Istilah logia (bahasa Yunani: λόγια), bentuk jamaknya logion (bahasa Yunani: λόγιον), digunakan dalam berbagai naskah kuno dan kesarjanaan modern sebagai referensi untuk komunikasi asal ilahi. Dalam konteks pagan, makna utamanya adalah "orakel", sementara dalam naskah-naskah Yahudi dan Kristen menggunakan logia sebagai rujukan terutama pada "Kitab Suci yang diilhami secara ilahi". Kejadian terkenal dan banyak diperdebatkan dalam istilah ini adalah dalam kisah Papias dari Hierapolis tentang asal-usul Injil kanonik. Sejak abad ke-19, para ahil Perjanjian Baru cenderung menggunakan istilah logion untuk firman Ilahi, khususnya yang diucapkan oleh Yesus, berbeda dengan narasinya, dan untuk menyebut kumpulan firman seperti itu, sebagaimana dicontohkan oleh Injil Thomas, logia.

Penggunaan Kuno

sunting

Dalam penggunaan pagan, logion digunakan secara bergantian dengan chrismós (bahasa Yunani: χρησμός) bersama istilah-istilah lain yang mengacu pada nubuat, pernyataan para dewa yang biasanya diperoleh melalui ramalan.[1]

Septuaginta mengadaptasi istilah logion yang berarti "Firman Tuhan", secara khusus dalam menerjemahkan אּמְרַת ("imrah"). Contohnya, dalam Mazmur 12:6, teks Ibrani yang berbunyi: אִֽמֲרֹ֣ות יְהוָה֮ אֲמָרֹ֪ות טְהֹ֫רֹ֥ות. Bagian yang ekuivalen dari Septuaginta (diberi nomor Mazmur 11:7 - lihat disini untuk penjelasan penomoran), berbunyi: τὰ λόγια Κυρίου λόγια ἁγνά. Pada versi Raja James berbunyi: "Firman Tuhan adalah firman yang murni".

Akan tetapi, di Filo, seluruh Perjanjian Lama dianggap sebagai Firman Allah dan dengan demikian disebut sebagai logia, pada setiap bagian Alkitab, berapapun panjang dan apapun isinya, disebut sebagai logion; arti kata itu sama dengan yang ada di dalam Septuaginta, tetapi diterapkan secara luas pada Kitab Suci yang diilhami.[1] Dalam hal ini, logia digunakan empat kali dalam Perjanjian Baru[2] dan sering di antara para Bapa Gereja, yang juga menghitung buku-buku Perjanjian Baru di antara Kitab Suci yang diilhami.[3][4]

Dari logia dibedakan kata logoi (bahasa Yunani: λόγοι) yang berarti hanya "kata-kata", yang membedakannya dengan práxeis (bahasa Yunani: πράξεις) yang berarti "perbuatan". Kata-kata yang diucapkan oleh Yesus secara konsisten dirujuk sebagai logoi dalam dokumen-dokumen kuno.[5]

Papias dari Hierapolis

sunting

Papias dari Hierapolis disusun sekitar 100 Masehi, sebuah karya yang kini hilang berjudul Tafsir Dominia Logia yang dikutip oleh Eusebius sebagai otoritas atas asal-usul Injil Markus dan Matius.[6][7]

Dalam Markus, Papias mengutip Yohanes:

Penatua mengatakan: Markus, dalam kapasitasnya sebagai penerjemah Petrus, menuliskan sebanyak mungkin hal yang dia ingat dari ingatannya — meskipun tidak teratur — tentang hal-hal yang dikatakan atau dilakukan oleh Tuhan. Karena ia tidak mendengar Tuhan atau bersamanya, tetapi kemudian, seperti yang saya katakan, Peter, yang biasanya mengajar dalam bentuk chreiai tapi tidak berniat untuk menyediakan pedoman logia Tuhan yang teratur. Konsekuensinya, Markus tidak melakukan kesalahan ketika ia menulis berdasarkan ingatannya. Karena ia memperhatikannya dan tidak menghilangkan atau memalsukan apapun yang dia dengar.

Dan kutipan singkat tentang Matius yang mengatakan:

Karena itu, Matius menempatkan logia dalam penempatan yang teratur dalam bahasa Ibrani, tetapi setiap orang menafsirkannya sebaik mungkin.

Jadi, Papias menggunakan logia dalam gelarnya dan sekali dalam kaitannya dengan tiap Injil. Eusebius, yang memiliki teks lengkap sebelumnya, memahami Papias dalam pasal-pasal ini sedang merujuk pada Injil kanonik.

Namun, pada abad ke-19 para cendekiawan mulai mempertanyakan apakah tradisi ini benar-benar merujuk pada teks-teks ini, terutama dalam kasus yang dianggap oleh Papias berasal dari Matius. Pada tahun 1832, Schleirmacher, yang meyakini bahwa Papias akan menulis sebelum Injil-injil ini dianggap sebagai Kitab Suci yang diilhami dan sebelum pembentukan suatu kanon Perjanjian Baru, berpendapat bahwa logia tidak bisa dipahami dalam pengertian biasa tetapi harus ditafsirkan sebagai ucapan (bahasa Jerman: Aussprüche) dan bahwa Papias merujuk pada koleksi Firman Yesus. Setelah itu, teori baru tentang masalah Sinoptik muncul dengan hipotesis dua sumber, yang menyatakan bahwa tradisi ganda dalam Matius dan Lukas berasal dari dokumen yang hilang yang sebagian besarnya berisi perkataan Yesus. Pembelaan Holtzmann terhadap teori ini mendominasi kesarjanaan sejak saat itu, dengan menggunakan tesis Schleiermacher dan berpendapat bahwa Papias membuktikan Logienquelle (sumber logia), yang ia namakan Λ (lambda). Ketika para sarjana kemudian meninggalkan bukti Papias sebagai argumen, sumber hipotesis ini menjadi lebih netral dirujuk sebagai Q (Quelle), tetapi penafsiran kembali kata logia telah diterima dalam kesarjanaan.[5][8][9]

Para cendekiawan modern terbagi terkait apa yang sebenarnya dimaksud oleh Papias, terutama yang berkaitan dengan logia yang ia anggapkan kepada Matius, dan apa yang mendasari fakta-fakta sejarah yang disinggung oleh kesaksian ini.[10] Beberapa orang melihat logia ini masih merujuk pada Perjanjian Lama sehingga kumpulan nubuat dan prooftexts mengenai Yesus. Yang lainnya masih berpendapat bahwa Papias sedang berbicara tentang kumpulan perkataan yang hilang mengingat bahwa Injil kanonik Matius secara khusus difokuskan pada perkataan Yesus. Yang lainnya lagi mencatat bahwa dalam kisa Markus paralel dengan "hal-hal yang dikatakan atau dilakukan oleh Tuhan" membutuhkan makna logia setidaknya untuk diperluas ke perbuatan, melihat Papias merujuk pada beberapa kisah yang lebih mirip dengan Injil kanonik. Yang lain juga berpendapat bahwa Papias memang merujuk pada Injil kanonik yang dikenal — bahkan bisa dibilang menggunakan logia dalam pengertian Kitab Suci, dan "logia dominikal" sebagai istilah awal untuk "Injil" — dan bahwa kisah Papias dengan demikian setara dengan kesaksian awal kami tentang keberadaan dan pengakuan mereka.

Injil Thomas

sunting

Abad ke-19 menjadi saksi dari sebuah konsensus terkait hipotesis dua sumber, yang mengumpulkan hipotesis tentang kumpulan perkataan bersama dengan meningkatnya penggunaan istilah logia — terlepas dari apapun yang Papias maksudkan sebenarnya — untuk merujuk pada kumpulan perkataan Yesus. Dalam konteks inilah fragmen pertama Injil Thomas ditemukan oleh Grenfell dan Hunt pada tahun 1987, berisi perkataan Yesus yang belum diketahui. Meskipun istilah logia tidak muncul dalam papirus bentuk apapun, para penyunting melihat penemuan ini sebagai contoh dari jenis logia yang dihipotesiskan dan sesuai dengan judul publikasi mereka Logia lesu: Saying of Our Lord (bahasa Indonesia: Logia Iesu: Perkataan Tuhan Kita). Belakangan ditemukan lebih banyak keterangan pada karya itu, yang saat ini diidentifikasi sebagai Injil Thomas yang dikutuk oleh beberapa Bapa Gereja yang merupakan serangkaian perkataan yang dikaitkan dengan Yesus, banyak ditemukan di tempat lain tanpa kerangka naratif. Meskipun Grenfell dan Hunt segera mencabut penunjukan teks yang tidak pantas sebagai logia untuk logoi, sejak itu hal tersebut telah menjadi standar untuk berbicara tentang komposisi sebagai logia dan setiap orang mengatakan sebagai logion, diberi nomor di sebagian besar skema pembagian dari 1 hingga 114.[5][8]

Penggunaan Modern

sunting

Pengertian logion sebagai "sesuatu yang Yesus katakan" telah digunakan secara luas di kalangan para sarjana. Istilah ini kadang-kadang diterapkan pada perkataan tentang Yesus yang terkandung dalam salah satu Injil kanonik, tetapi secara khusus digunakan untuk agrafon apapun — perkataan tentang Yesus yang tidak dinyatakan sebaliknya.[8] Sebagai contoh yang sering dikutip adalah Kisah Para Rasul 20:35: "Dan ingatlah perkataan Tuhan Yesus bahwa dia sendiri berkata, 'Lebih diberkati untuk memberi daripada menerima.'"

Lihat Juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Warfield, Benjamin B. (1900). "The Oracles of God". Presbyterian and Reformed Review. 11: 217–260. 
  2. ^ Kisah Para Rasul 7:38; Roma 3:2; Ibrani 5:12; 1 Ptr 4:11.
  3. ^ Lightfoot, Joseph Barber (1889). "Essays on the Work Entitled Supernatural Religion". Macmillan: 170-177. 
  4. ^ Gryson, Roger (1965). "A Propos du Témoignage de Papias sur Matthieu: le Sens du Mot λόγιον chez les Pères du Second Siècle". Ephemerides Theologicae Lovanienses. 41: 530–547. 
  5. ^ a b c Robinson, James M. (2000). "History of Research". The Critical Edition of Q. hlm. xx–xxxiii. ISBN 0800631498. 
  6. ^ Eusebius, Hist. Eccl. 3.39.14-16.
  7. ^ Bauckham, Richard (2006). Jesus and the Eyewitnesses: The Gospel as Eyewitness Testimony. hlm. 203. ISBN 0802831621. 
  8. ^ a b c The gospel behind the Gospels : current studies on Q. Piper, Ronald A. (Ronald Allen), 1948-. Leiden: E.J. Brill. 1995. ISBN 90-04-09737-6. OCLC 31045189. 
  9. ^ Papias, Saint, Bishop of Hierapolis, -approximately 120. (2005). Esposizione degli oracoli del Signore : i frammenti. Norelli, Enrico. Milano: Paoline. ISBN 88-315-2752-5. OCLC 76876805. 
  10. ^ The Jesus crisis : the inroads of historical criticism into evangelical scholarship. Thomas, Robert L., 1928-, Farnell, F. David. Grand Rapids, MI: Kregel Publications. 1998. ISBN 0-8254-3811-X. OCLC 38425871.