La Mboge

La Mboge, Sejarah pemimpin Tomia

La Mboge diperkirakan ada sejak pertengahan tahun 1800-an di Benteng Patua yang dulunya merupakan sebuah perkampungan. La Mboge adalah pemimpin Pulau Tomia yaitu seorang kepala distrik kedua atau masyarakat menyebutnya dengan gelar kapala Mansuana. La Mboge tidak bisa terlepas dari sejarah Pulau Tomia, beliau hidup pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Sebelum terbentuknya pemerintahan distrik pada tahun 1913, Pulau Tomia adalah bagian dari wilayah Bharata Kahedupa yang terbagi menjadi tiga Kawati yaitu Kawati Waha, Kawati Tongano dan Kawati Timu. Tiap Kawati dipimpin oleh La Mboge dengan gelar Meantu'u (Tongano dan Timu) dan Bhonto (Waha) yang berpusat pada tiga benteng Patua, Suosuo dan Rambiranda.[1]

Latar belakang

sunting

Secara silsilah La Mboge merupakan keturunan bangsawan Kesultanan Buton, merupakan putra dari La Ode Abu seorang tokoh di Benteng Patua yang merupakan anak dari La Ode Burukeni Taeni anak dari La Ode Tanda anak dari La Ode Guntu seorang bangsawan yang datang dari Wolio seorang yang konon dikenal sakti, anak dari Sapati Yarona Lambelu Jengko seorang bangsawan Tanailandu keturunan Sultan Murhum. La Mboge meninggal di Onemai, tahunnya tidak diketahui pasti, berdasarkan sumber lisan diperkirakan beliau meninggal sekitar tahun 40-an. Kemudian tampuh kekuasaan dilanjutkan oleh putra ke duanya yang bernama La Masinae yang dikenal dengan H. Ismail (Kapala Mansuana II) pada tahun 1935. Setelah H. Ismail kepemimpinan dilanjutkan oleh keponakannya bernama H. Muhammad Isa (Yaro I Bonto) yang menjadi kepala distrik terakhir yang berkuasa dari tahun 1966 berakhir 1970.

Karier

sunting

Pada masa pemerintahan La Mboge, ia memindahkan pusat pemerintahan distrik Tomia dari Usuku ke Onemai. La Mboge menggagas menata perkampungan baru yang dikenal kampung Onemai sekarang. Diawali dengan beliau mulai merintis dan menata jalan di Onemai mulai tahun 1905, beliau membuka jalan akses menjadi empat titik simpangan strategis, yakni disimpang depan mesjid tua (Nurul Huda), simpang dekat rumah almarhum La Taralesa, simpang depan rumah H. Ali Dae, simpang depan rumah almarhum La Muda. Setelah penataan jalan rampung, kemudian tahun 1915, penduduk perkampungan lama di dalam Benteng Patua diperintahkan untuk pindah ke Kampung Onemai. Pada masa Lamboge juga dilakukan pembangunan mesjid Waha menurut tradisi lisan masyarakat, awalnya mesjid ini dari Benteng Patua, kemudian dipindahkan ke lokasi diatas tubir dekat Rumah Nu ama La Buru, di atas Tangga Nu ama La Eeka, lantas tahun 1942 dipindahkan ke tempat sekarang. Pada masa Lamboge juga dilakukan pengerjaan jalan Fefa yang menghubungkan kampung Onemai-Usuku dan berbagai peninggalan yang masih bisa kita lihat sampai saat ini. Sebelum menjabat sebagai kepala distrik, La Mboge merupakan Bhonto Waha, Setelah kepala distrik pertama La Ode Taani (Kapala Sumalama) meninggal saat menunaikan ibadah haji maka La Mboge menjadi kepala distrik Tomia pada tahun 1917. La Mboge dikenal dengan gelar Kapala Mansuana, menurut sumber lisan gelar itu diberikan karena beliau mengundurkan diri karena kondisi sudah uzur.

Wilayah distrik Tomia merupakan bentukan pemerintahan Swapraja kolonial Belanda berdasarkan persetujuan kesultanan Buton. Sebelum menjadi wilayah swapraja Tomia masuk ke dalam 72 wilayah kadie Kesultanan Buton. Pemerintahan distrik Pulau Tomia berakhir setelah terjadi perubahan sistem pemerintahan oleh pemerintah Republik Indonesia yang menjadikan wilayah Pulau Tomia menjadi kecamatan Tomia. Berakhirnya kepemimpinan distrik Tomia ditandai dengan naiknya La Ode Rahiki sebagai camat Tomia pertama pada tahun 1970.

Referensi

sunting
  1. ^ Syahadat, Ray March (2010). "Benteng Patua". Greatbuton.blogspot.com. Diakses tanggal 24 November 2023. 

Pranala Luar

sunting

https://books.google.co.id/books?id=QG-CCgAAQBAJ&pg=PA64&lpg=PA64&dq=distrik+Tomia&source=bl&ots=xbKofm6xmP&sig=ACfU3U2XmZbgcp-KV_xY5aH6iVCJ5bPbqw&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiuotW29prqAhUbQH0KHfALARgQ6AEwCnoECAQQAQ#v=onepage&q=distrik%20Tomia&f=false

http://www.tribunbuton.com/berita_11613_patua-benteng-peninggalan-kesultanan-buton-di-tomia-wakatobi Diarsipkan 2018-10-02 di Wayback Machine.

http://syahrul-sokrates.blogspot.com/2013/06/baruta-dalam-bingkai-kesultanan-buton.html?m=1

https://books.google.co.id/books?id=ofylULOVPG8C&lpg=PA51&dq=swapraja&pg=PA51#v=onepage&q=swapraja&f=false

https://books.google.co.id/books?id=s4j3TROSWVoC&lpg=PA465&dq=swapraja&pg=PA462#v=onepage&q=swapraja&f=false

https://pellokilapenjelajah.com/2009/05/perempuan-perempuan-tomia-berjuang-tiada-lelah/ Diarsipkan 2019-12-25 di Wayback Machine.

http://www.wakatobikab.go.id/statik/wisatasenidanbudaya/wisata.budaya.html