Letusan Gunung Fuego 2018
Letusan Gunung Fuego 2018 adalah peristiwa letusan gunung api di Guatemala pada bulan Juni 2018. Letusan ini meliputi lahar, aliran piroklastik, dan awan panas, sedikitnya 319 orang meninggal dunia akibat peristiwa ini. Ini adalah letusan gunung paling mematikan di Guatemala sejak tahun 1929.[1] Letusan ini menjadikan letusan paling mematikan pada abad ke-21 hingga saat ini, setelah peristiwa Letusan dan tsunami Anak Krakatau 2018 di Indonesia.
Letusan Gunung Fuego 2018 | |
---|---|
Gunung api | Gunung Fuego |
Tanggal | sekitar 3 Juni 2018 |
Lokasi | Guatemala 14°28′29″N 90°52′51″W / 14.47472°N 90.88083°W |
VEI | 3 |
Dampak | 319 meninggal, 300 luka-luka, 200 hilang |
Latar Belakang
suntingVolcán de Fuego (Bahasa Spanyol untuk "Gunung Api") adalah salah satu gunung berapi paling aktif di dunia dan terletak 44 kilometer (27 mil) dari Guatemala City.[2] Gunung bertipe stratovolcano ini telah mengalami lebih dari 60 letusan sejak 1524, termasuk letusan besar pada tahun 1974 yang menghasilkan aliran piroklastik yang menghancurkan panen musim dingin di wilayah ini dan hujan abu yang menutupi kota-kota di sekitarnya. Letusan besar-besaran terjadi pada tahun 2002, kemudian terjadi letusan eksplosif pada tahun 2012 yang memaksa 33.000 orang mengungsi, tetapi tidak ada status kematian yang dilaporkan. Populasi di sekitar gunung api diperkirakan 54.000 per 10 kilometer (6,2 mil) dan lebih dari satu juta per 30 kilometer (19 mil).
Erupsi
suntingPada hari Minggu 3 Juni 2018, sekitar tengah hari waktu setempat, Volcán de Fuego di Guatemala selatan memulai letusan gunung berapi. Ini adalah letusan gunung berapi paling mematikan di Guatemala sejak letusan Santa María tahun 1902 dan menewaskan 99 orang dan melukai 300 orang lainnya. Sebagian besar korban berada di selatan gunung berapi di kota-kota dan desa-desa El Rodeo, Las Lajas, dan San Miguel Los Lotes di Escuintla, terletak 44 kilometer (27 mil) dari gunung. San Miguel Los Lotes yang berjarak dua kilometer dari El Rodeo terkubur abu. Letusan itu membuat sekitar 3.100 penduduk untuk evakuasi dari wilayah sekitar. Hujan abu memaksa penutupan Bandara Internasional La Aurora, bandara utama negara itu, di mana anggota militer Guatemala dikerahkan untuk membersihkan abu dari landasan, bandara kembali dibuka pada 4 Juni.
Letusan menghasilkan kolom asap setinggi 15 kilometer (9.3 mil). Hujan deras selama letusan menyebabkan pembentukan lahar dingin. Bahan vulkanik mengubur beberapa desa yang terkena dampak dan menutupi sebagian besar jalan raya. Cuaca yang buruk dan arah lahar yang tidak dapat diprediksi mempersulit operasi pemulihan, sehingga semua upaya penyelamatan harus dihentikan selama satu malam pada tanggal 3 Juni.
Pada hari Selasa 5 Juni, letusan kedua terjadi dan mendorong evakuasi tambahan. Letusan ini kemudian menjadi letusan paling mematikan yang terjadi di negara ini sejak erupsi Gunung Santiaguito pada tahun 1929 yang menewaskan ratusan orang.
Korban
suntingTercatat 99 orang tewas termasuk sejumlah anak-anak dan seorang petugas CONRED (Lembaga Penanggulangan Bencana Guatemala). Karena panas yang hebat dan luka bakar, banyak tubuh harus diidentifikasi dengan metode antropologi dan DNA. Pada 8 Juni, hanya 25 jasad yang telah diidentifikasi.
Hampir 300 orang diyakini telah terluka, setidaknya 200 orang dilaporkan hilang karena desa dan jalan-jalan terkubur oleh lava dan puing-puing.
Binatang
suntingSuatu keajaiban terjadi di mana seekor anjing peliharaan yang selamat dan kembali ke rumah pemiliknya, di mana semua manusia telah meninggal dunia. Hewan seperti anjing, kucing, ayam, monyet dan spesies lainnya ditemukan oleh penyelamat dengan beberapa terbakar atau mengalami kebutaan akibat letusan tersebut.
Respon
suntingPresiden Jimmy Morales menetapkan tiga hari berkabung nasional sebagai tanggapan terhadap bencana serta mengunjungi beberapa kota dan desa yang terkena dampak pada tanggal 4 Juni. Ungkapan dukungan, solidaritas, dan tawaran bantuan diberikan oleh berbagai pemimpin dunia.
Koordinator Nacional para la Reducion de Desastres (CONRED), lembaga bantuan bencana Guatemala, melaporkan bahwa lebih dari 1,7 juta orang telah terkena dampak letusan dan hujan abu. Keadaan darurat diumumkan di departemen Escuintla, Chimaltenango, dan Sacatepéquez.
Organisasi seperti GoFundMe, Cruz Roja Guatemalteca, dan Federasi Koperasi Nasional digunakan untuk meningkatkan sumbangan berupa barang dan uang untuk diberikan kepada mereka yang terkena dampak letusan.
Pemulihan
suntingBrigade Penyelamatan Gunung Guatemala sudah mencari orang yang hilang ketika mereka menyadari bahwa aktivitas gunung berapi telah meningkat. Petugas pemadam kebakaran dikerahkan untuk membantu mengevakuasi warga dan mengevakuasi korban jiwa yang masih tersisa.
Seorang anggota organisasi pendukung pemadam kebakaran menyatakan; "Pada dasarnya tidak ada rumah yang tersisa, dan untuk asumsi saya tidak ada yang tersisa di sana ... kecuali orang-orang yang melakukan pencarian dan penyelamatan." Seorang petugas pemadam kebakaran relawan menggambarkan kondisi ini bahwa tanah sangat labil, bernapas sulit dan sepatu bot pemadam kebakaran robek karena panas.
Kontroversi
suntingPada 7 Juni, seorang anggota Kongres berbicara di Parlemen Guatemala, dan menuduh Sekretaris Eksekutif Koordinator Nasional untuk Pengurangan Bencana (CONRED) melakukan kesalahan dalam respon terhadap peringatan bencana. Direktur Institut Seismologi Nasional, Vulkanologi, Meteorologi, dan Hidrologi juga mendapat kecaman karena kelalaian dan kurangnya peringatan dini, tetapi klaim tersebut telah disangkal. Mario Taracena menyerukan proses penyelidikan kepada pemerintah atas potensi kriminal yang mungkin terjadi.
Referensi
sunting- ^ "Thousands evacuated as Guatemala's Fuego volcano erupts". Reuters. 19 November 2018. Diakses tanggal 22 November 2018.
- ^ "Fuego". Oregon State University. Diakses tanggal 4 June 2018.