Korupsi di Afganistan
Korupsi di Afganistan adalah masalah yang tersebar luas sekaligus berkembang di masyarakat Afganistan. Menurut data Indeks Persepsi Korupsi tahun 2023 dari Transparency International, Afganistan menempati peringkat ke-162 dari 180 negara. 180 negara yang ada di Indeks tersebut diukur dari skor 0 ("sangat korup") sampai skor 100 ("sangat bersih") berdasarkan tingkat korupsi di sektor umum, dan setelah diberi skor baru dimasukkan ke daftar peringkat.[1] Jika dibandingkan dengan negara lain di dunia, negara yang berada di peringkat satu di dunia mempunyai skor 90, rata-rata skor di dunia adalah 43, dan negara yang paling buruk di dunia hanya mempunyai 11 skor (berada di peringkat ke-180).[2] Sedangkan untuk di wilayah Asia Pasifik,[Catatan 1] negara dengan skor tertinggi di wilayah ini mempunyai 85 skor, rata-rata skor di Asia Pasifik adalah 45, dan negara dengan skor terendah mempunyai 17 skor. Di wilayah Asia Pasifik, hanya Korea Utara yang mempunyai skor yang lebih rendah dibandingkan Afganistan.[3] Taliban mengatasi masalah korupsi secara drastis setelah mulai memerintah Afganistan sejak tahun 2021, yang terlihat dengan peringkat korupsi di negara tersebut menjadi peringkat ke-150 menurut Indeks Persepsi Korupsi tahun 2022 dan jika dibandingkan saat pada tahun 2021 Afganistan mempunyai peringkat ke-174 pada tahun 2021.[4]
Menurut survei pendapat warga Afganistan versi Asia Foundation pada laporan tahun 2012, disebutkan bahwa "korupsi adalah masalah yang besar di Afganistan."[5]
Kasus korupsi besar yang paling baru terjadi di Afganistan adalah kasus skandal Kabul Bank tahun 2010–2013 yang melibatkan Mahmud Karzai dan Presiden Afganistan Hamid Karzai. Orang yang diperiksa dan disidang dalam skandal ini adalah Sherkhan Farnud, Khalilullah Fruzi, Mohammad Fahim, dan orang lain yang terlibat perdagangan orang dalam yang menggunakan uang sebesar US$1 miliar untuk kehidupan yang mewah dan pula memberi uang pinjaman secara diam-diam ke kerabat, teman, dan orang-orang yang dekat Presiden Hamid Karzai dan Mahmud Karzai.[6] Per Oktober 2012, pemerintah baru saja berhasil mengembailkan $180 juta dari uang pinjaman $980 juta hasil korupsi.[7]
Catatan
sunting- ^ Afganistan, Australia, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Tiongkok, Fiji, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia, Maladewa, Mongolia, Myanmar, Nepal, Selandia Baru, Korea Utara, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Kepulauan Solomon, Korea Selatan, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, Vanuatu, dan Vietnam
Referensi
sunting- ^ "The ABCs of the CPI: How the Corruption Perceptions Index is calculated". Transparency.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2 March 2024.
- ^ "Corruption Perceptions Index 2023: Afghanistan". Transparency.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2 March 2024.
- ^ "CPI 2023 for Asia Pacific: Regional Stagnation Marked by Inadequate Delivery of Anti-corruption Commitments". Transparency.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2 March 2024.
- ^ "Can the Taliban Tackle Corruption in Afghanistan?". VOA (dalam bahasa Inggris). 2023-01-31. Diakses tanggal 2023-08-16.
Taliban-ruled Afghanistan is ranked 150th, a remarkable status upgrade from its 174th ranking in 2021. In 2011, at the height of U.S. military and developmental engagement in Afghanistan, the country was ranked 180th, next to North Korea and Somalia.
- ^ "The Growing Challenge of Corruption in Afghanistan" (PDF). Asia Foundation.
- ^ Filkins, Dexter (2010-09-02). "Depositors Panic Over Bank Crisis in Afghanistan". The New York Times. Diakses tanggal 2010-09-03. Huffman, Michael (2012-06-12). "How They Robbed Kabul Bank".
- ^ Weda Barak, ed. (October 1, 2012). "Problems in recovery of Kabul Bank loans: Delawari". Pajhwok Afghan News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-02-25. Diakses tanggal 2012-10-13.