Kusbini
Kusbini (1 Januari 1910 – 28 Februari 1991) adalah tokoh musik keroncong era 1930 - 1955 yang legendaris, bersama Annie Landouw, Gesang, S. Abdoellah, Miss Roekiah, dll.
Koesbini | |
---|---|
Lahir | Mojokerto, Hindia Belanda | 1 Januari 1910
Meninggal | 28 Februari 1991 Yogyakarta, Indonesia | (umur 81)
Pekerjaan | Musisi |
Latar belakang
suntingIa lahir di Desa Kemlagi, Mojokerto, Jawa Timur. Pada era "Keroncong Abadi" (1920 - 1960), ia merupakan tokoh penyanyi dan komponis Indonesia. Pada era sekitar tahun 1937 - 1942, ia aktif dalam menyanyi dan bermain musik keroncong bersama Annie Landouw, S. Abdoellah, Gesang. Pada masa Hindia Belanda, ia menuliskan kembali (transkrip) lagu keroncong Telomoyo, Moresko, Nina Bobo, dll. Namun juga mencipta lagu Kr. Purbakala.[1][2]
Tahun 1942–1978
suntingPada tahun 1945–1952, ia menciptakan lagu perjuangan bersama C.Simanjuntak, Ismail Marzuki, L. Manik, dll. Pada tahun 1950, ia kemudian bekerja di P&K Yogyakarta untuk urusan musik. Ia juga merupakan tokoh pendiri SMINDO 1954 (Sekolah Musik Indonesia Yogyakarta milik Pemerintah—yang kemudian menjadi AMI dan ISI Yogyakarta). Selain itu, ia mendirikan SOSI (Sekolah Olah Seni Indonesia) yang sekarang diasuh dan diteruskan oleh anak-anaknya. Lagunya "Bagimu Negeri" merupakan lagu wajib perjuangan yang diciptkannya pada tahun 1942 dan ditetapkan sebagai lagu nasional pada tahun 1960. Awal penciptaan lagu tersebut bermula ketika Kusbini bertemu dengan Bung Karno yang bertanya padanya mengenai gagasan menciptakan sebuah lagu perjuangan dan saat itu juga Kusbini langsung menyetujuinya. Kusbini mengartikan "Negeri" sebagai Negara (Neg), ia sengaja menyelubungkan pesan perjuangan ini karena Jepang tidak menyukai segala hal yang berhubungan dengan perjuangan kemerdekaan. Sebelum dikumandangkan secara resmi, lagunya itu mengalami perubahan syair beberapa kali kemudian Ibu Sud menyanyikannya untuk pertama kali melalui Hoso Kanri Kyoku.
Pada tahun 1978, Kusbini digugat oleh J. Semadi yang mengaku sebagai pencipta lagu Padamu Negeri. Saat itu, Kusbini dituduh membajak. Perkara ini sempat menimbulkan suasana rumit (polemik) di pengadilan, tetapi akhirnya berakhir dengan kemenangan Kusbini.
Pemilihan bintang radio
suntingPada tahun sekitar 1952 - 1956, pihak RRI (Radio Republik Indonesia) menyelenggarakan Pemilihan Bintang Radio dan juga Lagu Keroncong, ia memenangkan pemilihan lagu keroncong, yaitu Kr. Pastoral.
Akhir hayat
suntingDimasa - masa tuanya Kusbini menulis beberapa buku, antara lain:
- Kumpulan lagu - lagu keroncong Indonesia
- Sejarah seni musik keroncong Indonesia
- Biktat gitar
- Diktat vokal
- Teori musik
- Diktat viool, dan
- Pelajaran bass
Disamping hal tersebut beberapa penghargaan yang diterima yaitu:
- Pembina Musik Keroncong Indonesia (P dan K tahun 1972)
- Medali Arati Bayangkara (dari Korwil II, tahun 1976)
Memang tidak banyak yang tahu tentangnya, sehingga ia meninggal tidak banyak yang tahu jasanya sebagai tokoh musik di Indonesia dan penulis buku terutama yang menyangkut tentang musik. Namun setelah ia meninggal Pemda Yogyakarta memberi nama Jl. Jetishardjo menjadi Jl. Kusbini. TV Yogyakarta baru-baru ini membuat film pendek mengenai riwayat hidupnya.
Bandara
suntingNamanya kini diabadikan di Bandar Udara Internasional Raden Kusbini, Pandeglang. Dan ada sebuah patung Raden Kusbini di dekat Bandara Internasional Raden Kusbini, Pandeglang
Referensi
suntingPranala luar
sunting- (Indonesia) Profil di tokohindonesia.com Diarsipkan 2007-02-28 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Mengenal Kusbini