Lin Shihong
Lin Shihong (Hanzi: 林士弘, ?-622) adalah seorang pemimpin pemberontakan petani pada akhir Dinasti Sui. Wilayah kekuasaannya meliputi Jiangxi dan Guangdong. Pada awalnya ia adalah pemimpin terkuat di Tiongkok selatan, tetapi belakangan satu-persatu wilayahnya mulai jatuh ke tangan para saingannya. Ia tidak berdaya menghadapi Dinasti Tang yang berhasil mempersatukan negara, pasukannya yang besar itu perlahan-lahan menyusut menjadi kelompok-kelompok gerilyawan. Setelah kematiannya, para pengikutnya tercerai-berai dan negara Chu yang didirikannya hancur.
Kehidupan awal
suntingTidak banyak yang diketahui mengenai masa muda Lin Shihong selain tempat kelahirannya di Raozhou (sekarang Shangrao, Jiangxi). Pada tahun 616, ia bergabung dengan pemberontakan petani yang dipimpin teman sekampungnya, Cao Shiqi, menentang pemerintahan Kaisar Yang dari Sui yang tiran. Cao menggelari dirinya sebagai Pangeran Yuanxing dan mengangkat Lin sebagai jenderalnya. Pada tahun itu juga, pemerintah Sui mengirim Jenderal Liu Ziyi untuk menumpas pemberontakan Cao. Dalam sebuah pertempuran Cao terkena panah dan gugur. Lin segera mengambil alih kepemimpinan dan bertempur dengan Liu di Danau Poyang dimana ia berhasil membunuhnya. Setelah itu ia memperoleh lebih dari 100.000 pengikut. Sekitar awal tahun 617, ia mengangkat dirinya sebagai Kaisar Chu dan mencaplok sejumlah pos militer di Jiangxi. Konon katanya, pada saat itu para tuan tanah lokal membunuhi para gubernur militer dan pejabat daerah sebagai tanda penyerahan diri pada Lin. Wilayah kekuasaan Lin saat itu telah membentang dari utara di Jiujiang, Jiangxi hingga ke selatan di Panyu (sekarang Guangzhou, Guangdong)
Kemunduran
suntingSetelah itu sepak terjang Lin tidak banyak diketahui. Baru pada awal 618, tercatat dalam sejarah, seorang pemimpin pemberontak bernama Zhang Shan’an dari wilayah Fangyu (sekarang Xuzhou, Jiangsu) menyeberangi Sungai Yangtze untuk menyerah pada Lin. Namun Lin tidak mempercayai tujuan Zhang untuk bergabung dengannya sehingga membiarkannya berkemah di luar tembok ibu kota Yuzhang (sekarang Nanchang, Jiangxi). Hal ini membuat Zhang kesal dan melakukan serangan dadakan terhadap Lin, ia mengalahkan Lin dan membakar tembok luar Yuzhang sehingga Lin terpaksa memindahkan ibu kotanya ke Nankang (sekarang Ganzhou, Jiangxi). Belakangan, seorang pemimpin pemberontak lain bernama Xiao Xi, Pangeran Liang, menyerang dan menduduki Yuzhang sehingga Lin harus mundur lagi, kali ini ke Yugan (sekarang Shangrao)
Pada tahun itu juga, seorang pejabat Sui bernama Feng Ang, yang keluarganya telah turun-temurun menguasai sejumlah pos militer di Guangdong dan Hainan menyerah pada Lin. Lin juga membujuk pejabat Sui lainnya bernama Qiu He, yang menguasai Vietnam utara untuk menyerah padanya namun Qiu menolak dan belakangan malah menyerah pada Xiao Xi setelah mendengar kabar terbunuhnya Kaisar Yang di Jiangdu (sekarang Yangzhou, Jiangsu) dalam kudeta militer pimpinan Yuwen Huaji. Pada akhir 620, Feng juga tampaknya sudah tidak tunduk lagi pada Lin karena ia menyerang dan menawan dua pemimpin pemberontak lain, Gao Facheng dan Shen Baoche yang sebelumnya mengambil alih Guangzhou dan Xinzhou (sekarang Yunfu, Guangdong) lalu menyerahkan diri pada Lin.
Kebangkitan sementara dan kejatuhan
suntingTahun 621, Jenderal Li Xiaogong dari Tang menaklukan negara Liang milik Xiao Xi dan menganeksasi seluruh wilayahnya. Sisa-sisa pasukan Liang kabur dan bergabung dengan Lin sehingga kekuatan militer Lin pulih. Pada musim gugur 622, Feng Ang menyerah pada Tang. Akhir tahun itu Lin mengirim adiknya, Lin Yaoshi, Pangeran Poyang, untuk menyerang Xunzhou (sekarang Huizhou, Guangdong) milik Dinasti Tang. Namun Lin Yaoshi gagal dan terbunuh oleh pejabat Tang, Yang Lue. Belakangan salah seorang jenderalnya, Wang Rong, membelot ke pihak Tang dan menyerahkan Prefektur Nanchang, Jiujiang. Pada musim dingin tahun itu juga, Lin yang sudah semakin terdesak, menawarkan penyerahan diri pada pemerintah Tang, tetapi tak lama kemudian ia menyesali keputusannya. Ia kabur dari ibu kotanya, Yugan, ke Ancheng (sekarang Ji'an, Jiangxi) dan tinggal di gua-gua wilayah pegunungan, banyak orang di wilayah sekitarnya bergabung dengannya. Tak lama kemudian, seorang jenderal Tang, Ruogan Ze, mengalahkannya namun gagal menangkapnya. Lin meninggal dalam pelarian tanpa meninggalkan penerus yang mampu. Sepeninggalnya para pengikutnya tercerai-berai dan berakhir pula negara Chu yang didirikannya.