Menurut kepercayaan Turki, kut (juga dieja qut, bahasa Turk Kuno: 𐰴𐰆𐱃, translit. qut, har. 'blessing')[1] adalah suatu jenis zat yang menghidupkan tubuh. Melalui kut, manusia terkoneksi dengan surga. Lebih lanjut, penguasa sakral dipercaya memiliki lebih banyak kut dibandingkan dengan orang lain, maka surga akan menunjuknya menjadi penguasa yang sah.[2][3] Khagan Turki mengklaim bahwa mereka "menyerupai surga, diciptakan di surga" dan dirasuki oleh kut, sebuah tanda bahwa mandat dari surga untuk berkuasa.[4] Penguasa dari Qocho disebut sebagai "idiqut", yang berarti "keberuntungan sakral".[5] Hal ini juga ada di Mongol sebagai suu.[6] Juga dipercaya bahwa jika penguasa kehilangan kut-nya, ia dapat diturunkan dan dibunuh. Namun, hal ini dilakukan menumpahkan darahnya. Hal ini biasanya dilakukan dengan mencekik dengan tali sutra.[7][4] Kebiasaan mencekik ini juga dilanjutkan Kesultanan Utsmaniyah.[7]

Penggunaan oleh Utsmaniyah

sunting

Utsmaniyah melanjutkan tradisi mengekspresikan kembali "penguasa mandat surga" (kut) menjadi istilah Irano-Islam dengan jabatan seperti "bayangan Tuhan di bumi" (zill Allah fi'l-alem) dan "khalifa muka bumi" (halife-i ru-yi zemin).[8]

Kutlug biasanya digunakan dan dikenal dalam nama personal Uighur. Nama ini juga merupakan nama pemimpin pertama dari Kekhanan Kedua Turki, Khanan Ilterish, dan Kekhanan Uighur, Kutlug I Bilge Kagan.[9]

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Gary Seaman (1989). Ecology and Empire: Nomads in the Cultural Evolution of the Old World. Ethnographics/USC, Center for Visual Anthropology, University of Southern California. hlm. 247. 
  2. ^ JENS PETER LAUT Vielfalt türkischer Religionen p. 25 (German)
  3. ^ Carter Vaughn Findley The Turks in World History Oxford University Press 2004 ISBN 9780199884254
  4. ^ a b Peter B. Golden (2010). Central Asia in World History. hlm. 43. The qaghan claimed that he was “heaven-like, heaven-conceived” and possessed qut (heavenly good fortune), a sign of the heavenly mandate to rule. His person was holy and his blood could not be shed. If a qaghan had to be removed—permanently—he was strangled with a silk cord. 
  5. ^ Rahmat, (1964, 150-57)
  6. ^ Mosaert and Cleave, (1962, 17-23)
  7. ^ a b David Sneath, Christopher (2010). Twentieth century Mongolia. hlm. 76. 
  8. ^ Carter V. Frindley (2004). The Turks in World History. hlm. 115. 
  9. ^ Susan Whitfield. Life along the Silk Road: Second Edition. hlm. 216.