Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:
Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus
Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat permissions@wikimedia.org atau surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi CC BY-SA 3.0 dan lisensi GFDL.
Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
Kopi Bowongso adalah kopi berjenis Arabika (Arabica) yang dibudidayakan di desa Bowongso yang ada di ketinggian lahan 1.600 - 2.000 mdpl di lereng gunung Sumbing. Desa Bowongso ada di Kecamatan Kalikajar kabupaten Wonosobo. Kopi Bowongso sendiri diprakarsai oleh Kelompok tani Bina Sejahtera yang dipimpin Sriono Edy Subekti atau dikenal dengan Eed. Keberadaan Kopi di Bowongso berawal dari pembentukan kelompok tani Bina Sejahtera pada tahun 2009 yang awalnya fokus pada peternakan sapi dan di 2010 mulai menanam kopi berjenis Linie S, dengan sistem penanaman model lorong atau berdampingan dengan tanaman musiman. Ditanamnya kopi, awalnya dengan tujuan konservasi di lahan pertanian yang awalnya hanya untuk ditanami tembakau maupun sayuran. Kemudian limbah dari pengolahan paskapanen kopi juga dimanfaatkan sebagai suplemen untuk pakan sapi.
Di masa awal panen sekitar tahun 2013, Kopi Bowongso pernah dijual dalam bentuk biji kering atau Green Bean. Namun mulai tahun 2014, penjualan green bean berangsur dikurangi dan kini dihentikan. Sehingga Bowongso lebih fokus menjual Roast-bean hingga kopi siap seduh. Di tahun 2013, Kopi Bowongso mulai mengikuti pameran di tingkat kabupaten dan dikenal masyarakat meskipun metode pemrosesan paskapanen yang digunakan dinilai masih belum memenuhi standar. Dalam jangka waktu setahun, dilakukan banyak penyempurnaan dan di 2014 telah memiliki kemasan dan logo yang mulai dikenal masyarakat.
Sejak tahun 2014, Kopi Bowongso sudah mulai dipasarkan secara luas dengan brand Bowongso dan telah mengusung konsep Single Origin yaitu dengan menjaga kopi yang diolah berasal dari satu kawasan hanya di lahan desa Bowongso. Di bulan September 2014, Kopi Bowongso telah mengantongi sertivikat halal MUI dan sebelumnya telah didahului BP-POM. Hingga akhir 2014, popularitas Kopi Bowongso semakin meningkat dengan adanya unggahan di media sosial seperti Facebook, dokumenter di Youtube, hingga media massa.
Pada tahun 2015, metode roasting hingga kemasan mulai diseriusi untuk standar produk kopi nasional. Mesin roasting yang digunakan sejak 2015 hingga kini dipakai adalah Froco kapasitas 1 kilogram. Mesin tersebut difasilitasi oleh APBN dari Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah daan Dinas Perkebunan Kabupaten Wonosobo.
Sistem pengolahan paska panen dilakukan oleh para anggota kelompok tani dan setelah menjadi green bean atau biji kering disetorkan ke sekretariat untuk diolah. Sistem pemasaran yang dilakukan kelompok tani Bina Sejahtera tergolong unik yakni memprioritaskan pelanggan yang pernah mengunjungi sekretariat mereka di desa Bowongso, di rumah Eed. Sejak 2016 hingga saat ini, Kemasan Kopi Bowongso semakin disempurnakan untuk dipasarkan hingga ke luar daerah, bahkan menjangkau luar pulau hingga luar negeri.
Kopi Bowongso memiliki berbagai keunikan dalam cita rasa mapun aroma. Menurut para penikmat kopi Bowongso, selain memiliki rasa manis atau Sweetness seperti sugar browning, karamel, maple, lemon dan juga rempah seperti jahe. Sedangkan aroma yang dominan dikenal dari seduhan kopi Bowongso adalah aroma tembakau hingga wangi vanila. Salah satu keunggulan Kopi Bowongso juga dinilai berasal dari keseimbangan rasa manis, asam, dan pahitnya yang dinilai memiliki kenikmatan tersendiri.
Pada tahun 2013, Kopi Bowongso mendapatkan juara 1 (satu) untuk kategori uji cita rasa kopi jenis arabika tingkat Provinsi Jawa Tengah pada peringatan hari perkebunan nasional ke 56. Kopi Bowongso juga mendapatkan apresiasi sebagaisatu dari sembilan kopi arabika terbaik dari seluruh tanah air.
Selain kopi Bowongso, 8 Kopi lainnya adalah kopi Kledung Temanggung yang ada tidak jauh dari Bowongso, Samboga Bandung, Arabika Toraja, kopi Prigen Pasuruan, Kopi Ijen Raung Bondowoso, Bumiaji Batu, kopi arabika Bandung, dan Flores Bajawa Ngada.