Kristen sayap kanan

Kristen sayap kanan merupakan salah satu pandangan politik yang berdasarkan nilai-nilai agama Kristen karena didasarkan pada nilai-nilai yang berbasis pada nilai-nilai agama. Pandangan ini cenderung berada pada spektrum kanan di dalam spektrum politik. Gerakan kanan Kristen sendiri paling banyak berkembang di Amerika Serikat pada 1970-an[1] meskipun gerakan sejenis juga muncul di negara-negara lain yang didominasi pemeluk Kristen seperti Jerman, Belanda, Britania Raya dan Persemakmurannya. Di Amerika Serikat, gerakan ini terutama menentang pengakuan terhadap kelompok LGBT, penolakan terhadap aborsi, penyangkalan terhadap masalah-masalah yang berkaitan terhadap ilmu pengetahuan seperti sel punca, teori evolusi, pemanasan global, dan bagaimana alam semesta terbentuk, serta menolak konsep pemisahan negara dan agama.

Sejarah

sunting

Di Amerika Serikat

sunting

Sebelum Tahun 1976

sunting

Di Amerika Serikat sendiri, gerakan fundamentalis agama sudah ada sebelum tahun 1976. Beberapa gerakan yang terkenal antara lain Moral Majority, Council for National Policy (Dewan Kebijakan Nasional), Concerned Woman for Amerika (Perkumpulan Wanita untuk Amerika), Religious Roundtable (Konferensi Meja Bundar untuk Agama).[1] Gerakan-gerakan tersebut memiliki ciri khas mempertahankan bentuk tradisional dari keluarga (satu ayah, satu ibu, dan anak-anak), mendukung ekonomi laissez-faire dan pasar bebas, menentang Uni Soviet, dan mengkritik gaya hidup materialisme yang menurut mereka berkaitan dengan penurunan moral dan kondisi ekonomi Amerika Serikat.

1920-an

sunting
 
William Jennings Bryan

Salah satu peristiwa yang berkaitan dengan gerakan ini adalah ketika William Jennings Bryan, politisi Demokrat dan seorang presbyterian konservatif, yang menentang pengajaran teori evolusi Darwin di sekolah-sekolah umum (publik) di Tennessee pada 1925 (sebuah pengadilan yang menjadi awal perdebatan kaum fundamentalis dan modernis). Peristiwa ini dianggap sebagai awal mula pemicu gerakan kanan kristen dan sejenis (konservatif) yang vokal menentang isu-isu yang mereka anggap sebagai propaganda liberal.

Pada tahun 1927, salah seorang tokoh evangelis dari selatan, Bob Jones Sr., Mendirikan Bob Jones College yang di kemudian hari berkembang menjadi Bob Jones University (BJU) untuk melawan tren modernis di dalam pendidikan theologi serta sekularisasi pendidikan tinggi yang diakibatkan oleh pengadilan Scopes. Organisasi semacam BJU kemudian muncul di seluruh Amerika Serikat terutama di pantai barat dan selatan sejalan dengan kelompok teologikal konservatif yang berusaha mencari organisasi dan kekuatan birokrasi untuk melindungi apa yang mereka sebut "Teologi Tradisional Kristen" dan posisi sosialnya.[1]

1930-an

sunting
 
Franklin Delano Roosevelt

Pada era setelah Scopes (dekade 1930-an), perkembangan jumlah kaum konservatif protestan yang berusaha untuk kembali pada komitmen beragama mereka menjadi evangelisme dengan aktivitas politik dan sosial. Kebanyakan, seperti Bob Jones, fokus untuk membangun institusi pemisahan yang terbentuk pada masa Kontroversi Fundamentalis-Modernis. Kelompok-kelompok lain yang lebih kecil tetapi tetap vokal menyuarakan aspirasinya pada masa depresi besar pada era kebijakan ekonomi Presiden Franklin Delano Roosevelt. Kelompok tersebut mengembangkan suatu retorika politik berbalut agama yang memberikan bentuk terhadap bombardir propaganda anti-komunisme pada era Perang Dingin dan politik pro-keluarga pada dua dekade terakhir abad ke-21. Beberapa tokoh fundamentalis terkenal seperti pengkotbah Gereja Baptis J. Frank Norris, mengkritik Program New Deal untuk mengutuk sentralisasi kekuatan politik di Washington D.C., suatu tren yang diinterpretasikan sebagai istilah akhir zaman dan mencari nilai paralelnya di dalam nubuat-nubuat yang ada di dalam Alkitab dan tidak peduli suatu era kepemimpinan naik atau turun. Salah satu kelompok lain yang pro-Nazi dan anti-semitis seperti penulis episkopal Elizabeth Dilling, penyiar radio katolik Romo Charles Coughlin, dan penceramah agitator Kristen Nasionalis Gerald L.K. Smith membawa batasan-batasan emosional populis umat beragama sebagai upaya untuk menghapus program New Deal FDR (Franklin Delano Roosevelt) yang dianggap sebagai upaya Yahudi Bolshevik mengintervensi Pemerintah Federal Amerika Serikat.

1950-an

sunting
 
Billy Graham

Pada tahun 1950-an, tokoh religi pembangkang di Era Depresi Besar dan Perang Dunia 2 telah membawa konsensus yang luas kepada evangelis dan fundamentalis mengenai pentingnya mendekati budaya dan masyarakat yang lebih luas. Mereka lebih banyak menyebarkan bahaya Uni Soviet dan paham Komunisme-nya serta bahaya semakin kuatnya pemerintahan federal (sentralisme).[1] Sangat sedikit tokoh Kristen konservatif yang minat terhadap topik ini jika dibandingkan dengan neo-evangelis. Billy Graham, Carl F.W. Henry, Harold Ocknega, dan tokoh neo-evangelis yang terkait dengan Seminari Teologi Fuller, Kampus Wheaton (Wheaton College), dan koran Christian Today secara terang-terangan menolak pemisahan institusional fundamentalis garis lama yang menganggap tindakan sosial dan politik harus dianggap merupakan salah satu bagian di dalam evangelisme dan tidak dianggap aneh.[1]

Tahun 1976

sunting
 
Jimmy Carter

Bertepatan dengan Pemilihan umum Presiden Amerika Serikat 1976, muncul gerakan-gerakan evangelis yang mendukung calon Presiden Jimmy Carter yang memiliki latar belakang Gereja Baptis dan Evangelis yang kuat.[2] Ini dibuktikan dengan aktifnya Jimmy Carter di kegiatan gereja dan sekolah minggu di dekat rumahnya.

1980-an

sunting
 
Ronald Reagan

Dekade ini ditandai dengan kemenangan mutlak Ronald Reagan selama dua pemilihan presiden (1980 dan 1984) yang didukung oleh gerakan kanan Kristen yang sebelumnya ada yang mendukung calon Presiden dari Partai Demokrat (presiden periode sebelumnya), Jimmy Carter.

1990-an

sunting
 
Pat Robertson

Gerakan ini semakin menguat pada dekade 1990-an dengan tokoh-tokoh antara lain Pat Robertson dari Christian Coalition, Jay Sekulow seorang Jaksa Agung di American Center for Law and Justice, dan Alan Sears dari Alliance Defending Freedom.[3]

2010-an

sunting

Dekade ini ditandai dengan maraknya konflik seperti yang terjadi di Ferguson, Missouri yang memicu Gerakan Black Lives Matter (BLM), krisis air bersih di Flint, Michigan, munculnya organisasi yang memungkinkan aborsi seperti Planet Parenthood, kontroversi pengucapan selamat natal serta tindakan terorisme ledakan bom di Marathon Boston pada 2013. Serentetan peristiwa ini dan yang terjadi beberapa tahun sebelumnya diduga ikut memicu munculnya gerakan-gerakan kanan Kristen yang mendukung Donald Trump dalam Pemilihan umum Presiden Amerika Serikat 2016.[4][3][5]Hal ini diperkuat dengan fakta kedekatan Mike Pence dengan organisasi Focus on the Family, salah satu organisasi kanan Kristen terkemuka di Amerika Serikat.[3] Selain itu, pengangkatan Betsy DeVos,yang dikenal sebagai pendonor gerakan kanan Kristen baru, sebagai Menteri Pendidikan juga merupakan salah satu bukti kedekatan Trump dengan gerakan ini.[3][6]

Di Luar Amerika Serikat

sunting

Gerakan Kristen kanan sendiri juga tumbuh pada negara-negara lain di luar Amerika Serikat yang memiliki populasi penduduk beragama Kristen yang dominan seperti di Britania Raya, Jerman, Belanda, bahkan Lebanon.

Britania Raya

sunting

Salah satu organisasi Kristen sayap kanan yang ada di Britania Raya adalah UDF (Ulster Defensive Force), salah satu organisasi yang ikut di dalam Konflik Irlandia Utara (The Troubles) selama 1968 hingga 1998.

Tokoh-tokoh

sunting

Partai Politik Terkait

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e McVicar, Michael J. (2016-03-03). "The Religious Right in America" (dalam bahasa Inggris). doi:10.1093/acrefore/9780199340378.001.0001/acrefore-9780199340378-e-97. 
  2. ^ Beau, Bryan Le (1998-12-10). "Political Mobilization of the New Christian Right". are.as.wvu.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-06. Diakses tanggal 2017-10-08. 
  3. ^ a b c d "How the Christian Right has come to love Trump". Newsweek (dalam bahasa Inggris). 2017-06-29. Diakses tanggal 2017-11-26. 
  4. ^ Mechanic, Jesse (2016-08-04). "The GOP Has A Big Problem, And It's Not Donald Trump. It's The Religious Right". Huffington Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-26. 
  5. ^ a b Camacho, Daniel José (2017-10-14). "Trump's marriage to the religious right reeks of hypocrisy on both sides | Daniel José Camacho". The Guardian (dalam bahasa Inggris). ISSN 0261-3077. Diakses tanggal 2017-11-26. 
  6. ^ "Trump and the Religious Right: A Match Made in Heaven". POLITICO Magazine. Diakses tanggal 2017-11-26.