengan Kerajaan Madra.

Dalam kitab Mahabharata dikisahkan bahwa Raja Pandu dari Kuru menjalin persahabatan dengan Raja Salya dari Madra. Raja Salya memiliki adik perempuan bernama Madri. Dalam Adiparwa, sesepuh Dinasti Kuru yang bernama Bisma berencana untuk mencarikan Pandu istri kedua, tak lama setelah ia menikah dengan Kunti.[2] Maka ia pergi ke Madra untuk menjodohkan Madri kepada Pandu. Salya menyetujui perjodohan tersebut, tetapi menurut tradisi keluarga kerajaan di sana, ia tidak berhak untuk menyerahkan Madri begitu saja. Maka dari itu Bisma menghaturkan emas, permata, gajah, kuda, dan berbagai kemewahan lain sebagai mas kawin, lalu ia mengajak Madri ke Hastinapura, ibukota kerajaan Kuru.[3]

Menurut kisah pewayangan Jawa, diceritakan bahwa sebelum menikahi Madri, Prabu Pandu berhasil memenangkan sayembara untuk mendapatkan Kunti, putri dari Prabu Kuntiboja. Prabu Salya yang terlambat datang menantang Pandu untuk mendapatkan Dewi Kunti dengan taruhannya adalah Dewi Madri adiknya. Pandu kemudian menang, sehingga ia mendapatkan Madri dan menikahinya.

Pengasingan diri

sunting

Dalam naskah Mahabharata maupun lakon pewayangan, dikisahkan bahwa Madri ikut mengasingkan diri bersama suaminya ke tengah hutan. Hal itu dipicu karena kesalahan Pandu yang telah memanah kijang yang sedang bersenggama. Dalam Mahabharata dikisahkan bahwa kijang tersebut berubah kembali ke wujud aslinya, yaitu seorang resi bernama Kindama. Sebelum menghembuskan napas terakhir, sang resi mengutuk Pandu bahwa ia akan meninggal apabila melakukan hubungan suami-istri. Setelah menanggung kutukan tersebut, Pandu merasa bahwa gelarnya sebagai raja sia-sia belaka tanpa bisa memiliki keturunan. Akhirnya Pandu memakzulkan diri. Ia mengajak Kunti dan Madri untuk menjalani wanaprastha, mengasingkan diri dari kesibukan duniawi dengan cara hidup di hutan. Menurut Adiparwa, hutan yang mereka tuju terletak di perbukitan Satasringga. Sebelum pergi, ia menyerahkan kuasa kepada Dretarastra, kakaknya yang buta.[4]

Upaya memperoleh anak

sunting

Saat menjalani kehidupan di tengah hutan, Kunti teringat bahwa ia pernah diajarkan mantra rahasia saat masih seorang gadis. Mantra tersebut berguna untuk memangil dewa dan memohon berkah anak dari dewa tersebut. Kunti menggunakan mantra tersebut tiga kali untuk memanggil Dewa Yama, Bayu, dan Indra. Dari ketiga Dewa tersebut ia memperoleh tiga putra, yaitu Yudistira, Bima, dan Arjuna. Atas permohonan Pandu, Kunti juga memberikan kesempatan bagi Madri untuk memanggil dewa. Ia pun menyuruh Madri untuk memusatkan pikirannya kepada dewa tertentu. Kemudian Madri memanggil Dewa Aswin, dan mendapatkan putra kembar bernama Nakula dan Sadewa.[5] Beberapa waktu kemudian, Pandu membujuk Kunti sekali lagi agar membantu Madri memanggil dewa tertentu. Namun Kunti menolak, sebab sebagai istri tua, ia tidak ingin Madri memiliki anak yang lebih banyak darinya.[6]

Kematian

sunting

Pada suatu hari, ketika Kunti dan putra-putranya yang lain berada jauh, Pandu mencoba untuk bercinta dengan Madri. Karena kutukan yang diberikan kepadanya, ia meninggal saat menjalin hubungan asmara dengan Madri. Madri pun menyalahkan dirinya sendiri, dan menganggap dirinya sebagai penyebab kematian suaminya. Akhirnya Madri memutuskan untuk melakukan sati, mengakhiri nyawa sendiri demi menyusul suaminya ke alam kematian. Sebelum mati, Madri berpesan kepada Kunti agar ia merawat Nakula dan Sadewa seperti anak kandungnya sendiri. Setelah itu, Madri menceburkan dirinya sendiri ke dalam api kremasi yang melebur jenazah Pandu.

Referensi

sunting
  1. ^ Hardjowirogo. (1968). Sedjarah wajang purwa. Cet. ke-V, hlm. 118. Jakarta: Balai Pustaka.
  2. ^ K.M. Ganguli, "Shambava Parva. SECTION CXIII", The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Sacred-Text.com 
  3. ^ Debalina (2019-12-20). Into the Myths: A Realistic Approach Towards Mythology and Epic (dalam bahasa Inggris). Partridge Publishing. ISBN 978-1-5437-0576-8. 
  4. ^ Ramankutty, P.V. (1999). Curse as a motif in the Mahābhārata (edisi ke-1.). Delhi: Nag Publishers. ISBN 9788170814320. 
  5. ^ Williams, George Mason (2003). Handbook of Hindu Mythology (dalam bahasa Inggris). ABC-CLIO. ISBN 978-1-57607-106-9. 
  6. ^ K.M. Ganguli, "Shambava Parva. SECTION CXXIV", The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Sacred-Text.com