Krikilan, Kalijambe, Sragen

desa di Kecamatan Kalijambe, Sragen


Krikilan adalah desa di kecamatan Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah, Indonesia.

Krikilan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenSragen
KecamatanKalijambe
Kode pos
57275
Kode Kemendagri33.14.01.2005 Edit nilai pada Wikidata
Luas44.925 km²
Jumlah penduduk4.646 jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°27′11″S 110°49′41″E / 7.45306°S 110.82806°E / -7.45306; 110.82806

Pembagian wilayah

sunting

Desa Krikilan terdiri dari 3 dusun, 10 dukuh, dan 22 RT.[1]

Berikut adalah dukuh-dukuh di Desa Krikilan:

  • Ngrukun
  • Kalijambe Kidul
  • Kalongbali
  • Pagerjo
  • Bendo
  • Pondok
  • Ngampon
  • Krikilan
  • Sangiran
  • Pablengan

Geografis

sunting

Secara topografi, Desa Krikilan berada di wilayah dataran rendah namun dengan kondisi tanah yang berbukit. Meski begitu fasilitas jalan raya sudah cukup bagus. Ketersediaan air di Desa Krikilan cukup memadahi untuk keperluan rumah tangga. Namun untuk keperluan pertanian beberapa sawah mengandalkan air hujan atau tadah hujan. Untuk sawah yang berada di pinggir Kali Cemoro bisa memperoleh air yang cukup dengan mengambilnya dari kali tersebut. Tetapi ada juga daerah pertanian yang berbentuk tegalan yang kering.[2]

Batas Geografis

sunting
  • Utara: Desa Ngebung
  • Timur: Desa Bukuran
  • Selatan: Kabupaten Karanganyar
  • Barat: Desa Jetis Karangpung

Sejarah

sunting

Sejarah Desa Krikilan dapat ditarik ke belakang hingga era prasejarah di Indonesia. Secara geografis, Desa Krikilan sendiri berada pada kawasan Situs Sangiran, yang ketika ratusan ribu tahun yang lalu merupakan kawasan cekungan subur yang menjadi pusat habitat manusia dan binatang purba. Sejarah perkembangan Situs Sangiran sendiri dimulai pada tahun 1883, ketika pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling. Saat aktif melakukan eksplorasi pada akhir abad ke-19, Eugene Dubois pernah melakukan penelitian di kawasan Sangiran, namun tidak terlalu intensif karena kemudian ia memusatkan aktivitas di kawasan Trinil, Kabupaten Ngawi. Pada masa tersebut, wilayah yang kini menjadi Desa Krikilan dan Kecamatan Kalijambe merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Sukowati (Sragen), yang masuk dalam wilayah administrasi Kasunanan Surakarta. Pada tahun 1934, ahli antropologi Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area Sangiran, setelah mencermati laporan-laporan berbagai penemuan balung buta (tulang buta/raksasa) oleh warga dan diperdagangkan. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan berbagai fosil Homo erectus lainnya. Ada sekitar 60 lebih fosil Homo erectus atau hominid lainnya dengan variasi yang besar, termasuk seri Meganthropus palaeojavanicus, telah ditemukan di Sangiran. Selain manusia purba, ditemukan pula berbagai fosil tulang-belulang hewan-hewan bertulang belakang, seperti buaya, kuda nil, berbagai rusa, harimau purba, dan gajah purba (stegodon dan gajah moderen).

Pada perkembangan selanjutnya, tahun 1977 pemerintah pusat Indonesia menetapkan kawasan seluas 56 km2 di sekitar Sangiran sebagai Daerah Cagar Budaya. Pada kawasan tersebut termasuk Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Desa Krikilan sendiri berdiri hampir bersamaan dengan perkembangan moderen Situs Sangiran. Di tahun 1975, mulai didirikan pusat pemerintahan desa, awalnya bertempat di sebuah tanah umum (yang sekarang menjadi SDN 1 Krikilan). Kemudian berpindah tempat ke sebuah tanah yang sekarang menjadi Desa Krikilan, Kata krikilan sendiri merupakan penyebutan yang diberikan oleh masyarakat sekitar pada daerah tersebut, karena keadaan geografisnya yang berbatu dan banyak terdapat krikil (batu-batu kecil). Sebuah bangunan museum dan konservasi laboratorium lokal sederhana didirikan di Dusun Ngampon, salah satu dusun di Desa Krikilan, pada tahun 1988. Puncaknya pada tahun 1996, UNESCO (badan PBB yang membawahi bidang warisan kebudayaan) menetapkan Situs Sangiran sebagai salah satu situs warisan dunia. Sampai saat ini, Situs Sangiran dan museumnya telah menjadi salah satu maskot destinasi wisata di Provinsi Jawa Tengah, membuat Desa Krikilan menjadi semakin berkembang dari waktu ke waktu.[3]

Potensi Desa

sunting

Meski telah terkenal dengan potensi pariwisatanya melalui adanya situs manusia purba Sangiran, Desa Krikilan juga memiliki beragam potensi lainnya. Diantaranya adalah kesenian, budaya, hasil alam, kerajinan, dan produk khasnya.[4]

Pada bidang pariwisata, Desa Krikilan terkenal dengan adanya Museum Manusia Purba Sangiran. Museum Manusia Purba Sangiran merupakan museum arkeologi yang terletak di Dusun Ngampon, Desa Krikilan. Museum ini berdekatan dengan area situs purbakala Sangiran yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi objek wisata juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan prasejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia. Disamping itu, Desa Kirkilan juga memiliki potensi pariwisata melalui adanya objek wisata Menara Pandang, Punden Tingkir, dan Sumber Air Pablengan.

Beragam kesenian dan budaya juga dimiliki Desa Krikilan sejak jaman dahulu dan masih dilestarikan sampai sekarang. Dalam bidang kesenian, masayarakat masih melestarikan kesenian gejog lesung dan tembang dolanan. Gejog lesung adalah berupa alunan musik dari pukulan alu kayu ke lesung sambil diiringi tetembangan dan tari-tarian. Dahulu, lesung biasa dimainkan saat pasca panen untuk menguliti gabah padi dan beras kemudian membuat tepung. Sedangkan tembang atau lagu tradisional biasanya menggunakan bahasa Jawa dan memiliki alur cerita serta pesan moral di dalamnya. Beberapa tembang tradisional yang masih dikenal di daerah ini adalah Cublak-Cublak Suweng, Paman Dublang, dan Ebo. Disamping itu, Desa Krikilan juga memiliki beberapa potensi dalam bidang kebudayaan seperti pengobatan tradisional melalui jamu gendong, pijat purba, suwuk watu, dan kerokan, serta dolanan tradisional melalui wayang pohung dan dakon watu.

Adanya beragam potensi pariwisata, kebudayaan, dan kesenian juga mendong adanya potensi kerjainan dan produk khas Desa Krikilan. Kerajinan yang diproduksi oleh masyarakat Desa Krikilan kental kaitannya dengan budaya manusia purba seperti watu sangir, cis, kapak batu, dan watu lurik. Namun disamping itu juga ada kerajinan dengan bahan alam lainnya seperti kaligrafi bambu dan gelas bambu. Selain itu, pada produk khasnya, Desa Kirkilan memiliki makanan tradisional khas seperti pecel gendar, bungko, serta bukur, dan produk sandang berupa iker kepala.

Desa Krikilan merupakan Desa Wisata Rintisan yang kaya akan potensi wisata seni dan budaya. Disamping itu, Krikilan memiliki hasil pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah, seperti padi, kacang, singkong, pisang, dan lainnya. Hasil alam tersebut diolah menjadi produk pangan dengan memanfaatkan ketrampilan dan kekreatifan yang dimiliki masyarakat Krikilan. Sehingga terciptalah inovasi-inovasi produk pangan yang kreatif dan inovatif serta berkualitas. Produk UMKM Desa Krikilan sendiri terdiri atas berbagai pakaian, makanan, dan kerajinan.[5]

Masyarakat ini tergabung dalam Paguyuban UMKM Desa Krikilan. UMKM menjadi salah satu faktor dalam keberhasilan perekonomian daerah dengan meningkatkan keterampilan dan kekreatifan masyarakat khususnya perempuan, memperkecil pengangguran di desa, dan mengembangkan potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang ada di desa.

Referensi

sunting
  1. ^ "Profil Desa Krikilan di sragenkab.go.id". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-12. Diakses tanggal 2020-08-13. 
  2. ^ "Geografis". Desa Krikilan Kalijambe. 2024-02-01. Diakses tanggal 2024-02-28. 
  3. ^ "Sejarah". Desa Krikilan Kalijambe. 2024-02-01. Diakses tanggal 2024-02-28. 
  4. ^ "Desa Krikilan Kalijambe". Pemerintah Desa Krikilan. 2024-02-01. Diakses tanggal 2024-02-28. 
  5. ^ "Katalog UMKM". Desa Krikilan Kalijambe. 2024-02-02. Diakses tanggal 2024-02-28.