Kunang-kunang

famili kumbang

Kunang-kunang atau biasa disebut kumbang bercahaya ataupun cacing berpendar adalah jenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari, namun tidak semua kunang-kunang dapat mengeluarkan cahaya.[1] Cahaya kunang-kunang dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.

Kunang-kunang
Kunang-kunang Photuris lucicrescens dewasa.
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Coleoptera
Subordo: Polyphaga
Infraordo: Elateriformia
Superfamili: Elateroidea
Famili: Lampyridae
Latreille, 1817
Subfamilies

Cyphonocerinae
Lampyrinae
Luciolinae
Ototetrinae
Photurinae


Genus incertae sedis:
Pterotus

Kunang-kunang merupakan jenis kumbang yang termaksud ke dalam Famili Lampyridae, Ordo Coleoptera, Kelas Insecta. Ada lebih dari 2000 spesies kunang-kunang yang dapat ditemukan di daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia. Banyak spesies ini ditemukan di rawa atau hutan yang basah di mana tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya.

Kunang-kunang yang memancarkan sinar untuk saling mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya. Selain itu, kunang-kunang dapat berfungsi sebagai bioindikator lingkungan karena kehadiran atau tingkah lakunya sangat terkait dengan kondisi tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai panduan atau pengujian kuantitatif. (Ellenberg, 1991, sebagaimana dikutip dalam Kurniawan & Ahmad, 2024).[2] Pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina, sementara pada spesies lainnya, sang betina yang “memanggil”. Cahaya yang dimiliki kunang-kunang berperan pula sebagai tanda peringatan, untuk memperingatkan sesama jenisnya tentang adanya ancaman bahaya. Selain itu, sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka sebagai mekanisme pertahanan diri dari pemangsa dengan menandakan bahwa mereka memiliki rasa yang tidak lezat (lebih tepatnya, pahit) dikarenakan zat yang ada di perutnya.

Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain, misalnya Photinus. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-kunang jantan jenis Photinus pun terjebak dan dimakan oleh Photuris betina.

Jenis makanan

sunting

Makanan kunang-kunang adalah cairan tumbuhan, siput-siputan kecil, cacing, maupun serangga lain.

Cara pemeliharaan

sunting

Bila ingin memelihara kunang-kunang, sebaiknya menyiapkan tempat yang didesain hampir sama dengan habitat aslinya. Tidak harus seluas dengan yang aslinya. Yang penting kunang-kunang nyaman dan betah tinggal di sana. Karena apabila kunang-kunang tidak betah, mereka tidak mau tinggal di sana. Makanannya pun bisa diambil dari alam sekitar kita.

Reproduksi

sunting

Diketahui ada dua tipe ritual perkawinan kunang-kunang. Tipe pertama, kunang-kunang betina akan melepaskan cahaya yang menarik perhatian kunang-kunang jantan. Pada tipe ini, kunang-kunang betina merupakan pihak yang aktif mencari pasangan sedangkan yang jantan pasif.

Pada tipe kedua, ritual perkawinan diawali dengan kedipan-kedipan cahaya kunang-kunang jantan yang mengabarkan bahwa ia adalah perjaka atau duda kesepian yang tengah mencari kekasihnya yang kini entah di mana. Terbang kian kemari sambil berharap ada kunang-kunang betina yang sedang mejeng mencari jodoh.

Kedipan cahaya suatu jenis kunang-kunang memiliki warna, intensitas dan kekuatan yang khas sehingga hanya kunang-kunang jenis yang sama yang mampu mengartikulasikan makna kedipan cahaya tersebut. Kekhasan cahaya pada saat mencari pasangan ini pulalah yang digunakan oleh para ahli untuk membedakan berbagai jenis kunang-kunang.

Kunang-kunang betina jarang terbang mencari pasangan hidup, ia hanya menunggu di atas tanah atau rerumputan sambil berharap ada isyarat dari kunang-kunang jantan yang bakal menjadi tambatan hatinya. Ketika melihat cahaya kunang-kunang jantan, sang betina akan memberikan respon dengan pancaran cahaya yang mengisyaratkan bahwa ia telah mengenali sinyal sang jantan.

Selanjutnya pejantan terbang menuju betina dambaan hidupnya. Setelah dekat, kunang-kunang jantan mengeluarkan cahaya terang berkali-kali, mungkin untuk meyakinkan bahwa cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Demikian juga si betina akan mengeluarkan sinar terang yang menandakan siap kawin, pejantan akan mendekati betina dan kemudian mereka kawin.

Proses perkawinan terjadi dengan saling menyentuhkan kedua alat kelaminnya yang berada di ujung perut dan dilanjutkan dengan transfer paket sperma dari pejantan ke tubuh betina. Paket sperma akan disimpan di dalam abdomen betina sampai ia siap bertelur. Proses perkawinan dapat berlanjut sepanjang malam, dan pada saat itu kunang-kunang tidak mengeluarkan cahaya.

Setelah proses perkawinan, betina langsung memakan kekasihnya yang telah membuahi sel telurnya. Serangga jenis tertentu juga ada yang mempunyai kebiasaan seperti ini seperti black widow, belalang sembah, dll. Dengan memakan lawan jenisnya, maka sang betina mendapatkan tambahan protein untuk membesarkan sel telur yang ada dalam tubuhnya.

Kunang-kunang bertelur pada saat hari gelap, telur-telurnya yang berjumlah antara 100 dan 500 butir diletakkan di tanah, ranting, rumput, di tempat berlumut atau di bawah dedaunan. Pekuburan yang tanahnya relatif gembur dan tidak banyak terganggu merupakan lokasi ideal perteluran kunang-kunang.

Setelah sekitar 30 hari, muncul larva kunang-kunang menyerupai cacing memancarkan cahaya, bentuknya pipih dengan kepala kecil dan rahang kuat. Fungsi cahaya pada larva hanya untuk memperingatkan pemangsa agar tidak mencoba mengganggunya. Aktivitas utama larva adalah makan makanan yang berupa cacing tanah, siput kecil atau serangga kecil lain. Masa larva merupakan masa paling lama yaitu sekitar 1-2 tahun sebelum menjadi kepompong. Hanya sebagian kecil dari telur kunang-kunang yang menetas menjadi larva dan hanya sedikit larva yang sukses menjadi kepompong. Beberapa pemangsa memangsa telur maupun kunang-kunang yunior.

Sebelum menjadi kepompong, larva akan membuat liang di dalam tanah. Selanjutnya ia akan masuk dan melingkarkan tubuhnya di dalam liang. Mulutnya akan mengeluarkan lendir lengket yang ditempelkan di dinding liang. Setelah sebulan larva beristirahat dalam bilik, ia menanggalkan kulit untuk terakhir kali dan memasuki masa pupa. Kepompong pada mulanya berwarna kuning pucat dan perlahan-lahan menjadi gelap, masa pupa berlangsung sekitar 10 hari.

Kunang-kunang dewasa keluar dari kepompong dengan tubuh pucat yang akhirnya berkembang menjadi lebih gelap. Kedua pasang sayap direntangkan agar mengembang dan kering. Kunang-kunang dewasa ini tinggal di dalam bilik selama beberapa hari sampai kedua sayap depannya benar-benar keras dan membentuk elitera, perisai yang melindungi kedua sayap belakangnya yang lunak.

Kunang-kunang dewasa hidup selama 2 - 3 minggu, untuk melakukan perkawinan. Selama itu aktivitas makan kunang-kunang sangat beragam, beberapa jenis hanya mengisap cairan tumbuhan sementara jenis lainnya meneruskan kebiasaan makan seperti ketika masih larva, sebagai pemakan serangga lain atau siput-siputan kecil.

Referensi

sunting
  1. ^ "About Fireflies". Xerces Society (dalam bahasa Inggris). 2021-11-17. Diakses tanggal 2024-08-16. 
  2. ^ "Fireflies (Coleoptera: Lampyridae)". SpringerReference. Berlin/Heidelberg: Springer-Verlag.