Dalam tradisi Kristen, Lima Luka Suci atau Lima Luka Kudus adalah lima luka yang didapatkan Yesus pada saat Penyaliban. Luka-luka tersebut telah menjadi fokus devosi utama, khususnya pada akhir Abad Pertengahan, dan sering kali terefleksi dalam musik dan seni gereja.

Ikon Penyaliban, menampilkan Lima Luka Kudus (abad ke-13, Biara Santa Yekaterina, Gunung Sinai).

Sejarah

sunting

Meskipun dalam Kisah Sengsara Yesus mendapatkan berbagai luka, seperti luka-luka dari mahkota duri dan dari penderaan di tiang. Pietas populer abad pertengahan berfokus pada lima luka yang dikaitkan langsung dengan penyaliban Yesus yakni luka-luka paku di tangan dan kaki-Nya serta tombak yang mengenai bagian sampingnya.

Kebangkitan kehidupan relijius dan kegiatan rohani dari Bernard dari Clairvaux dan Fransiskus dari Asisi pada abad kedua belas dan ketiga belas, bersama dengan keantusiasan para Salibis yang kembali dari Tanah Suci, memberikan kebangkitan devosi kepada Kisah Sengsara Yesus Kristus.[1]

Pada Abad Pertengahan kemudian, Yesus dengan satu sisi jubahnya ditarik ke belakang, memperlihatkan luka di sisinya dan empat luka lainnya (disebut ostentatio vulnerum, "tampilan luka"), diambil dari gambar dengan Thomas yang Meragukan dan berubah menjadi pose yang diadopsi oleh Yesus sendiri, yang sering menempatkan jari-jarinya sendiri ke luka di sisinya. Bentuk ini menjadi fitur umum dari tokoh ikon tunggal Yesus dan subyek seperti Penghakiman Terakhir (di mana Katedral Bamberg memiliki contoh awal sekitar 1235), Kristus dalam Keagungan, Manusia dari Penderitaan dan Kristus dengan Arma Christi, dan digunakan untuk menekankan penderitaan Kristus serta fakta tentang Kebangkitan-Nya.[2]

Catatan

sunting

Sumber

sunting
  • Kerr, Anne Cecil. Sister Mary Martha Chambon of the Visitation B. Herder Publishing, 1937
  • Schiller, Gertrud, Iconography of Christian Art, Vol. II, 1972 (English trans from German), Lund Humphries, London, ISBN 0853313245