Kura-kura bergerigi

Kura-kura Bergerigi
Cyclemys dentata dari Banten
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. dentata
Nama binomial
Cyclemys dentata
(Gray, 1831)
Agihan Cyclemys dentata
Sinonim

Emys dhor Gray, 1831[1]
Emys dentata Gray, 1831 (partim)
Emys hasselti Boie, 1831 (nomen nudum)
Cyclemys orbiculata Bell, 1834
Cistudo diardii Duméril & Bibron, 1835
Cistudo (Cyclemys) dentata Gray, 1844[2]
Cyclemys dentata Gray, 1856[3]

Kura-kura bergerigi (Cyclemys dentata) mendapatkan namanya dari gerigi yang ada pada perisainya, meskipun sifat ini tidak istimewa. Kura-kura ini sering diperjual-belikan sebagai hewan timangan dan dalam perdagangan juga dikenal sebagai kura-kura ceper, walaupun nama yang akhir ini bisa menyesatkan. Ada pula yang menyebutnya kura-kura daun, mengikuti namanya dalam bahasa Inggris, Asian Leaf Turtle.

Pengenalan

sunting
 
Kepala hewan muda

Kura-kura yang biasa hidup di air tawar; di sungai besar atau kecil yang mengalir lambat. Panjang tempurungnya (karapas) mencapai 240 mm, dengan lima buah keping sisik vertebral di tengah punggungnya. Keping-keping vertebral ini memiliki lunas (tonjolan memanjang), tetapi lunas ini cenderung menghilang setelah dewasa; urutan panjang keping-keping itu adalah 2 = 3 = 4 > 5 > 1.[4] Lehernya dengan garis-garis memanjang, kekuningan atau kemerahan. Keping-keping sisik pada plastron (penutup dada dan perut) dengan coretan-coretan radial berwarna kehitaman, tebal atau tipis sampai kabur.

 
Pola pada plastron

"Kura-kura ceper" yang sejati (dalam perdagangan) adalah beiyogo (Notochelys platynota); dibedakan melalui keping vertebral ke-5 (atau ke-6; kedua dari belakang) yang jauh menyempit dibandingkan keping sebelum dan sesudahnya. Kura-kura matahari atau kura-kura duri (Heosemys spinosa) memiliki gerigi pada semua keping marginalnya, bukan hanya pada keping marginal di bagian belakang.

Agihan

sunting

Kura-kura ini menyebar sejak India bagian utara, Bangladesh, Burma, Cina, Kamboja, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia dan Filipina. Di Indonesia didapati di Mentawai, Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali.

Status konservasi

sunting

Cyclemys dentata banyak diperdagangkan untuk dipelihara. Selain itu, hewan ini secara tradisional juga menjadi buruan untuk memenuhi kebutuhan protein di pedalaman. Meskipun mengalami tekanan sedemikian, hewan ini belum dilindungi oleh undang-undang RI. Uni Konservasi Dunia, IUCN, memandangnya masih Berisiko Rendah (Lower Risk).[5]

Makanan

sunting

Mereka adalah hewan omnivora. Di alam liar, mereka memakan beberapa jenis serangga seperti jangkrik dan belalang, lalu beberapa molusca. Namun, mereka juga tidak menolak buah-buahan dan sayur-sayuran

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Gray, J.E. 1831. Synopsis Reptilium or short descriptions of the species of reptiles. Part I: Cataphracta, tortoises, crocodiles, and enaliosaurians. Treuttel, Wurz & Co., London, 85 pp.
  2. ^ Gray, J.E. 1844. Catalogue of the tortoises, crocodiles, and amphisbænians, in the collection of the British Museum. p. 32. Edward Newman, London.
  3. ^ Gray, J.E. 1856. On some new species freshwater tortoises from North America, Ceylon and Australia. The Annals and magazine of natural history; zoology, botany, and geology ... (2) 18: 264. Taylor & Francis, London.
  4. ^ Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura & Buaya Indonesia & Papua Nugini, dengan catatan mengenai jenis-jenis di Asia Tenggara. Penerbit ITB dan IUCN. Hal. 106-107.
  5. ^ Asian Turtle Trade Working Group 2000. Cyclemys dentata. In: IUCN 2009. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2009.2. Diakses pada 12 Februari 2010.

Pranala luar

sunting