LAPAN-A2
LAPAN-A2 adalah satelit terbaru buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Satelit ini merupakan suksesor dari satelit buatan LAPAN sebelumnya, yaitu: satelit LAPAN-TUBSAT yang dibuat di Jerman. Untuk satelit LAPAN-A2 ini sepenuhnya dibuat di Indonesia, namun tetap menggunakan konsultan dari Jerman. Tujuan penggunaan utama dari satelit LAPAN-A2 adalah sebagai mitigasi bencana. Satelit LAPAN-A2 sering juga disebut dengan nama satelit LAPAN-ORARI. Satelit Lapan A2/Orari diluncurkan dengan Roket PSLV C-30 dari Bandar Antariksa Satish Dhawan, Sriharikotta, India, Senin, 28 September 2015, tepat pukul 10.00 waktu India atau 11.30 WIB.
LAPAN A2 adalah mikrosatelit yang dibuat berdasarkan satelit pertama LAPAN, Tubsat yang diluncurkan 2007 lalu. Tubsat dibuat di Jerman sementara LAPAN A2 dibuat sepenuhnya di Indonesia dengan menggunakan konsultan dari Jerman.
Orari membawa Automatic Identification System (AIS) untuk mengidentifikasi kapal-kapal di perairan Indonesia. Orari juga membawa kamera untuk merekam video dengan pembesaran tiga kali lebih luas dari Tubsat. Menurut situs LAPAN, tujuan utama pembuatan satelit ini adalah untuk mitigasi bencana. LAPAN A2 ini membawa muatan untuk manajemen bencana. Muatannya berupa sistem radio komunikasi amatir. Struktur satelit dan subsistemnya banyak sama dengan adik Orari, Satelit LAPAN A3.
Muatan untuk observasi Bumi dari LAPAN A2 terdiri dari kamera video (Kappa PAL) untuk cakupan radius 80 km lebar tanah dan Kappa HDTV untuk observasi video beresolusi tinggi dengan cakupan dasar 11 x 6 km per frame video. LAPAN A2 juga membawa muatan pengulang suara dan repeater APRS untuk komunikasi Organisation for Amateur Radio Indonesia (ORARI) selama bencana. Satelit ini melayang di dekat orbit ekuatorial di 8-10 derajat dekat orbit sirkuler. Orbit ini akan membuat satelit mengelilingi Indonesia selama 14 kali dalam sehari. Satelit pertama yang murni didesain dan dibuat perekayasa Indonesia menggunakan alat produksi dan fasilitas uji yang juga ada di Indonesia itu sebenarnya siap diluncurkan tahun 2012. Namun, karena satelit utamanya, Astrosat, mengalami masalah, proses peluncuran pun ditunda hingga tiga tahun.
Deskripsi
suntingSatelit Lapan A2/Orari diluncurkan dengan Roket PSLV C-30 dari Bandar Antariksa Satish Dhawan, Sriharikotta, India, Senin, 28 September 2015, tepat pukul 10.00 waktu India atau 11.30 WIB. Roket peluncur yang dioperasikan Organisasi Riset Antariksa India (ISRO) tersebut membawa muatan tujuh satelit, termasuk satelit Lapan A2/Orari.
Ketujuh satelit yang dibawa roket peluncur tersebut terdiri dari satu satelit muatan utama dan enam satelit yang ditumpangkan. Satelit utamanya ialah satelit penelitian astronomi milik India Astrosat berbobot 1.513 kilogram (kg). Adapun enam satelit yang ditumpangkan ialah Lapan A2/Orari berbobot 76 kg dari Indonesia, satelit nano NLS-14 milik Kanada dengan berat 14 kg, dan empat satelit nano milik Amerika Serikat (AS) Lemur dengan total berat 28 kg.
Sementara itu, roket Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV) yang digunakan untuk membawa ketujuh satelit itu terdiri atas empat tingkat. Tingkat ke-1 hingga ke-3 roket dilepaskan secara bertahap saat roket mencapai ketinggian tertentu. Adapun tingkat ke-4 roket berfungsi mendorong kapsul berisikan satelit hingga mencapai orbit di ketinggian 650 km.
Ketinggian orbit 650 km itu dicapai pada 21,93 menit sejak roket diluncurkan. Selanjutnya, pada menit ke-22,52 sejak peluncuran, satelit Astrosat dilepaskan ke orbit. Berselang 30 detik kemudian, giliran satelit Lapan A2/Orari yang dilepas ke orbit. Kemudian secara berturut-turut satelit nano NLS-14, Lemur 1, Lemur 2, Lemur 3, dan Lemur 4 dilepas ke orbit setiap berselang setiap sekitar setengah menit.
Satelit Lapan A2/Orari dilengkapi beberapa instrumen utama dengan sejumlah fungsi. Instrumen tersebut antara lain kamera digital dan kamera video analog dengan resolusi 4-5 meter yang bisa digunakan untuk pengambilan citra Bumi. Data yang diperoleh bisa digunakan untuk pemetaan perubahan tata guna lahan atau pemotretan daerah bencana untuk keperluan mitigasi bencana.
Instrumen lain adalah Automatic Identification System (AIS) yang bisa dimanfaatkan untuk memantau lalu lintas kapal, operasi keamanan laut, serta eksplorasi sumber daya kelautan dan perikanan. Ada pula instrumen Automatic Packet Relay System (APRS) yang berguna dalam komunikasi radio amatir khususnya di daerah bencana serta penandaan pulau-pulau terluar untuk meneguhkan kedaulatan Indonesia.
Pengembangan
suntingSatelit Lapan A2 memiliki komponen dari Jerman dan Norwegia tetapi penggarapan Lapan A2 sepenuhnya dilakukan di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat. Berbeda dengan satelit LAPAN-TUBSAT yang pembuatannya dilakukan di Technische Universitat Berlin, Jerman. [1]
Misi
suntingSatelit LAPAN-A2 didesain untuk tiga misi yaitu pengamatan bumi, pemantauan kapal dan komunikasi radio amatir. Dengan berat sekitar 78 kg, satelit LAPAN-A2 diantarnya membawa muatan Automatic Identification System (AIS). Dengan teknologi ini, LAPAN-A2 dapat melakukan identifikasi terhadap kapal yang akan melintasi wilayah jangkauan Lapan A2. Selain itu untuk misi pengamatan Bumi akan menggunakan kamera digital observasi bumi dengan kamera 4 band multispectral scanning. Kamera itu beresolusi 18 m dengan cakupan 120 km dan kamera resolusi 6 m dengan cakupan 12 km x 12 km.
Satelit LAPAN-A2 juga akan dilengkapi dengan Automatic Packet Reporting System (APRS) yang mendukung komunikasi untuk penanganan bencana. Untuk hal ini, LAPAN bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari). Hal memungkinkan LAPAN-A2 sebagai penghubungung sekitar 700 ribu pengguna radio amatir atau orari. Melalui Satelit Lapan A2, anggota Orari dapat berkoordinasi dengan tim SAR untuk mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan. Automatic Packet Reporting System (APRS) juga mendukung pengiriman pesan singkat melalui gelombang radio yang dapat dilakukan menggunakan perangkat-perangkat penerima komunikasi radio modern.
Cara kerja
suntingSatelit dengan bobot 78 kilogram ini akan melintasi wilayah Indonesia secara diagonal sebanyak 14 kali sehari, dengan kisaran 20 menit perputarannya. Pada orbitnya sensor AIS (Automatic Identification System), Lapan A2 memiliki radius deteksi lebih dari 100 km dan mempunyai kemampuan untuk menerima sinyal dari maksimum 2000 kapal dalam satu daerah cakupan.
Lapan-A2 yang akan mengorbit secara ekuatorial nantinya akan menjadi satelit pemantauan bumi pertama di dunia yang memiliki orbit ekuatorial.
Referensi
sunting- http://sains.kompas.com/read/2012/08/31/14443720/Lapan.A2.Satelit.Produksi.Indonesia
- http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=129558
- http://majalahiptek.com/teknologi-yang-disematkan-pada-satelit-lapan-a2/[pranala nonaktif permanen]
- http://www.tempo.co/read/news/2012/08/31/061426735/Satelit-LAPAN-A2--Siap-Diluncurkan Diarsipkan 2013-10-29 di Wayback Machine.
- http://www.antaranews.com/berita/330515/tiga-misi-utama-satelit-lapan-a2
- http://www.lapanrb.org/hub Diarsipkan 2013-02-28 di Wayback Machine.
- http://www.infoastronomy.co.vu/lapan-a2[pranala nonaktif permanen]
- http://www.luarangkasa.com/satelit-pertama-indonesia-lapan-a2-telah-diluncurkan/
Lihat pula
suntingPranala luar
suntingSitus resmi Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional Diarsipkan 2011-04-21 di Wayback Machine.