Museum Situs Lubang Tambang Mbah Soero

museum di Indonesia
(Dialihkan dari Lubang Suro)

Museum Situs Lubang Tambang Mbah Soero adalah museum khusus yang terdiri dari Galeri Kotak Info dan Lubang Tambang Mbah Soero yang terletak di kelurahan Tanah Lapang, Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Indonesia.[1] Museum ini merupakan bekas tempat penumpukan batu bara yang digali dari Lubang Tambang Mbah Soero. Sebelumnya, gedung Museum Situs Lubang Mbah Soero telah digunakan sebagai gedung pertemuan buruh, gedung pertemuan karyawan, dan rumah karyawan tambang batu bara yang bekerja di Lubang Tambang Mbah Soero. Nama dari museum ini diperoleh dari seorang sosok yang dibuat-buat yang bernama Mbah Soero.[2]

Lubang[pranala nonaktif permanen] Tambang Mbah Soero

Sejarah singkat museum

sunting

Museum ini adalah bekas lokasi penumpukan batu bara yang dikeluarkan dari Lubang Tambang Mbah Soero. Sebelum dijadikan sebagai Museum Situs Lubang Mbah Soero, bangunan ini digunakan sebagai tempat pertemuan untuk para buruh dan karyawan tambang, serta sebagai rumah bagi karyawan yang bekerja di tambang tersebut.[3]

Museum Situs Lubang Tambang Batubara Mbah Soero dimiliki oleh PT. Bukit Asam melalui penyewaan lahan dari pemerintah kota, dan saat ini dikelola oleh pemerintah kota. Perkembangan museum sebagai objek wisata sejarah di Kota Sawahlunto dari tahun 2008 hingga 2020 meliputi peningkatan jumlah pengunjung, pengembangan fasilitas museum, dan manajemen museum. Kontribusi museum terhadap perkembangan pariwisata di kota tersebut mencakup dampak sosial, budaya, dan ekonomi bagi masyarakat setempat. Museum ini terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu Galeri Infobox dan lubang tambang itu sendiri.[4]

Galeri Infobox berfungsi sebagai pusat informasi mengenai tambang batubara di Kota Sawahlunto. Di dalam galeri ini, terdapat koleksi berbagai peninggalan sejarah, termasuk salah satunya adalah rantai yang dulunya digunakan oleh para pekerja tambang di Lubang Tambang Mbah Soero. Rantai tersebut dipergunakan untuk mengikat kaki dan leher para pekerja tambang sebagai alat pengawasan. Selain rantai, pengunjung juga dapat melihat palu yang dahulu digunakan oleh para pekerja tambang sebagai alat kerja.[3]

Pada tahun 2016, Kantor Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto, bekerja sama dengan Pusat Studi Humaniora Universitas Andalas Padang, melaksanakan penelitian yang berfokus pada figur Mbah Soero dengan judul 'Antara Mitos dan Realitas'.

Lubang Tambang Mbah Soero

sunting

Terowongan sepanjang 185 meter ini dibangun pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, tahun 1898.[5] Dari tahun 1898 hingga 1932, kegiatan penambangan batu bara di kota Sawahlunto masih menggunakan terowongan ini.[6] Namun untuk keperluan wisata, pemerintah daerah setempat merenovasi terowongan ini menjadi tempat yang layak dikunjungi baik dari segi keamanan maupun kemudahan mencapai area di bawah tanah dengan membangun anak-anak tangga. Renovasi mulai dilakukan dari 27 Juni 2007 hingga Desember 2007.[7] Kemudian diresmikan sebagai objek wisata pada 23 April 2008. Keasliannya yang masih tetap dipertahankan, dapat dilihat dari bagian atap dan dinding yang terbuat dari batu bara.[8]

Museum Situs Lubang Tambang Mbah Soero memberikan sumbangan dalam bentuk sosial, termasuk Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan juga telah menjadi ikon kota Sawahlunto yang menarik minat orang untuk berkunjung ke kota tersebut. Museum ini menjadi daya tarik utama karena merupakan satu-satunya museum situs lubang tambang yang ada di Indonesia.[9] Kontribusi sosial lainnya pada masa pendudukan Jepang, upaya negara tersebut memajukan sektor pertambangan di Sawahlunto dengan mendirikan sekolah bagi pemuda-pemuda Sawahlunto. Sekolah ini bertujuan untuk melatih tenaga kerja yang memiliki keterampilan profesional di industri pertambangan. Sekolah tersebut menggunakan bahasa Jepang sebagai medium pengajaran, di mana siswa diperkenalkan pada peralatan dan teknologi pertambangan dengan istilah yang berbahasa Jepang. Selain itu, siswa juga menerima pelatihan dasar militer, seperti formasi baris, latihan menembak, dan keterampilan lain yang berkaitan dengan kemiliteran.[4]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ thearoengbinangproject.com Lubang Tambang Mbah Soero Diarsipkan 2012-04-04 di Wayback Machine.. Diakses pada 14 Januari 2012.
  2. ^ Rusmiyati dkk (2018). Katalog Museum Indonesia. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 84. ISBN 978-979-8250-66-8. 
  3. ^ a b Media, Kompas Cyber (2021-03-21). "Kisah Mbah Suro dan Orang Rantai di Lubang Tambang Sawahlunto". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-05-23. 
  4. ^ a b Lastri, Diana; Junaidi, Juliandri Kurniawan; Siska, Felia (2021-07-01). "MUSEUM SITUS LUBANG TAMBANG BATUBARA MBAH SOERO SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008-2020". Puteri Hijau : Jurnal Pendidikan Sejarah. 6 (2): 1–14. ISSN 2684-9607. 
  5. ^ www.adirafacesofindonesia.com Menikmati Lubang Tambang Mbah Soero Diarsipkan 2012-10-19 di Wayback Machine.. Diakses pada 14 Januari 2012.
  6. ^ travel.nonadita.com Dunia Lain di Lobang Tambang Mbah Soero, Sawahlunto. Diakses pada 14 Januari 2012.
  7. ^ Menelusuri Lubang Tambang Mbah Soero. Lembaga Kantor Berita Nasional Antara. Diakses pada 14 Januari 2012.
  8. ^ www.kompasiana.com Lubang Tambang Mbah Soero di Kota tambang Sawahlunto Diarsipkan 2012-04-13 di Wayback Machine.. Diakses pada 14 Januari 2012.
  9. ^ link, Dapatkan; Facebook; Twitter; Pinterest; Email; Lainnya, Aplikasi (2023-07-31). "Museum Lobang Tambang Mbah Soero, Jejak Sejarah Manusia Rantai Pekerja Tambang Batubara". Diakses tanggal 2024-05-23.