Sebuah kota kereta api atau kota perkeretaapian adalah sebuah permukiman yang berawal dari atau berkembang pesat karena adanya stasiun kereta api atau percabangan di kota itu.

Bereket (Kazandzhik) di Turkmenistan. Kota ini bermula dari sebuah stasiun kereta api yang didirikan pada tahun 1885. Kota ini kini menjadi persimpangan antara Trans-Caspian Railway dan Koridor Transportasi Utara-Selatan Internasional

Amerika Utara

sunting

Selama pembangunan First Transcontinental Railroad pada dekade 1860-an, sejumlah permukiman sementara pun dibangun, sebagian besar hanya berisi tenda kanvas, sebagai tempat tinggal sementara bagi para pekerja Union Pacific Railroad yang melaksanakan pembangunan. Sebagian besar kota tersebut kini telah hilang, namun ada juga yang berubah menjadi permukiman permanen.[1]

 
Kota kereta api rawa (model)

Pada dekade 1870-an, sejumlah kota baru bermunculan di Kansas, sebagai sebuah permukiman sementara untuk para pekerja perkeretaapian.

Karena menjadi tempat persimpangan rel kereta api, Chicago dan Los Angeles pun tumbuh dari kota kecil menjadi kota metropolitan seperti sekarang.

Sayre, Pennsylvania dan Atlanta, Georgia merupakan contoh kota perusahaan di Amerika yang dibangun oleh perusahaan perkeretaapian, karena sebelumnya tidak ada permukiman sama sekali di sana.

Di Kanada bagian barat, kota kereta api terasosiasi dengan bordil dan prostitusi, sehingga membuat sejumlah perusahaan perkeretaapian memulai serangkaian YMCA pada akhir abad ke-19.[2]

Peran dalam spekulasi tanah

sunting

Pada sejumlah kasus, kota kereta api didirikan oleh perusahaan perkeretaapian di atas tanah miliknya sendiri, walaupun sebenarnya di dekatnya telah ada kota. Biasanya masyarakat di kota terdekat akan pindah ke kota yang dibangun oleh perusahaan perkeretaapian, karena tergiur dengan peluang bisnis di sana. Hal inipun membuat perusahaan perkeretaapian dapat menjual persil tanah di sekitar stasiun dengan harga mahal, walaupun stasiun masih dalam tahap pembangunan.

Seperti yang terjadi di Durango, Colorado. Pada musim semi tahun 1880, William Bell dari Denver & Rio Grande Railroad menjelajahi La Plata County di dekat Animas City, di tepi Sungai Animas. Setelah negosiasi untuk membebaskan tanah milik transmigran lokal gagal, Bell akhirnya membebaskan tanah di selatan kota dengan nama Durango Land and Coal Company. Pada akhir tahun, sebuah koran Durango memberitakan bahwa masyarakat "Animas City berbondong-bondong datang ke Durango untuk memperoleh tempat tinggal dan tempat usaha baru."[3] Masyarakat Animas City, diperkirakan berjumlah sekitar 2.500 hingga 3.000 orang pun pindah ke kota kecil tersebut, padahal bangunan permanennya baru hanya salon, aula dansa, restoran, dan toko.

Saat jalur kereta api selesai dibangun pada bulan Agustus 1881, kereta api pun hanya berhenti di Durango, tidak di Animas City. Pembangunan rel kemudian dilanjutkan hingga mencapai Silverton pada bulan Juli 1882,[3] dan melewati Animas City tanpa berhenti. Animas City pun eksis sebagai suburban de facto dari wilayah Durango sebelum akhirnya dianeksasi oleh Durango pada tahun 1948.[4] Durango and Silverton Narrow Gauge Railroad, sebuah jalur kereta api bersejarah dan suksesor Rio Grande di La Plata County, tetap melintasi kota ini.

Di Denmark, Swedia, dan Norwegia, konsep serupa adalah stationsbyer atau "kota stasiun". Stationsbyer adalah kota rural yang tumbuh di sekitar perkeretaapian, namun kota ini berbasis pada aktivitas pertanian dan seni, bukannya aktivitas perkeretaapian.[5][6]

Britania Raya

sunting

Pada Era Victoria, perkembangan jalur kereta api sangat mempengaruhi nasib sejumlah kota kecil. Peterborough dan Swindon pun menjadi ramai karena dilewati jalur kereta api. Sementara Frome dan Kendal menjadi sepi karena tidak dilewati oleh jalur kereta api.[7] Sejumlah kota juga tumbuh berkat adanya bengkel kereta api di sana. Middlesbrough merupakan salah satu kota kecil yang tumbuh pesat berkat dilintasi jalur kereta api, dari hanya ditempati 40 rumah menjadi sebuah pelabuhan industrial, setelah Stockton and Darlington Railway diperpanjang ke kota tersebut pada tahun 1830.[8] Pada tahun 1838, Wolverton awalnya merupakan lahan kosong dan pada tahun 1844 telah berpenduduk 1.500 orang.[9] Contoh lain kota kereta api adalah Ashford (Kent), Doncaster, dan Neasden.[10] Derby awalnya ditempati oleh North Midland Railway, dan kemudian oleh Midland Railway sebagai lokasi kantor pusat serta bengkel lokomotif dan gerbongnya. Sebagian besar kota ini pun dirancang oleh arsitek Midland Railway, Francis Thompson.[11]

Crewe tumbuh pesat setelah Grand Junction Railway Company pindah ke sana pada tahun 1843. Dua kota rural yang kini menjadi Crewe hanya berpenduduk 500 orang pada tahun 1841, dan kemudian menjadi 40.000 orang pada tahun 1900.[9][12] Kota New Swindon juga tumbuh setelah Great Western Railway (GWR) pindah kesana. Kota pasar berpenduduk 2.000 orang pada tahun 1840 inipun menjadi kota kereta api berpenduduk 50.000 orang pada tahun 1905.[9][10] GWR pun mempekerjakan 6.000 orang di Crewe pada tahun 1877, dan 14.000 orang di Swindon pada tahun 1905.[7]

Pertumbuhan kota kereta api kerap dibalut suasana 'paternalistik', dengan menyediakan perumahan, sekolah, rumah sakit, gereja, dan fasilitas lain khusus untuk pegawai, mirip seperti Bournville yang dibangun oleh Cadbury.[10][13] Dengan demikian, GWR pun memiliki kendali yang sangat mengikat dan tidak terbatas terhadap pada pegawainya yang tinggal di sana.[10] Pekerja pun menjadi loyal dan penurut, dibuktikan dengan jarang terjadinya aksi industrial, karena para pekerja sangat bergantung pada perusahaan. Pegawai GWR pun mendominasi politik di dua kota tersebut, terutama 'Independent Railway Company Party' yang dipimpin oleh Francis Webb di Crewe dan George Leeman di York. Kepala insinyur mesin GWR, Daniel Gooch, pun menjadi perwakilan rakyat Swindon di Parlemen selama dua puluh tahun.[13]

Crewe menjadi sebuah 'kota perusahaan' selama beberapa dekade dengan makin banyaknya pegawai yang pindah ke sana. Sebagian besar fasilitas umum dan organisasi pun disponsori oleh perusahaan kereta api, namun pendirian dewan kota pada tahun 1877 perlahan mengurangi pengaruh perusahaan, dan perusahaan pun mulai mempertimbangkan untuk menyerahkan tanggung jawab terhadap sejumlah fasilitas umum ke dewan kota.[12] Pekerja kemudian mendirikan institusinya sendiri, seperti klub, serikat dagang, dan koperasi agar lebih independen dari kendali perusahaan, dan menjadi dasar bagi oposisi politik di sana.[13]

Jerman

sunting

Kota kereta api yang tumbuh karena menjadi lokasi persimpangan rel antara lain Aulendorf, Bebra, Betzdorf, Buchloe, Falkenberg/Elster, Hagen, Hamm, Lehrte, Offenburg, Plattling, dan Treuchtlingen. Sementara kota kereta api yang tumbuh karena menjadi lokasi depot lokomotif penolong untuk kereta api yang kesusahan mendaki bukit adalah Altenhundem dan Neuenmarkt. Sedangkan kota kereta api yang tumbuh karena menjadi lokasi stasiun perbatasan negara adalah Freilassing dan Weil am Rhein.

Austria

sunting

Knittelfeld adalah kota yang tumbuh berkat adanya bengkel kereta api, dan Austrian Federal Railways pun menjadi tempat kerja bagi mayoritas warga kota tersebut. Arnoldstein dulunya juga merupakan kota yang tumbuh berkat adanya stasiun perbatasan negara.

Olten adalah kota yang tumbuh berkat adanya bengkel kereta api, sementara Erstfeld tumbuh berkat adanya depot lokomotif penolong. Chiasso juga tumbuh karena adanya stasiun perbatasan negara.

Prancis

sunting

Contoh kota kereta api di Prancis adalah Tergnier dan Miramas. Sementara Cerbère tumbuh karena adanya stasiun perbatasan negara.

Belgia

sunting

Di Belgia, Kota Montzen merupakan contoh kota kereta api.

Luxembourg

sunting

Dengan adanya emplasemen klasifikasi dan fasilitas perkeretaapian lain di jalur internasional Brussels/Amsterdam-Luxembourg-Metz, Bettemburg pun menjadi kota kereta api penting di Luxembourg.

Polandia

sunting

Setelah Perang Dunia I, Kota Bentschen berhasil direbut Polandia dari Kekaisaran Jerman. Kemudian, Deutsche Reichsbahn mendirikan Stasiun Neu Bentschen yang berfungsi sebagai stasiun perbatasan dan percabangan ke tiga jalur kereta api yang mengarah ke barat. Karena tidak ada kota besar di sekitar stasiun ini, Deutsche Reichsbahn pun membangun sebuah permukiman untuk para pegawainya, yang kemudian tumbuh menjadi sebuah kota. Kota ini pun dinamai Neu Bentschen, sesuai nama stasiun yang ada di sana.

Portugal

sunting

Contoh kota kereta api di Portugal adalah Entroncamento.

Rumania

sunting

Simeria di Romania tumbuh menjadi kota berkat dibangunnya sejumlah fasilitas perkeretaapian.

Republik Ceko

sunting

Pasca Perang Dunia I, Monarki Austro-Hungaria bubar dan Cekoslovakia pun terbentuk. Pada tahun 1920, Cekoslovakia diberi sejumlah wilayah Austria di dekat perbatasan, termasuk Stasiun Gmünd dan daerah di sekitarnya. Di daerah ini, Kota České Velenice pun dikembangkan. Alasan Austria memberi wilayah ini ke Cekoslovakia adalah karena wilayah ini menjadi pertemuan jalur kereta api dari/ke Ceské Budejovice dan Praha.

Zhuzhou dulunya merupakan kota kecil yang berada di tepi Sungai Xiang di Hunan. Kemudian tambang batu bara Anyuan di Pingxiang, Jiangxi memerlukan kereta api untuk mengangkut batu bara keluar dari tambang menuju perairan terdekat, dan Zhuzhou akhirnya dipilih sebagai destinasi. Jalur kereta api pun mengubah Zhuzhou menjadi salah satu kota industri terbesar di Provinsi Hunan sekaligus salah satu persimpangan kereta api paling penting di Tiongkok.[14]

Changchun di Tiongkok dibangun oleh Jepang, yang kemudian menduduki Manchuria, sebagai 'kota model' bagian dari modernisasi imperialis Jepang. Pembangunan kota kereta api di Changchun dimulai oleh Rusia pada tahun 1898, namun tidak mengakomodasi masyarakat sekitar. Kota kereta api keduapun dirancang dan dibangun mulai tahun 1905 oleh South Manchuria Railway, dengan inspirasi dari kota kereta api di Rusia, seperti Dalian. Kota ini didasarkan pada sistem kotak, bukannya sistem lingkaran yang digunakan di kota tua Changchun, dan sistem inipun menjadi standar bagi kota kereta api di Tiongkok yang lain. SMR pun mengembangkan lusinan kota kereta api lain di timur laut Tiongkok mulai tahun 1906 hingga 1936, seperti Harbin dan Mukden.[15][16]

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Klein, Maury (2006) [1987]. Union Pacific: Volume I, 1862–1893. U of Minnesota press. hlm. 100–101. ISBN 1452908737. 
  2. ^ Brown, Ron (2008). The Train Doesn't Stop Here Anymore: An Illustrated History of Railway Stations in Canada (edisi ke-3). Dundurn Press. hlm. 131. ISBN 978-1-55002-794-5. 
  3. ^ a b Athearn, Robert G. (1962). Rebel of the Rockies: A history of the Denver & Rio Grande Western Railroad . New Haven and London: Yale University Press. hlm. 104–105. 
  4. ^ Seyfarth, Jill. "The Rise and Fall of Animas City". The Animas Museum, La Plata County Historic Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 June 2013. Diakses tanggal 16 May 2013. 
  5. ^ Auer, Peter; Hinskens, Frans; Kerswill, Paul (2005). "Process of standardisation in Scandinavia". Dialect change: convergence and divergence in European languages. Cambridge University Press. hlm. 189. ISBN 0-521-80687-9. [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ Kristensen, Peer Hull (July 1989). "Denmark: an experimental laboratory for new industrial models". Entrepreneurship & Regional Development. Routledge. 1 (3): 245–55. doi:10.1080/08985628900000021. 
  7. ^ a b Dyos, H. J.; Wolff, Michael (1999). The Victorian City. Routledge. hlm. 292. ISBN 0-415-19323-0. 
  8. ^ "Complex birth of first railway town". The Northern Echo. 16 June 2008. Diakses tanggal 3 July 2010. 
  9. ^ a b c Darby, Henry Clifford (1973). A new historical geography of England. 3. CUP Archive. hlm. 220. ISBN 0-521-20116-0. 
  10. ^ a b c d Armstrong, John (2000). "'Railway Town': Swindon". Dalam Philip J Waller. The English urban landscape . Oxford University Press. hlm. 217. ISBN 0-19-860117-4. 
  11. ^ Biddle, Gordon. Britain's Historic Railway Buildings: A Gazetteer of Structures (edisi ke-Second). Hersham, Surrey: Ian Allan Publishing. hlm. 288–289. ISBN 9780711034914. 
  12. ^ a b Redfern, Allan (1983). "Crewe: leisure in a railway town". Dalam John K. Walton. Leisure in Britain, 1780-1939. Manchester University Press. ISBN 0-7190-1946-X. 
  13. ^ a b c Charles Harvey; John Turner, ed. (1989). "British railway workshops, 1838-1914". Labour and business in modern Britain. Routledge. ISBN 0-7146-3365-8. 
  14. ^ Jeff Hornibrook (2015). A Great Undertaking: Mechanization and Social Change in a Late Imperial Chinese Coalmining Community. SUNY Press. ISBN 9781438456898. 
  15. ^ Sewell, Bill (2002). "Railway Outpost and Puppet Capital: Urban Expressions of Japanese Imperialism in Changchun, 1905-1945". Dalam Gregory Blue; Martin P. Bunton; Ralph C. Croizier. Colonialism and the modern world: selected studies. M.E. Sharpe. ISBN 0-7656-0772-7. 
  16. ^ Buck, David D. (2002). "Railway City and National Capital: Two Faces of the Modern in Changchun". Dalam Joseph Esherick. Remaking the Chinese city: modernity and national identity, 1900-1950. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-2518-7.