Leang Ulu Wae atau Gua Ulu Wae (Inggris: Ulu Wae Cave ) adalah sebuah gua di kawasan Karst Maros-Pangkep, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Lokasi gua ini secara administratif terletak di wilayah Lingkungan Tompobalang, Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Secara astronomis terletak pada posisi 04°59'04,0" LS dan 119°40'23,1" BT, pada ketinggian 65 mdpl. Gua ini menghadap arah barat daya, mempunyai ukuran pintu berukuran tinggi 10 meter dan lebarnya 20 meter. Gua ini termasuk ke dalam jenis gua prasejarah. Tinggalan arkeologi yang ada di gua ini adalah lukisan dinding gua, alat batu microlith, dan sampah dapur. Berdasarkan struktur geologisnya, Leang Ulu Wae termasuk gua kekar tiang dan gua kekar lembaran.[1][2][3][4]

Leang Ulu Wae
Gua Ulu Wae, Leang Uluwae, Gua Uluwae
Lua error in Modul:Location_map at line 423: Kesalahan format nilai koordinat.
LokasiLingkungan Tompobalang, Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Koordinat04°59'04.0"S 119°40'23.1"E[1]
Rentang tinggi65 mdpl
Geologikarst / batu kapur / batu gamping
Situs webvisit.maroskab.go.id
cagarbudaya.kemdikbud.go.id
kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/
Wisata Gua Prasejarah
Leang Ulu Wae
Informasi
Lokasi Lingkungan Tompobalang, Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
Negara  Indonesia
Pemilik
Pembukaan Setiap hari pukul 08.00–16.00 WITA
Jenis objek wisata Edukasi arkeologi dan gua prasejarah
Situs web visit.maroskab.go.id
Situs Cagar Budaya Leang Ulu Wae
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Cagar budaya Indonesia
PeringkatProvinsi
KategoriSitus
Lokasi
keberadaan
Lingkungan Tompobalang, Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Pemilik Indonesia
PengelolaDinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maros

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan

Pertanggalan Toala I didasarkan pada umur Toala I yang menunjukkan kekhususan yang berkembang paling muda dalam industri serpih bilah, yaitu tembikar. Unsur tembikar tertua yang ditemukan di situs-situs Budaya Toala merupakan tembikar polos dan berhias. Tembikar berhias yang ditemukan di Leang Ulu Wae merupakan tembikar berhias unsur tradisi Kalanay. Berdasarkan temuan tersebut diperkirakan lapisan Toala I ini bertahan sampai dengan 700-400 SM.[5] [6] [7]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Tim Direktori Maros-Pangkep (2007). Direktori Potensi Wisata Budaya Di Kawasan Karst Maros-Pangkep Sulawesi Selatan Indonesia (PDF). Makassar: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar. hlm. 58. ISBN 978-979-17021-0-2. 
  2. ^ Nur, Muhammad (Oktober 2017). "Analisis Nilai Penting 40 Gua Prasejarah Di Maros, Sulawesi Selatan (Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Volume 11, Nomor 1)" (PDF). kebudayaan.kemdikbud.go.id. hlm. 64-73. Diakses tanggal 2 Mei 2021. 
  3. ^ Ahmad, Amran; A. Siady Hamzah (2016). Database Karst Sulawesi Selatan 2016 (PDF). Makassar: Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 44. 
  4. ^ Cagar Budaya Kemendikbud RI. "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-05. Diakses tanggal 5 Mei 2021. 
  5. ^ Nurani, Indah Asikin (1993). "Pola Adaptasi Penghuni Gua Budaya Toala (Berkala Arkeologi Vol. 13 No. 2)" (PDF). berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id. hlm. 1-17. Diakses tanggal 19 Mei 2021. [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ Glover, Ian C.; Bernnet Bronson, C. (1984). "Archaeological Radiocarbon Dates from Indonesia: A First List (Indonesia Circle No. 34, June 1984)". hlm. 37-44. 
  7. ^ Heekeren, van H.R. (1972). "The Stone Age of Indonesia (Second rev. ed., VKI No. LXI)". The Hague-Martinus Nijhoof.